Istri Apa Pembantu

214 17 2
                                    

Minggu sore itu Rifa mengadakan kunjungan persahabatan ke rumah Nia.

Glotak!

Dengan serampangan, Rifa menghempaskan tasnya yang terbuat dari kulit kadal di atas meja. Lalu duduk di samping Nia sambil menggerutu ga jelas.

Sementara Nia, masih asik ngupil sejak dua jam tadi.

"Halo Nia. Gue tamu nih, ga dibikinin minuman apa-apa?" sapa Rifa.

Tapi sapaan Rifa ga dapat respon.
Nia masih asik ngupil. Jari telunjuknya mengobok-ngobok lubang hidungnya sambil mendesah-desah keenakan.

"Ah.. Uh.. No.. Yess.."

"Nia! Stress lo ya?!" merasa dicuekbebekin, Rifa terpaksa menghardiknas.

Nia kaget. Menoleh kepada Rifa.

"Hai Rifa. Barusan aku kaget lho."

"Bodo amat!" sahut Rifa keki.

"Muahaha... Pengantin baru kok jutek gitu sih? Kenapa, kenapa?"
Rifa diam.

Matanya mulai berkaca-kaca spion, sedetik kemudian air mata itu muncrat kemana-mana.

"Bocor, bocor. Matamu berair, Rif. Kamu nangis, ya?" Nia panik.
 
Nyodorin tisu untuk Rifa.

"Yaiyalah nangis. Lo pikir gue pipis lewat mata?!" Rifa mengusap-usap airmatanya pake tisu, setelah itu tisunya dikembalikan kepada Nia.

"Nangis kenapa sih?" Rifa justru makin semangat nangisnya.

"Si Anto, Anto. Suami gue. Hiks."

"Iya, iya. Suami kamu kenapa? Direbut tetangga? Meninggal? Cerita dong," Nia kuatir.

"Dia... Dia ternyata orangnya ga romantis, huhuhuu.." Nia mendengus.

"Ya Allah... Cuma masalah begituan?"

"Itu nyebelin banget tau ga sih? Nyebelin!" Nia menatap Rifa penuh tanda tanya.

"Jadi ceritanya kamu nyesel nikah sama Anto?" Rifa terdiam cukup lama.

"Gue cuma pengen dia romantis dan perhatian ke gue. Masa pendiam banget gitu, ngomong sama gue kalo pas lagi lapar aja. Gue kesepian. Rumah kami yang megah itu sepinya udah kayak kuburan tua. Mendingan gue tinggal di gubuk derita deh, tapi punya suami yang romantis, suka becanda dan bisa bikin gue nyaman.." cerocos Rifa sambil menatap Nia penuh tanda seru.

"Sebenarnya salah kamu juga kan Rif? Pacaran baru sehari dua malam udah mau aja dinikahin. Jadi kamu belum kenal betul siapa Anto. Kayak aku dong, pacaran sama mas huda udah seperiode presiden belum jelas kapan dinikahi, hehee... " pamer Nia.

"Habis dia-nya ganteng, punya perusahaan, pendiem dan ga suka genit sama cewek lain," jelas Rifa.

"Nah trus kenapa sekarang kamu nangis-nangis?"

"Ganteng dan kaya aja ternyata ga cukup buat gue. Gue butuh keromantisan..." Nia termenung tiga jam.

"Gimana kalo kamu aja yang memulai keromantisan itu. Kamu coba godai suami kamu. Kamu gombal-gombalin dia. Kalo diem dibales diem ya diem-dieman gitu jadinya ga selese-selese," Nia memberi saran.

Mata Rifa tiba-tiba berbinar. Tangisnya terhenti. Kemudian tersenyum lebar sampai ke kuping. hahaha..

"Ga nyangka lo punya usul sebriliant ini, Nia. Ga rugi gue punya sahabat dari TK sampe SMA kayak elo. Makasih, yah. Muah!" kisbai Rifa, kemudian bergegas pulang.

Besok paginya Rifa langsung mempraktekkan saran Nia. Di saat sang suami sudah rapi siap berangkat ngantor, Rifa mulai beraksi.

"Ya ampun Mas Anto, masih pagi aja udah ganteng gini, gimana nanti kalo udah siang. Bangga deh aku jadi istrinya, Mas," gombal Rifa.

Tapi Anto santai-santai aja. Ga tersenyum. Ga Eaaa. Ga meleleh. Ga klepek-klepek. Ga mukul-mukul manja. Malah kemudian dengan dinginnya bertanya:

"Mana sarapan pagiku?"
Njrit! Rifa misuh-misuh dalam hati. Dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Gue Sebenarnya Istri apa pembantu sih, ngomong kok pas laper doang????"

Aaaaaarrkkkggg....

 

×××××
Tunggu Cerita Huda Dan Nia Selanjutnya..

Happy Reading..

Huda dan NiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang