Chandelier terbangun pagi sekali. Ia meregangkan otot-ototnya dan berjalan menuju cermin. Matanya bengkak. Ia tertidur terlalu lelap. Rambut coklatnya mengembang. Ia mencoba mengingat-ingat mimpinya. Gelap.
Terdengar ketukan pintu dari samping kirinya. "Masuk, Ma!" Seru Chandelier. Pintu berdecit tertutup.
Chandelier mengusap kedua matanya. Ia kemudian tertegun melihat Rosa dari atas sampai bawah yang hampir seluruhnya sebiru laut. Ia mengingatkannya pada "The Smurfs" atau kali ini, Smurfette.
"Biru. Tema Minggu pagi kali ini. Bagaimana menurutmu?" Rosa berputar 90 derajat untuk menunjukkan setelan olahraga birunya. Rambut tebalnya dikuncir ke belakang dengan ikat rambut biru. Ia memakai topi yang juga berwarna biru.
Chandelier dengan berat membuka matanya dan berkata, "Mama kau bercanda."
"Tentu tidak, Sayang. Aku serius dengan ini. Ayolah! Ganti bajumu, kita mulai kebiasaan lari pagi, kita mulai hidup yang lebih ... biru."
Rosa melipat tangannya menunggu pergerakan Chandelier. Chandelier kemudian berdiri dan berjalan menuju lemari. Ia hanya bisa membatin, bersumpah bahwa ia sangat malas berolahraga pagi ini. Bahwa ia harus tidur untuk sejam lagi. Dan bahwa ia tidak tega untuk menghancurkan apapun yang Rosa harapkan. Pernyataan ketiga membuatnya bersemangat mengambil baju hangat merah muda dari lemarinya. Ia berjalan terseret untuk kembali bercermin.
"Aku tunggu kau di bawah, Sayang." Ujar Rosa.
"Oke." Chandelier menyerah.
Ia mulai menyisir rambut dan mengikatnya dengan ikat rambut berbentuk tali rami kecil. Ia melihat refleksi dirinya di dalam cermin. Dia tidak mau mengatakannya tapi bagaimanapun dia tampak lebih gemuk dan ini bukan hal yang terjadi seharusnya. Toh, ia juga bukan orang peduli dengan penampilan. Hal ini bukan bencana baginya.
"Oke, untuk hidup yang lebih..." Chandelier melirik baju hangatnya, "Merah muda?"
Ia kemudian melipat selimutnya dan menatanya di atas kasur. Lalu berlari kecil keluar kamarnya. Pintu tertutup agak menggebu.
***
"Whoops, pasti licin!" Rosa menghindari jalanan basah yang merefleksikan awan di dalamnya dan memberi tanda kepada Chandelier untuk mengikutinya.
"Sangat dingin! Aku tidak bisa berlari lebih jauh lagi, Ma. Ini tidak akan membuat tubuhku terasa lebih hangat." Chandelier berlari di samping ibunya.
"Kau harus belajar terbiasa merasakan seminggu pertama memasuki musim dingin."
"Aku sudah pernah melakukannya bertahun-tahun lalu. Aku tidak bisa..." Ia membuat tubuhnya menggigil seperti anjing mengeringkan bulunya yang basah.
"Kita akan mampir di kedai Monsieur Skönheureux sebentar. Lalu kita lanjutkan lagi. Aku ingin menunjukkanmu suatu tempat."
Mereka pun kembali berlari, namun sedikit lebih kencang menuju kedai Mr. Skönheureux di ujung jalan. Kedai itu bernama "Gingembre de Gardner". Ia menyediakan minuman hangat dan makanan ringan, berhubung wilayah ini selalu membuat orang-orang menggigil kedinginan. Chandelier sering memerhatikan tempat itu dari luar. Setiap orang berlomba mendapatkan kursi di dekat jendela besar nya. Jendela tanpa sekat di tengahnya. Jendela itu seperti kaca besar etalase toko outlet di kotanya. Yah, dia tahu karena mereka tidak pernah nyaman duduk di dalam. Tapi Rosa dan Chandelier selalu nyaman di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alarice's Oak
Mystery / ThrillerPenemuan sebuah jurnal hidup seorang yang tak ia kenal membuat Chandelier Althabilene, gadis berambut coklat tua yang tinggal di Interlaken dalam 10 tahun terakhir itu semakin penasaran. Tak ada seorang pun yang mengenal pemilik jurnal tersebut, ba...