K.A.R.M.A- Twenty Three

157K 12K 822
                                    

"Tanpa kau sadari, ada orang yang diam-diam selalu menyebut namamu dalam setiap doanya."

-----------------

Nando Pov

Kupandangi wajahnya yang sedang serius berkutat dengan layar komputer. Jarinya dengan lincah menari di atas keyboard.

Mungkin ada baiknya gadis itu berpindah profesi menjadi sekretarisku. Kebetulan karena watak perfeksionisku, gadis itu menjadi semakin sibuk akhir-akhir ini.
Namun itu lebih baik, semoga saja dengan kesibukan ini dia tidak berangsur-angsur sedih memikirkan Willy si cowok sialan yang berani membuat gadisku menangis.

Oke, Fara tidak dapat ku sebut sebagai gadisku karena kami tidak ada hubungan lebih selain 'teman' atau mungkin sekarang sudah berkembang menjadi 'sahabat'.

Pepatah bilang 'tidak apa berteman sekarang karena sebuah hubungan berawal dari teman' .
Itu tidak berlaku bagiku.

Aku memang mencintainya, sangat mencintainya. Namun jika harus memilih maka aku akan memilih sekedar menjadi sahabatnya dan membuang jauh-jauh perasaanku.

Memang egoku selalu ingin memiliki gadis itu seutuhnya hanya untukku, namun hati tidak bisa di paksa bukan?
Aku tau Fara hanya bisa menganggapku sebatas sahabat mungkin selamanya akan begitu.

Dan aku senang bisa menjadi sahabat Fara. Karena aku bisa menjadi perisai pelindung bila gadis itu sedih. Selalu ada kapanpun gadis itu membutuhkanku. Sesederhana itu sudah cukup membuatku bahagia.

Aku tidak perduli dengan perasaanku, yang ku utamakan hanyalah bagaimana cara membuat Fara bahagia.

Bagaimana cara membuat Fara melupakan Willy agar dia tidak terus menderita.

Tapi naluri priaku selalu hampir merusak pendirianku. Jika memandang wajahnya, dengan usaha cukup keras aku menahan diri untuk tidak menciumnya. Jika melihat tubuhnya, aku menahan diri untuk tidak memeluknya. Tubuhku seolah terikat oleh gadis itu. Memang hati dan otak tidak bisa di ajak kerja sama.

Aku tau Fara masih sangat mencintai Willy. Terlihat sekali saat tidak sengaja gadis itu berpapasan dengan Willy atau saat sedang rapat.

Aku tau dari mana? Tentu saja karena detiap detik pandanganku hanya bisa fokus pada gadis itu jika berada di sekitarnya.

Dia seperti magnet yang selalu bisa menarikku dengan sesuka hati. Namun sewaktu-waktu dia bisa berbalik dan pergi meninggalkanku.

Dan aku tidak mau itu terjadi!
Jujur selain alasan menjadi sahabat adalah untuk selalu ada di sisinya. Aku masih trauma dengan masa laluku.

Entahlah, aku selalu merasa Fara bisa pergi sewaktu-waktu dari sisiku. Konyol memang bertingkah possesive padahal dia hanya 'teman' mu.
Aku memang payah karena takut di tinggal untuk kedua kalinya.

Ditinggal saat sedang sayang-sayangnya.

Percayalah itu tidak lebih pahit dari pada jus pare.

"Do? Lo kesurupan? Kok bengong sambil berdiri gitu." Kualihkan pandanganku dan mendapati Fara sedang menatapku dengan alis berkerut.

"Gue nggak bengong."

"Lah terus?"

"Gue lihatin lo kok Ra." Pipi Fara memerah, entah aku senang sekali saat melihat pipinya merona karena godaanku.

"Apaan sih lo? Udah deh pergi sana menganggu konsentrasi gue aja." Fara mengkibas-kibaskan tangannya mengusirku. Namun aku jutru semakin ingin menggodanya.

Aku berjalan semakin mendekat padanya. Tangan kananku bertumpu pada punggung kursi dan tangan kiriku pada meja mengurung tubuh gadis itu. Perlahan kucondongkan badanku mendekat kewajahnya sehingga kami bertatapan saat ini.
"Oh jadi gue ganggu konsentrasi lo? "

Amor Est Poena -TS(1) SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang