"Begitulah ceritanya. Kau puas?" aku pun menceritakan hal yang kualami sebagai Mayor Arcana dengan panjang lebar. Dan jujur saja... aku kehausan. Tenggorokanku tiba-tiba kering. Haaa, rasanya menceritakan secara singkat itu sulit.
Dan... reaksi makhluk ini juga menyebalkan. Hanya me. Urgh! Ingin sekali aku menonjoknya. Jika saja kau bukan wanita. Hanya diam dan mengangguk medengarkanku. Yah, aku juga menceritakan ini karena sebelumnya ia mengancamku. Bukan dengan senang hati seperti seorang ibu yang bercerita pada anaknya.
Tapi, ada satu hal yang membuatku bingung. Aku tahu kalau keluarganya juga adalah salah satu korban dari tragedi itu. Tapi, kenapa ia tak kembalu? Kalau tak salah ia kan pernah bilang memiliki kakak laki-laki. Yah, terserah lah. Untuk sekarang aku tak mau terlalu peduli pada urusannya. Tapi, aku harus mengajaknya ke Luminalake untuk menyelamatkan Lacerta.
Sebelumnya aku harus mengintrogasinya. Aku tahu kalau Lacerta memang berubah. Tentu saja, karena ia juga manusia. Tumbuh dan berkembang kan sudah terjadi secara alami pada setiap makhluk hidup. Kau sendiri juga berubah. Terutama pada wajah dan gaya rambutmu itu. Aku sendiri tak tahu apa alasannya mengubah gaya rambut.
"Jadi... Athariot, sebelumnya aku juga pernah menanyakan ini. Kenapa kau menyerang Lacerta? Lupa bukan alasan yang masuk akal bagiku. Belum lagi aku tahu kalau kalian berdua adalah 'penjaga' dan kau juga mengetahuinya," sambil menatapnya dengan kesal, aku terus memaksanya untuk menjawab.
Anak ini sangat menyebalkan. Padahal dulu ia imut dan polos. Yah, walaupun Lacerta masih yang terbaik. Sudah, tadi menyimpang.
"Baiklah, aku tak bisa menyembunyikannya. Sebelumnya biar aku jelaskan apa yang aku alami. Setelah kejadian itu, aku tak kembali ke Luminalake karena Raja Ramos memberikan ultimatum tak boleh ada warga kerajaan asing yang datang. Aku juga tak bisa masuk karena dianggap pengkhianat oleh Kerajaan Aquiella. Dan... aku mencoba mengambil kartu Lacerta karena kartu itu benar-benar akan terbalik. Kau sendiri pasti pernah mendengarnya bukan?" kalimat sebelumnya aku tak terlalu terkejut. Tapi kalimat terakhir sangat membuatku syok.
Jadi begitu. Berarti kekuatan Centralia-san sudah mencapai batasnya. Arthariot berpikir bisa menyelamatkan Lacerta jika mengambil Judgement dan mencari penggantinya. Memang solusi yang cukup efektif. Tapi itu berarti Lacerta akan bereinkarnasi dan King Lux juga sudah tua. Dengan kata lain akan ada kekosongan kekuasaan. Belum lagi aku tak akan bisa melanjutkan pertunganku dengan Lacerta yang kecil kembali. Ini sama saja membunuh masa depanku. Dasar wanita singa.
"Kau ingin menghancurkan masa depanku ya?" dengan nada datar aku mencoba mengetesnya. Hmmm, jika ia tak memberontak dan menjawab ya, berarti ia benar-benar berubah. Dan jika ia berpikir dan mencari alasan, berarti ia tak berubah.
"Ti-Tidak kok. Aku tak be-bermaksud menghancurkan masa depanmu dengan Lacerta. Ha-Hanya saja... aku..." eeehhh?! Ada apa dengan reaksinya?! Bahkan aku tak memprediksi reaksi ini sedikit pun. Aku juga jadi terpengaruhi. Yah, mau bagaimana pun seorang gadis tetaplah imut. Aku tak bisa menolaknya.
"Ka-Kalau begitu kita kembali ke kerajaan," sambil berbalik aku mencoba menyembunyikan ekspresiku. Yah, aku kan laki-laki. Mana mungkin membiarkan seorang gadis melihat ekspresiku yang sebenarnya. Memalukan.
"Ya! Jadi tak sabar ingin bertemu Lacerta" dengan antusias Athariot menarik lenganku pergi. Haaaa, ia ini terlalu ambisius. Pasti karena pengaruh kartu Chariot. Dasar gadis singa.
Di sepanjang jalan kami hanya bercerita tentang masa lalu. Yah, masa-masa dimana kami sangat bodoh dan bego. Bahkan ia mengingat semua kejadiannya. Dari mulai bermain bersama hingga tidur bersama. Mau bagaimana lagi. Saat itu kami masih sangat kecil. Terbayang jika kami bertemu kembali akan tidur satu ranjang bersama seperti dulu. Jadi nostagia ya? Meskipun sebenarnya aku tak terlalu mengingatnya. Volta dan Tesla bagaimana ya? Mungkin saja mereka sudah memiliki kekuatan yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS CARD WORLD : JUSTICE AND INIQUITY
FantasyDunia ini dipenuhi dengan ketidak adilan. Hukuman dan aturan tak berjalan dengan semestinya. Semuanya tabu, Di dunia yang busuk ini. Untuk itulah aku lahir. Ditakdirkan sebagai pondasi Aturan bagi seluruh umat manusia. Tapi aku memiliki banyak halan...