Alarm ponsel berdering nyaring, cukup lama sehingga memaksa tidurku terjaga. Mataku perlahan- lahan terbuka, berat rasanya. Tapi hanya sebentar, karena kemudian mataku langsung segar, saat melihat wajah lembut wanita di sebelahku. Dia masih nyenyak, tak terganggu sedikitpun dengan bunyi alarm tadi.
Tadi malam adalah malam pertama, dan pagi ini adalah pagi pertama aku dan dia resmi hidup berumah tangga. Aku tersenyum berdebar menikmati wajahnya yang pulas. Dia terlihat lelah, resepsi pernikahan yang meskipun digelar sederhana, tapi cukup menguras energi. Ditambah tadi malam kami tidur hingga lebih jam tiga pagi. Bercinta dan bercerita bagaimana awalnya kami kenalan hingga akhirnya dipersatukan seperti ini. Sebenarnya aku tidak tega untuk membangunkannya.
"Sayang..." aku berbisik dekat telinganya, lebih tepatnya di sebelah pipinya. Kuusap pipi itu, lembut dan hati-hati.
"Bangun, Sayang. Sebentar lagi waktunya Shubuhan. Aku butuh kamu jadi makmumku, biar sholat kita berpahala 27 derajat.."
Dia menggeliat manja, membuka mata, sesaat dia tampak terkesiap melihatku seperti melihat orang asing. Mungkin kaget dan aneh, malam-malam sebelumnya tidur sendiri, sekarang begitu bangun tau-tau ada yang menemani.
"Mas udah dari tadi bangunnya?" katanya sedikit malu-malu, ketika sudah menyadari posisinya.
"Belum juga, paling baru lima menitan.."
"Tau ga sih Mas, aku merasa semua ini masih seperti mimpi.." katanya sumringah tak terlukiskan, sambil merubah arah baringnya kepadaku, sehingga aku dan dia berhadap-hadapan. Aku merapikankan poninya yang acak- acakan.
"Istriku baru bangun saja sudah cantik gini, gimana nanti kalo sudah mandi ya?"
"Masih pagi Mas!" dia mencubit pinggangku.
"Udah gombal aja.." Aku nyengir.
"Percaya ga Sayang, kalo setiap manusia itu diciptakan dengan tujuan yang telah ditetapkan?"
"Emm.. Masa sih Mas?"
"Iya. Misalnya kamu, diciptakan untuk selalu kupuja untuk setiap hari kupuji.."
Dia tersipu.
"Ohyeah? Trus Masnya?"
"Oh, kalo aku tercipta untuk mencintaimu. Dan bisa kan mengizinkan aku untuk terus begitu?"
"Prett ah!" dia mengambil bantal, pura-pura dipukulkan ke aku. Aku terlentang, tangan menutupi muka melindungi dari pukulannya.
"Emang kalo ga ngegombal sejam aja badannya gatel-gatel gitu ya Mas?
Dasar ih!"Aku dipukul pake bantal lagi.
"Hehe.. Terserah kamu mau menyebut itu gombal. Tapi sebenarnya aku hanya berusaha merangkai kata, kata yang tepat biar kamu senang mendengarnya.."
"Ohyeah?"
"Ohyeah oyeah melulu! Sini deh Sayang.." aku menepuk-nepuk kasur, mempersilahkan dia berbaring di sana. Aku membelai-belai rambutnya. Sebentar-sebentar saling memandang.
Tak cuma itu, kami merayakan pagi dengan pelukan, dengan kecupan.
"Kita akan selamanya begini kan Mas? Bukan hanya saat ini ketika kita masih pengantin baru?" bisiknya bertanya.
"Tentu, kita akan sama-sama saling menjaga dan saling mempertahankan.." jawabku .
"Eh udah yuk mandi, bentar lagi adzan shubuh.."
"Mandiin..." dia menjawab manja.
Aku bangkit. Mengambil dua handuk. Satu kupake sendiri, satunya lagi kukalungkan di lehernya."Iya deh dimandiin, trus ntar sekalian Mas sholatin ya? Hehe.." cibirku sambil lari ke kamar mandi, berharap dia akan segera mengejar. Tapi ternyata dia hanya berjalan pelan, malah kemudian cuma berdiri mematung.
"Kenapa, Sayang?"
"Entahlah Mas, tiba-tiba aku merasa kuatir, membayangkan semakin banyaknya rumah tangga gagal di sekitar kita?"
Aku menghela nafas, lalu mendekatinya. Kudorong pelan hingga bersandar di dinding. Kutatap matanya dalam-dalam, dia tertunduk diam. Dan sebuah kecupan ringan kuhadiahkan di keningnya.
"Kamu hanya melihat mereka yang gagal, Sayang. Kamu tidak melihat mereka yang berhasil, jumlah mereka lebih banyak.." Dia termenung.
"Lihat saja Ayah Ibumu, mereka sudah 30 tahun bersama mengarungi rumah tangga yang bahagia. Dan mereka akan terus bersama, menyaksikan kita membesarkan cucu-cucu mereka..."
"Mas janji akan seperti mereka?"
"Apakah masih kurang sakral janjiku kemarin di depan penghulu? Aku sudah divonis menjagamu Sayang, dari hati hingga mati.." Dia nyengir ga penting.
"Hehe.."
"Ah kamu..." rambutnya kuacak-acak, dan dengan gemas kuangkat tubuhnya lalu kulempar ke kasur.
×××××
Tunggu Cerita Huda Dan Nia Selanjutnya..Happy Reading..
![](https://img.wattpad.com/cover/94260970-288-k208526.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Huda dan Nia
فكاهةHuda, sosok pemuda ganteng yang di kenal sangat pelit, menjalin asmara dengan Nia, gadis lugu yang suka sekenanya kalau bicara. Bagaimana hubungan asmara mereka, yuk baca keseruan ceritanya. Instagram: @hudabaper