Keluarga Bahagia (TAMAT)

2.4K 10 1
                                    

Selasa sore semakin habis. Malam mulai menjelang. Huda dan istrinya sedang menonton TV acara Adzan magrib untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

"Mas Huda, Nia mau nanya dong,"

"Nanya apa, Beb?"

"Teks adzan kalo di layar TV kan Ashadu Anlailahaillah gitu, ya kan Mas ya? Tapi kok pelafalannya jadi Ashadu Alailahailallah gitu sih? Beda.."

Huda terdiam cukup lama. Lalu nyengir,,

"Hehe..."

"Ga tau, ya? Katanya lulusan Aliyah.."

"Siapa yang lulusan Aliyah beb? Bukanya kamu? Duuuuh"

"Oiya lupa! Mas kan lulusan sensor" Nia ketawa garing.

"Hih" Huda mrengut.

"Yaelah gitu aja mecucu! Gimanaaa? Masih ga tau ya?"

"Bukan ga tau, Sayang. Cuma sedang mengingat-ingat. Iya gini kalo ilmu jarang diterapkan, jadinya lupa. Bentar, bentar..."

Huda mengetuk-ngetukkan jari ke dengkul, berusaha mengoptimalkan otaknya mengingat ilmu-ilmu agama yang pernah dipelajarinya.

"Gayamu, Mas, Mas," ledek Nia.

"Aku ingat!" Seru Huda menghadap istrinya.

"Itu karena idghom bilagunnah. Iya idghom bilagunnah. Idghom bilagunnah itu ada dua huruf, 'lam' dan 'ro'. Dua huruf tersebut akan menghilangkan bunyi huruf 'n' jika bertemu nun mati, atau semua huruf yang dibaca 'an', 'in', 'un' tanwin," jelas Huda penuh percaya diri.

"Beneran gitu?" kata Nia dengan tatapan takjub.

"Iya. Contohnya di lafadz adzan tadi, di kalimah syahadat juga. Bunyi huruf 'nun' melebur menjadi huruf 'lam'. Peraturan Idghom bilagunnah adalah 1 harokat pada saat peleburan..."

Nia mesem.

"Pinter ya?"

"Ganteng juga..." Nia memencengin bibir.
"Jadi pengen muntah-muntah gini sih, Mas? Padahal belum hamil..."

"Hahaha... Dasar!"

Huda mendekap geram Nia. Nia meronta.

"Jangan kenceng-kenceng gini kenapa sih meluknya. Istrinya kamu jadi ga bisa napas nih. Uff..."

"Tapi aku berharap, hubungan kita bisa seperti idghom bilagunnah itu, Sayang," bisik Huda kemudian, perlahan-lahan dan penuh perasaan.

"Maksudnya apa, Mas?"

Nia memandang ga ngerti. Huda balas memandang Nia.

"Idghom Bilagunnah itu selamanya cuma ada lam dan ro'. Begitupun hubungan kita selamanya, cuma aku dan kamu..."

"Aduh, Mas..." rintih Nia, mendusel-dusel di dada Huda.

"Udah ah. Ga usah lebay. Kita magriban dulu ya?"

"Tapi kan baru wilayah Jakarta, untuk wilayah rumah tangga Huda Nia belum?"

"Ya kita siap-siap dulu, Sayang. Sholat itu lebih keren kalo dikerjakan tepat waktu,"

Huda berdiri. Siap-siap ke kamar mandi untuk berwudhu. Nia merentangkan tangan.

"Gendong..."

"Ya Allah. Manja banget sih?"

Huda geleng-geleng. Nia bales menggeleng-geleng.

"Manja sama suami sendiri masa ga boleh? Cuma minta gendong ke kamar mandi ini, bukan minta gendong kemana-mana kayak mbah Surip. Pelit banget..."

"Yaudah, yaudah. Dasar kamu..."

Huda akhirnya ngalah walau rada- rada jengkel.

"Muahaha..." Nia ngakak melihat tampang suaminya yang merengut ikhlas ga ikhlas.

Sampai di kamar mandi, Nia berwudhu duluan. Kemudia menengadahkan tangan membaca doa selesai berwudhu. Huda hanya memandangi penuh kagum dan bangga. Wajah istrinya, ketika basah air wudhu begitu, kecantikannya meningkat 15%. Subhanallah.

"Bangga punya istri kamu, Sayang." goda Huda sambil meraba wajah Nia.

"Hah! Kan Nia jadi batal lagi? Sengaja nih pasti. Aaa... Mas jahat!" Nia ngamuk-ngamuk manja. Kakinya menghentak-hentak jalan di tempat ga beraturan.

"Duh, iya, iya. Maap, Sayang, maap. Cepetan wudhu lagi gih."

"Enggak! Mas aja yang wudhu duluan..."

"Enggak mau. Pasti kamunya nanti mau bales dendam batalin aku kan? Iya kan? Hahaha. Kebaca..."

"Iih... Dasar Masnya mau menang sendiri. Dasar! Dasar!" Nia menciprati Huda dengan air bertubi- tubi.

Huda ga terima. Sambil tertawa ia bales menciprati Nia. Akhirnya mereka saling ciprat-cipratan ga penting hingga pakaian keduanya basah. Dan terlanjur basah, yasudah mandi bareng sekalian.

Dan setelah mandi dengan durasi yang ga wajar, adzan magrib mulai bersahut-sahutan dari masjid-masjid di sekitar kediaman mereka. Nia segera mengenakan mukenanya. Huda menggelar sajadah, satu untuk dirinya, satu untuk istrinya. Lalu tersenyum memandang Nia yang telah lengkap berbusana sholat.

Nia tersipu.

"Udah ah, Mas. Ntar ga khusuk lho kita sholatnya?"

Huda mengucap istighfar dalam hati...........

TAMAT...

Pengen tau cerita huda dan nia lebih lengkapnya, beli novelnya di gramedia terdekat segera. Terbatas. :)

 :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Huda dan NiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang