Bab 8 : Tercekat oleh Debu Buku Tua

15 1 0
                                    

        Chandelier sekarang berdiri di depan ruangan itu. Rasa penasarannya telah melewati ambang batas. Ia sangat berharap bisa membukanya. Ia pun memasukkan kunci yang ia ambil dari lemari Rosa ke lubang kunci. Masuk! Kemudian ia memutarnya. Chandelier berhasil membukanya! Ia tersentak kaget namun tetap memperhatikan pergerakan tangannya. Perlahan ia membuka pintu itu dan mengambil kunci dari lubangnya.

       Ia masuk ke dalamnya dan menutup pintu serta menguncinya. Dilihatnya rak buku besar di ujung ruangan beserta buku-buku lainnya yang berserakan karena kelebihan muatan. Ruangan ini sebesar setengah kamar tidur Chandelier maupun kamar tidur Rosa. Agak sempit, tapi beberapa orang dapat menempati ruangan ini dan masih dapat bergerak dengan leluasa. Chandelier mendekati rak buku itu.

         Rak buku ini berisi buku-buku bersampul coklat tua yang kelihatannya memang sudah lama tak terpakai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

         Rak buku ini berisi buku-buku bersampul coklat tua yang kelihatannya memang sudah lama tak terpakai. Rasanya ia berada di perpustakaan abad ke-19 dan ia dapat mendengar suara gaun yang mereka pakai terseret di lantai kayu yang berdebu. Ada beberapa kursi di sini yang posisinya menghadap rak buku itu, layaknya ada seorang pembaca yang baru mengambil buku di bagian atas rak yang sulit untuk tercapai. Sungguh, Chandelier tidak tahu darimana harus memulai ini semua.

        Chandelier mengambil satu buku dari rak. Buku itu sangat tebal, seribu halaman? Pikirnya. Chandelier memepertanyakan apakah ibunya yang memiliki ini. Ia membalik halaman dengan cepat, ini ditulis tangan. Chandelier kembali mengingat bagaimana tulisan Rosa. Chandelier terkejut karena itu sangat mirip tulisan tangan ibunya. Buku ini seperti kumpulan biodata seseorang lengkap dengan tempat dan tanggal lahir, alamat mereka, serta foto mereka. Semuanya terlihat kuno dan rapuh, seperti telah disimpan sangat lama. Ada satu kertas dimana ia membatasi antara kumpulan biodata sebelumnya dengan sesudahnya. Kertas itu diberi judul, "La Famille  d'Althabilene". Oh, keluargaku? Kemudian Chandelier tidak lagi penasaran mengapa Rosa menulis ini semua. Mungkin ini memang harus dikenal secara turun-temurun, seperti siapa keluarga besarmu.

        Ada nama-nama yang sangat tidak dikenalnya. Maxence Althabilene, oh, dia yang memulai keluarga ini, pikirnya. Maxence memiliki istri bernama Belle Hector, dan mereka memiliki anak bernama Gerrald. Gerrald menikah dengan Bernadette Auguste, dan memiliki anak bernama Noah dan Bayleine. Namun, ketika Chandelier membalik halaman setelah Bayleine Althabilene, tidak ada kelanjutannya. Hanya kertas kosong, dan Chandelier membaliknya lagi, telah berganti dengan biodata orang lain. Hanya itu yang bisa Mama kumpulkan? Dimana nama Mama, Bibi Arenette? Chandelier hanya bisa kecewa dan membalikkan halaman lagi dan lagi. 

        Siapa orang-orang ini?  Santine Latourelle, Alarice Latourelle. Keluarga Latourelle. Keluarga Damboise. Apakah Mama bahkan mengenal orang-orang ini? Pekerjaan mereka, peternak, tukang jagal, tukang ledeng, pustakawati, algojo desa, hakim desa, tetua Zug. Oh Tuhan, ini sangat aneh! Chandelier mengusap rambutnya sambil menariknya ke belakang. Ia tidak bisa berpikir jernih sekarang. Ia hanya.... sangat tidak bisa menghubungkan semua ini dengan kehidupannya. Ia sekarang mempertanyakan mengapa ruangan ini hanya ditutup seakan-akan banyak hal yang Chandelier tidak perlu tahu tentangnya. Menyerah, Chandelier mengembalikan biodata itu pada tempatnya.

      Ia mengambil lagi beberapa buku tipis yang memiliki lukisan di depannya. Buku dijilid dengan benang tipis. Kertasnya berwarna coklat dan tulisannya berupa tulis tangan. Di sampulnya terdapat beberapa judul beserta penulisnya. Buku ini sepertinya berisi cerita fabel. Ah, akhirnya aku dihibur, ya, kan? Chandelier sangat menyukai cerita fabel sewaktu kecil. Ia tersenyum pada buku-buku itu. Chandelier pun menggenggam buku-buku itu, berencana untuk membacanya di kamarnya.

         Chandelier melihat satu buku sewarna hijau lumut yang dijilid menggunakan benang dari kulit hewan. Menurutnya, itu tampak menarik, warnanya berbeda dari yang lainnya. Buku itu tidak memiliki judul, bentuknya seperti sebuah jurnal. Ada sebuah nama di kanan atas buku, "Alarice". Alarice? Chandelier mengulangnya di dalam hati. Alarice Latourelle? Di bagian tengah buku terdapat tulisan "La Librairie de Livre Libre (Perusahaan Livre Libre)". Sebuah toko buku? Lagi-lagi Chandelier bertanya-tanya. Di bagian tengah bawah buku ini terdapat cap lilin bergambar bulu berserta pensil. Ia berpikir untuk mencari tahu keberadaan toko buku tersebut nantinya. 

                                                                                          ***

      Ia lalu kembali melihat-lihat keadaan buku dengan menarik buku-buku tanpa mengeluarkannya dari rak, kemudian mengembalikannya dalam keadaan semula. Saat ia melakukannya seringkali ia terlalu keras mendorong buku dan menghantam rak. Seketika Chandelier merasa ada yang aneh pada suara dentumannya. Ia kemudian mengulangi mendorong buku dengan keras. Ia dapat mendengar suara itu bergema, seperti ada gema yang merambat di sebuah lorong. 

      Tidak mungkin.... Ujarnya dalam hati. Sekarang dia seperti menjadi detektif dan masuk ke dalam film-film misteri tak berujung yang ketakutan. Ia rasanya sangat yakin harus menggeser rak sebesar ini. Chandelier dengan cepat menggeser tumpukan tinggi buku di samping rak dan merapikannya di tempat lain. Kedua tangannya saling menyingkirkan debu yang menempel di atasnya. Debu itu terkepul di atas keningnya. Ia kemudian meniupnya dengan keras. 

     Ya, dia benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Ya, dia benar. Rak ini dapat digeser. Ia melihat jalurnya di sini. Chandelier pun memberanikan diri untuk menggeser rak buku besar itu. Matanya terbelalak dan ia tak bisa berkata-kata. Itu memang sebuah lorong, lorong menuju bawah tanah. Ia melihat ke bagian bawah kakinya. Ada sebuah tangga kayu yang dapat membantunya menuju tempat itu. 

      Di bawah sana sangat gelap. Ia tidak mempersiapkan apa-apa. Coba saja ia membawa sebuah senter atau apapun..... Ah! teriaknya di dalam hati. Ia mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter. Seketika bulu tubuhnya berdiri. Ia terlalu takut untuk ke bawah. Baterai ponselnya hanya dapat bertahan beberapa menit. Tidak, tidak. Aku tak akan mungkin ke bawah sana. Tiba-tiba ada suara pintu terbuka.

      "Chandelier! Sayang, apa kau di rumah?" Seru Rosa membuat Chandelier panik dan langsung mengantungi ponselnya. Ia bergegas menarik kembali rak buku besar itu. Dengan susah payah ia mencoba menarik rak itu. Setelah itu, ia mendorong tumpukan buku tadi kembali di samping rak. Ia mengambil buku hijau lumut dan beberapa buku cerita fabel. 

        Ia berharap bisa keluar dari sini tanpa sepengetahuan Rosa. Ia pun melangkah dengan cepat ingin membuka pintu ruangan ini. "Chandelier, kau sudah pulang?" Rosa menuju ke sini! Ia sedang menaiki tangga. Ia telah sampai. Chandelier hanya dapat merapatkan mulutnya dengan wajah penuh harap. Rosa pasti akan menemukan semangkuk sereal di lantai dan...

    "Dimana dia? Dia tidak menghabiskan sereal dan malah menaruhnya di lantai?!" Chandelier dapat mendengar mangkuk dan lantai berderak, Rosa mengambilnya dari lantai. Maafkan aku, Ma.

    "Ya Ampun, kemana dia? Apa di rumah Maurice?" Katanya pelan. Chandelier merapat tepat di belakang pintu. Oh tidak, apa Mama akan ke rumah Mory? Apa yang harus aku lakukan? []



Alarice's OakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang