Chapter 3 : Angin Yang Ringan

8 1 0
                                    

Haaaaa, rapat tadi sangat melelahkan. Apalagi Raja Askar mendesakku saat beberapa kali mengajukan saran. Belum lagi ia tak mau melakukan kerjasama untuk pemenuh kebutuhan kerajaan bagian. Memangnya akan terjadi sesuatu yang bahaya setelah mengumpulkan para 'Penjaga'? Tubuhku sudah tak dapat bergerak. Haaaa, rasanya tulangku sudah tak memiliki persendian lagi. Semua pelayan sudah tidur. Lentera di sini juga mati. Kegelapan ini mengingatkanku pada cerita hantu yang selalu Centralia ceritakan.

Centralia juga sangat lama. Padahal hanya berdiskusi dengan Jendral Ares. Sebenarnya aku ingin tahu apa yang mereka bicarakan. Di kantor ini sendirian membuatku bosan. Setidaknya datangkan seseorang untuk menghiburku. Aku sangat bosan! Meskipun rapat tadi berjalan mulus, tetap saja aku merasa lelah.

Angin terus menerpa jendela dan menimbulkan suara berderit. Perasaanku mulai tak enak. Haaaa, booosaaaan. Aku juga mulai merasa kedinginan. Hawanya tiba-tiba terasa seperti berada di kutub utara. Satu lilin mungkin cukup untuk menemaniku, dan di sini tak ada lilin satu pun. Lebih baik aku membaca buku sejarah. Meskipun gelap, itu lebih baik daripada membiarkan kebosanan mengambil alih tubuhku.

Dewi kematian. Si Death, sebenarnya siapa identitas aslinya? Pasti sosoknya seperti nenek sihir yang jahat. He? Memangnya di zaman ini ada nenek sihir? Aku terlalu mengingat buku dongeng. Temperance, aku belum pernah tahu tentang identitasnya juga. Hmmmm, apa orangnya misterius ya? Berdasarkan informasi yang buku berikan, ia hanya manusia yang selalu tersenyum dan bertubuh ringan. Ya, itu pasti kutukannya. Ia jadi terlihat seperti hantu.

Kekuatan Temperance adalah angin. Hanya ini? Buku yang menjelaskan tentang dunia ini tidak lengkap. Aku jadi tak tahu kekuatan masing-masing dari pemilik kartu Arcana. Aku sangat ingin tahu kebenaran yang belum terungkap. Aku sendiri juga tak bisa memakai kartuku dengan benar. Bahkan kadang kehilangan kendali. Haaa, anginnya makin kencang saja. Meskipun angin ini bisa menyegarkan, tetap saja aku merasa tak enak badan. Aku sangat ingin mandi saat ini. Aku harap air di kamar mandi tak sedingin ini.

Centralia sangat lama. Aku berharap ia membawakan cokelat panas lagi. Dan juga cemilannya. Jika didampingi dengan... dengan... dengan apa ya? Kenapa aku tiba-tiba tak bisa mengingatnya? Hmmm, pasti bukan sesuatu yang terlalu penting. Aku mulai merasakan ada yang aneh. Atau mungkin ini hanya sugestiku.

Entah kenapa, hari ini aku banyak sekali mengeluh. Memang akhir-akhir ini aku selalu stress karena hal yang kecil. Dan itu karena ulah Centalia. Huwaaa, aku mulai mengantuk. Tanpa disadari aku pun menguap sangat lebar. Tapi tebasan angin ini seperti menyuruhku untuk terjaga. Memang ada yang janggal.

Entah kenapa anginnya terasa semakin kencang. Mungkin aku harus mematikan kipas angin yang si Cartellia berikan. Tapi, saat aku mematikannya rasanya semakin menyeramkan. Habisanya jika mesin ini berhanti, aku hanya akan mendengar kesunyian dan keadaan akan makin mencekam. Mungkin melihat ke luar jendela adalah saran terbaik. Siapa tahu aku bisa tidur karena melihat pemandangan yang indah.

Saat aku menatap ke luar jendela, aku melihat sosok bayangan biru langit yang melintas berbarengan dengan angin. Sangat cepat. Apa mungkin hantu ya? Lampu sorot? Atau khayalanku saja? Jadi ingan semua cerita hantu yang dulu Centralia ceritakan. Tapi, mana mungkin ada hantu yang berwarna biru seperti itu. Kalau tak putih, hantu kan berwarna hitam. Ya, sudahlah. Aku akan pergi tidur saja. Mungkin benar kalau itu hanya fatamorgana karena aku terlalu kelelahan. Aku akan pergi ke kamar.

Saat aku berbalik, sesosok pria berbaju biru langit berdiri di depanku dengan ekspresi yang canggung dengan senyum yang terlihat terpaksa. Pertama melihatnya aku sedikit melamun. Tapi, lama kelamaan kok jadi menyeramkan. Seketika aku langsung jatuh ke lantai karena kaget. Aku merasakan kalau wajahku sepertinya memucat. Rasanya aku tak dapat merasakan aliran darah lagi.

ENDLESS CARD WORLD : JUSTICE AND INIQUITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang