Malam ini merupakan malam pertama mereka. Setelah 4 tahun saling mengenal, dan atas desakan masyarakat luas, akhirnya mereka mau menikah juga.
Acara ijab kabul yang dihelat selepas sholat ashar, baru saja selesai beberapa jam yang lalu. Dan sekarang mereka berdua sudah berada di dalam kamar pengantin yang remang-remang, dan semerbak wangi oleh aroma baigon yang barusan disemprotkan Nia untuk mengusir nyamuk.
Sementara di luar kamar, terdengar sayup-sayup gendang kang slamet dari Orkes Melayu New PALLAPA, dipadu dengan gending Campur Sari yang memekakan telinga. Memang dalam acara pernikahan malam itu, untuk menghibur tamu undangan, keluarga Nia mengundang Orkes New PALLAPA dan Campur Sari. Seru!!
Huda dan Nia, walaupun sudah sering bersama, tapi karena ini adalah untuk pertama kalinya mereka ditempatkan dalam satu kamar, masih terlihat jelas kegrogian dalam diri keduanya. Maka untuk membunuh ketegangan Huda berpura- pura sibuk menggambar sesuatu di kertas, sementara Nia sok menikmati madu sasetan yang sedang dikecap-kecap di mulutnya. Begitulah cara mereka berbulan madu. Huda menggambar bulan, sedangkan Nia menghisap madu.
"Aku masih nggak percaya, Sayang, tadi Temen-temen kita mau dateng menghadiri resepsi pernikahan kita," Huda buka obrolan.
"Iya, Mas. Padahal dulu waktu Mereka menikah, kita nggak datang ya?"
"Ehem..." Huda manggut-manggut dan mengulum senyum.
Nia juga tersenyum. Ia sendiri juga masih belum begitu percaya, sekarang ada orang selain dirinya yang bebas berada di kamarnya, apalagi orang tersebut bergender laki-laki.
Mengingat dulu orang tuanya bisa dibilang sangat ketat mengawasi pergaulan Nia dengan laki-laki. Nia selalu teringat bagaimana nasehat Mamanya dulu ketika ia menginjak usia remaja.
"Kamu tuh cantik, Nia. Dan orang cantik tuh bahaya laten. Rawan digoda laki-laki! Kalau nanti ada bujangan memacarimu, kamu jangan pernah mau ditiduri dia. Jangan pernah!"
"Ditiduri bujangan nggak boleh, berarti kalau ditiduri lelaki yang sudah beristri boleh dong, Mam?"
"Bodoh! Jangan bikin malu keluarga! Awas ya, kalau kamu mau-mau saja digoda suami orang, apalagi kalau sampai tidur sama laki-laki yang sudah beristri, Mamih coret kamu dari daftar warisan keluarga! Catat itu!"
"Iya, Mamih, iya," jawab Nia mengangguk patuh, dan ia pun mencatat nasehat Maminya itu di dalam otak.
"Jaga kesucianmu untuk kehormatan keluargamu. Jadi wanita itu jangan goblok. Jaman edan sekarang ini banyak lelaki buaya yang pintar ngerayu supaya bisa meniduri wanita..."
Sejak itu Nia hati-hati banget dalam pergaulan. Demi tidak ingin dicoret dari daftar warisan keluarga, ia benar-benar menjaga kesuciannya. Bahkan terkadang, Nia sampai mengerahkan bala tentara untuk menjaga keperawanannya.
"Mmm.. Sayang, kita belah duren yuk," ajak Huda tersenyum kikuk, memecahkan lamunan Nia.
"Hayuk, Mas," jawab Nia pelan tapi penuh gairah.
Lalu Nia buru-buru keluar kamar. Mau ke kamar mandi mungkin, membersihkan apaaa gitu, pikir Huda. Selang setengah menit kemudian, Nia sudah kembali ke kamar menenteng dua buah duren dan sebilah golok.
"Nih, Mas..."
"Bukan duren gituan! Huh!" Huda langsung merengut tampan.
"Lah trus duren yang kayak gimana?"
"Duren Afrika! Yang warnanya hitam," jawab Huda sekenanya.
Keki banget dia soalnya. Nia tampak sedikit kecewa. Tapi yasudah, akhirnya ia menyimpan buah duren dan golok tadi ke dalam lemari pakaian. Setelah itu melihat arloji di tangannya.
"Alhamdulillah ya, Mas, nggak kerasa kita sudah 6 jam lebih menjadi suami istri," kata Nia sambil tersenyum begitu manis.
"Iya, yah, Sayang, gak nyangka banget sumpah. Perasaan baru tadi deh aku mengucapkan ijab kabul," jawab Huda sambil tersenyum sejuta kali lebih manis. Kekesalannya langsung hilang melihat senyum istrinya yang sangat tidak pahit itu.
Kemudian Huda bergerak mendekati Nia yang masih berada di sekitar lemari. Setibanya di depan Nia, untuk sekian detik ditatapnya wajah istrinya itu dalam-dalam dan penuh perasaan, lalu pelan-pelan mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Nia. Nia berusaha mundur mau-mau tapi malu, tapi Huda terus memburu, tapi Nia juga terus berusaha mundur hingga punggungnya menyentuh dinding kamar.
Melihat Nia sudah tidak punya ruang lagi untuk mundur, pelan-pelan Huda mendorong badan Nia dipepetin ke tembok. Dan perlahan tapi pasti wajahnya mulai mendekati wajah Nia. Nia akhirnya hanya bisa memejam pasrah, menanti dengan jantung berdebar sekaligus tak sabar. Tapi, sebelum terjadi hal-hal yang diinginkan, tiba-tiba tangan Nia memblok wajah Huda yang sudah hampir mendekati sasaran.
"Nggak mau! Jangan!" tolak Nia, kemudian buru-buru enyah dari hadapan Huda dan duduk di tepi ranjang.
Huda merasa terampas dari langit tinggi ke dasar sumur.
"Kenapa?!"
"Mas jangan godain aku kayak gitulah. Aku hampir saja terpedaya tau," jelas Nia dengan tampang murung.
"Kok gitu? Kita kan sudah menikah?"
"Makanya itu. Aku ingat nasehat Mama, supaya jangan mau digoda sama suami orang!" serobot Nia. Huda menepuk jidat!
"Ya Allah. Aku kan suami kamu, Sayang. Bukan suami orang?"
"Tapi kan aku juga orang, Mas!"
"Bukan, Sayang. Kamu bidadari, bidadari di langit hatiku. Ayo kita bobo..."
Huda coba memberi pengertian, lalu duduk di samping Nia. Tapi Nia langsung beringsut menjauh ke pojok ranjang.
"Nggak usah nggombal-nggombal lagi. Pokoknya kita bobo-nya jangan deket-deket. Aku tidur di lantai, Mas tidur di genteng. Jadi sekarang tolong Mas keluar dari kamar Nia..."
"Apah?!! Ini termasuk KDRT loh, Sayang. Kamu bisa kena pasal!"
"Bodo amat sama pasal. Aku harus nurut kata Mamih, jangan pernah mau ditiduri sama pria yang sudah beristri. Nanti aku dicoret dari daftar warisan..."
"Tapi kan istriku itu kamu, Sayaaaaang? Kamu! Aku boleh tidur sama kamu..."
Nia melotot ke arah Huda, lalu geleng-geleng kepala.
"Ternyata benar kata Mamih dulu. Lelaki memang pinter ngerayu biar bisa meniduri wanitanya. Tapi aku bukan wanita goblok, Mas..."
"Kamu nggak goblok. Kamu malah kebangetan pinternya. Ayo sini, Sayang, kita bikin cucu buat Mamih..." bujuk Huda sambil menepuk-nepuk kasur.
"Udah nggak ngerayu-ngerayu lagi. Cepat keluar, Mas. Kalau nggak, aku bunuh diri nih terjun dari ranjang!" ancam Nia mulai berdiri di pinggir ranjang bersiap-siap melompat.
"Oke, oke. Oke! Aku keluar nih. Tapi jangan melakukan tindakan konyol seperti itu, Sayang," seru Huda mulai ketakutan melihat belahan jiwanya mau membunuh dirinya sendiri.
Kemudian Huda segera keluar kamar dengan perasaan tak karuan.
"Kenapa kehidupan rumah tangga hambaMu ini harus begini banget ya, Tuhan? Kenapaa?" tanya Huda sambil menangis di bawah jemuran basah.
×××××
Tunggu Cerita Huda Dan Nia Selanjutnya..Happy Reading..
KAMU SEDANG MEMBACA
Huda dan Nia
HumorHuda, sosok pemuda ganteng yang di kenal sangat pelit, menjalin asmara dengan Nia, gadis lugu yang suka sekenanya kalau bicara. Bagaimana hubungan asmara mereka, yuk baca keseruan ceritanya. Instagram: @hudabaper