40 Hari Setelah Menikah

2.9K 11 1
                                    

Ruang tamu sebuah rumah kecil yang sederhana. Malam itu malam jum'at, yang bertepatan dengan peringatan 40 hari menikahnya mereka.

Nia terlihat sedang menyetrika pakaian, sementara Huda yang melipat dan menyusunnya ke dalam lemari. Begitulah mereka setiap harinya, berusaha kompak di setiap kesempatan dan kegiatan.

Kalo Nia belanja ke pasar, Huda yang bertugas membawa barang belanjaan. Saat masak, Nia yang mengulek bumbu Huda yang mengirisi sayuran atau marut kelapa. Waktu makan, Nia yang mengunyah, Huda yang menelan. Yaa begitulah.

"Ternyata semua tetek bengek rumah tangga, kalo dilakukan sama-sama terasa menyenangkan ya, Mas?"

"Em.. Iya sih. Tapi menurutku kamu jangan terlalu sibuk deh, Sayang.."

"Lho kenapa?"

"Ntar kamunya capek. Aku aja males mikirin tetek bengek rumah tangga, mending mikirin tetek kam..."

"Heh!" Nia mendelik. Menodongkan setrikaan panas. Huda tertawa tanpa suara.

"Udah deh, yuk. Nyetrikanya dilanjutin bulan depan aja. Capek..."

"Tinggal dikit lagi lho ini, Mas."

"Mangkanya jangan dihabisin. Udah tau tinggal dikit. Hemat, Beb, hemat.."

Huda mencabut colokan setrika. Lalu menarik tangan Nia, dibawanya duduk di sofa.

"Pinjam hape dong, Sayang, bentar. Mau update status: Mau bobo sama istri', hihihi..."

Huda mengambil hape Nia dan segera log in akun facebooknya, tapi ternyata tidak bisa. Dicoba sekali lagi. Masih juga tidak bisa. Entah kenapa.

"Susah banget sih, Beb, masuknya.."

"Coba diludahin dulu, Mas," usul Nia sambil mengedip genit.

"Cuih!" Huda meludahi hape Nia.

"Ya Alloh, hapekuu! Hapekuu!" Nia meratapi hapenya. Diraihnya bantal sofa dan dilemparkan ke arah Huda.

"Haha!" Huda menghindar, sambil tertawa ia berlari ke kamar. Berharap Nia akan mengejar.

Tapi apa, sudah hampir 10 menit Nia belum juga menyusul.

"Sayang..." Huda memanggil-manggil. Tak ada sahutan. Hening.

Huda yang penasaran akhirnya keluar kamar. Dicarinya Nia di ruang tamu, dapur, kamar mandi, di kolong dingklik, di atas genteng, tapi Nia tidak ada.

"Sayang, kamu dimana? Tadi tuh ngeludahnya tuh ga beneran. Cuma suara doang. Duh, kamu ini. Ayo dong keluar. Ga lucu tau udah suami istri gini masih main petak umpet?"

Tetap hening.

"Kehfain! Kuhitung sampai tiga nih, kalo masih ga mau keluar juga, kuhitung sampai seratus!"
ancam Huda.

Nia yang bersembunyi di belakang lemari ngikik dalam hati. Hihihi. Rasain.

Huda ga kehilangan akal. Dengan gesit dia mematikan seluruh lampu. Seisi rumah tiba- tiba gelap gulita. Dan taktik itu cukup berhasil.

"Maass!" Nia berteriak ketakutan.

"Muahaha.."

Huda buru-buru kembali menyalakan lampu. Terlihat Nia berdiri merengut di sudut ruangan. Sambil tersenyum, Huda melangkah menghampiri istrinya itu.

"Jahat banget," nia merajuk.

"Jahat apaan coba?"

"Pake nanya lagi. Gelap tau ga sih Mas. Mana malam jum'at.."

Kedua tangan Huda memegang kepala Nia. Ditatapnya dalam-dalam.

"Seperti itu juga rasanya kalo kamu jauh dariku, Sayang. Gelap."

"Gombal!" Nia buang muka.

"Duarius, Sayang, haha" goda Huda mengacak-ngacak rambut lurus Nia.
 
Nia tergodah, menatap wajah Huda yang 7 centi lebih tinggi dari dirinya. Disentuhnya wajah itu penuh perasaan. Huda mendorong tubuh Nia, dipepetkan ke dinding. Pelan tapi pasti wajahnya mendekati wajah Nia, yang sudah menanti berdebar sekaligus tak sabar. Semua titik disentuhnya hati-hati, kening, kuping, bibir, semuanya. Tangan kiri memegang kepala belakang Nia, sementara tangan kanan sudah seperti lagunya Ayu Ting Ting, kemana kemana-kemaana.

"Kok rambutnya kamu jadi ga lurus gini, Sayang?"

"Kayaknya kamu salah pegang rambut deh ah. Itu rambut apaaah..." desah Nia.

"Ah sudahlah..."

Huda ga peduli dan meneruskan kegiatannya. Nia menggeliat-geliat kayak ikan lele manjat gunung.

"Kenyal, Beb..."

Huda berbisik lembut. Nia merangkul erat. Badannya agak membungkuk menahan gejolak.

"Kurawat Mas, biar Mas-nya sayang terus sama Nia..."

"Oh yah?"

"Ha'ah.

"Kan pribahasa bilang 'tak kenyal maka tak sayang' ?"

"Hsshaahh..."

Huda lumerrrrr.....
 

×××××
Tunggu Cerita Huda Dan Nia Selanjutnya..

Happy Reading..

Huda dan NiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang