Chapter 1 : Awal Kehancuran

13 1 0
                                    

Kring! Kring! Kring! Suara telepon berbunyi.

"Hallo? Di sini panglima Lacerta," aku pun mengangkat telepon sambil terus memeriksa dokumen. Siapa sih yang menelepon pagi-pagi begini.

"Nona, sepertinya The Magician sudah mulai mundur dari peperangan. Kemungkinan kerajaan mereka juga sudah mulai mengalami konflik yang sama dengan kita," ternyata yang menelepon adalah salah satu prajuritku.

"Kalau begitu coba undang dia untuk hadir di rapat kerajaan besar. Jangan lupa setelah kalian mengimpor stok bahan pangan, kembalilah ke sini secepatnya. Kita akan merekonstruksi beberapa rumah warga. Istana tak cukup luas untuk para penduduk. Untuk surat undangan, aku yang akan mengirimnya," sambil terus berbicara pada telepon, aku menyiapkan surat rapat para petinggi kerajaan. Memang ini sangat mendadak, tapi aku harus melakukannya.

"Baiklah. Tapi, ada satu masalah. Sepertinya beberapa prajurit menghilang saat melakukan penelusuran yang anda minta. Tak ada satu kerajaan pun yang terlibat. Oleh karena itu, kami semua tak menjamin akan sampai tepat waktu di istana," ucapan prajurit itu membuatku sedikit cemas.

"Baiklah. Pokoknya kembalilah secepat mungkin. Rakyat sudah mulai tak percaya pada pihak kerajaan. Mengembalikan kepercayaan rakyat adalah prioritas utama." Setelah menutup telepon, Centralia masuk sambil membawa dua buah gelas dan camilan.

Ia tersenyum sambil menyimpan nampan yang berisi gelas dan camilan itu. Entah kenapa baunya bisa menembus hidungku. Dan aku mulai bisa menebak apa yang sebenarnya sedang ia bawa.

"Apa itu? Senyuman itu terlihat mencurigakan. Kau mau meracuniku?" aku mengatakannya dengan nada bergurau.

"Saya hanya membawakan beberapa Macaron dan dua gelas cokelat hangat kesukaan Nona. Dari tadi wajah anda terus saja memasam. Bukannya hari ini anda akan bertemu dengannya? Nanti malah kehilangan citra lho," sepertinya ia sedikit menggodaku.

Jujur saja, aku sangat tergoda oleh cemilan dan minuman yang ia bawa. Kue Macaron yang manis ditambah minuman cokelat hangat. Manisnya pasti lumer saat berada di mulut. Bahkan aku tak bisa membayangkan kenikmatannya. Tapi, aku ini kan sudah dewasa. Aku tak boleh memakan makanan itu lagi. Mungkin teh Rosemary adalah yang terbaik. Meskipun aku tahu kalau rasanya sangat tak cocok di lidah ini.

"Bawa saja kembali. Aku tak akan memakan ataupun meminum itu lagi. Sebaiknya ganti dengan kopi hitam atau teh hitam. Cemilannya juga ganti saja dengan makanan lain," aku pun mengatakannya tanpa melihat ke arah Centralia. Aku harus menahan hasratku kepada sesuatu yang manis.

"Memangnya Nona bapak-bapak? Kopi hitam segala. Anda mau membuka pratik dukun?" ia mengejekku sambil tertawa. Dan itu membuatku kesal.

"Memangnya kenapa?! Aku sudah bukan anak kecil lagi tahu!" sambil berteriak aku terus memarahinya. Ia sudah mulai mengejekku.

"Jadi begitu. Maaf, saya akan menggantinya. Andaikan saja saya suka makanan dan minuman yang manis. Pasti akan saya menghabiskan semua ini sekarang juga. Tapi, karena The World tak mengizinkannya, lebih baik saya buang semua ini ke tempat sampah. Padahal semuanya adalah kiriman Jendral Ares. Dan beberapa jam lagi beliau akan sampai di sini. Beliau pasti sedih karena hadiahnya dibuang begitu saja. Apalagi oleh orang yang dicintainya." Si itu Centralia sengaja mengeraskan suaranya seraya mengejekku.

Tunggu. Jika semua itu pemberian dari Jendral Ares, berarti dari daerah sang Magician. Semua kue dari sana berkualitas sangat tinggi. Berasal dari bahan yang terbaik dan dibuat dengan kesabaran yang tinggi. Karena itu harganya sangat mahal. Jika harganya mahal berarti kuenya enak. Dan Jendral Ares membelinya dengan uangnya sendiri. Dengan kata lain ia mengorbankan uangnya untukku. Ia pasti akan membenciku jika tak memakannya. Ia juga mungkin akan kecewa. Dan aku akan mati jika membuatnya jadi membenciku. Tidak, aku harus menghabiskannya.

ENDLESS CARD WORLD : JUSTICE AND INIQUITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang