"Seperti kapal yang terombang-ambing ombak disamudera.Selama apapun aku menunggu,tetap saja bukan aku tempatmu berlabuh. -Amor est poena.
Author
Fara berlari kecil dari parkiran menuju pintu utama kantornya. Dia meruntuk dalam hati menyalahkan dirinya sendiri karena bangun kesiangan, semua itu terjadi karena Willy Alexander. Hanya dengan mendengar namanya saja mampu membuat Fara gelisah dan baru bias tertidur sekitar pukul empat dini hari.
Bagaimana mungkin setelah sekian lama tidak bertemu sekarang dia harus bekerja di bawah pipinan pria itu. Fara belum siap untuk bertemu dengan Willy, ia bingung harus bersikap bagaimana jika bertatapan dengan Willy. Fara terlalu malu untuk kembali memperlihatkan wajah didepan Willy karena masa lalunya yang terbilang cukup memalukan. Rasanya tidak jauh berbeda dengan bertemu mantan pacar.
Hari ini adalah acara peresmian penyerahan kedudukan pimpinan lama kepada CEO baru yang tidak lain adalah Willy Alexander cucu pemilik perusahaan ini.
Dengan langkah mengendap-endap Fara masuk kedalam ruangan tempat acara berlangsung. Dia berjalan agak penunduk agar tidak seorangpun tahu atas keterlambatannya.
Acara peresmian sudah berlangsung sejak sejam yang lalu ,saat ini semua pegawai dan juga tamu undangan penting sedang mengobrol dan menikmat hidangan yang ada.
Kedua bola mata Fara terlalu sibuk mengawasi meja tempat atasan lamanya berada tanpa menyadari ada seorang pria berdiri tak jauh darinya.
Bruk!
Tidak sengaja kepala Fara menyundul sesuatu yang tidak terlalu keras sehingga tidak ada rintihan kesakitan karena benturan barusan. Reflek Fara meraba benda apa yang ia tubruk barusan dengan kedua mata masih sibuk mengawasi meja tempat tamu penting dan atasannya berada.
Fara mengerutkan kening merasa asing dengan barang yang ditubruknya tadi. Kok empuk?
"Ehm,kenapa kamu menyentuh barang saya?"
Suara berat itu membuat tubuh Fara mematung. Reflek dia menengadahkan wajah, matanya terbelalak melihat tangannya menyentuh privasi yang seharusnya tidak pantas disentuh sembarangan. Fara menarik tangannya dengan wajah merah padam.
"M-maaf saya tidak bermaksud menyentuh ba-barang anda.",ucap Fara tergagap dengan pipi merah padam. Kedua tangannya gemetar mengingat barang apa yang ia sentuh beberapa saat yang lalu.
Tanpa disangka lelaki dihadapannya itu justru tertawa terbahak-bahak membuat Fara mengerutkan kening bingung.Sejak kejadian memegang 'barang' dia terus menunduk dan tidak berani menatap wajah pria itu.Terlalu malu atas apa yang di lakukannya tadi.
Fara terpaku memandang wajah lelaki itu.
Rahang kokoh dipadu dengan hidung mancung dan bibir merah. Bola mata cokelat yang tampak ramah di tambah dengan badan tinggi dan otot kokoh yang terbentuk sempurna.
Tampan sekali.
"Anda lucu sekali nona." ucapnya disela tawa.
Fara kembali menunduk saat tatapan keduanya bertemu. Jika bisa Fara ingin segera pergi dari tempat ini, malu sendiri padahal tidak ada orang lain yang melihat kejadian itu selain dirinya dan pria dihadapannya.
"Santai saja,anggap kejadian tadi tidak pernah terjadi.",ucap lelaki itu dengan senyum ramah seraya mengulurkan tangan kanannya, "Diego Fernando,panggil saja Nando."
Fara menatap ragu uluran tangan dihadapannya, tapi tak urung ia mengulurkan tangan membalas jabatan tangan Nando karena melihat senyum ramah pria itu. Apalagi Nando sepertinya sudah tidak mempersalahkan kejadian yang beberapa menit lalu terjadi,
KAMU SEDANG MEMBACA
Amor Est Poena -TS(1) SUDAH TERBIT
Romance[[ TELAH TERSEDIA DISELURUH GRAMEDIA INDONESIA DAN TOKO BUKU]] Highest rank: 1 in Romance [25/06/2017] (Segera dinovelkan) Prelogy Silent love Percayakah kamu bahwa dunia ini terus berputar? Akan datang waktunya, Dimana yang mengejar jadi dikejar Y...