Bab 7 : Kamar dengan Rahasia yang Tersimpul

9 1 0
                                    

"Dah, Chand!"

"Dah!" Chandelier menanggapi. Ia kemudian menutup pintu rumahnya dan kembali ke dalam.

Chandelier mengelus rambut panjangnya sembari berpikir tentang kejadian di kedai tadi. Aillard? Apa fotografer itu melihat bocak laki-laki yang aku lihat tadi? Katanya membatin. Ia kemudian menuju ke ruang makan dan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Rosa.

Ia membuka laci persediaan makanan kemasan dan berencana untuk mengambil sebungkus sereal muesli. Lalu ia berpikir apakah ibunya akan suka. Tapi kemudian Chandelier membuatkan Rosa roti panggang dengan telur dan daging asap. Ia pun membuka kulkas untuk mencari tahu adakah buah yang bisa ia makan dan ia melihat apel. Ia kemudian memotongnya secara membujur tanpa mengupas kulitnya. Ditaruhnya potongan apel itu di sebuah piring kecil. Ia lalu menata sarapan di atas meja dengan dua sendok dan satu pisau.

Sambil memakan sereal yang telah ditambahkannya susu, Chandelier menuju ke kamarnya. Ia berjalan sambil memenuhi mulutnya dengan kepingan-kepingan jagung dan buah kering hancur di mulutnya. Sesampainya di atas, Chandelier langsung terkejut melihat balkon yang Maurice buka belum di tutup. Ia lalu segera meletakkan mangkuk serealnya di lantai dan langsung mengunci pintu balkon.

Tanpa memedulikan semangkuk sereal yang tergeletak di lantai, Chandelier memperhatikan ruangan di sebelah kamarnya. Rosa selalu mendiaminya ketika ia bertanya mengapa ruangan itu selalu di kunci. Padahal ruangan itu hanya dipenuhi buku-buku usang dan satu rak buku yang tingginya sekitar dua meter.

Hari ini, ia tak ingin mengabaikan ruangan itu lagi. Ia harus membuka pintunya. Ia kemudian menuju ke bawah dan mengambil kunci-kunci yang digabung menjadi satu dengan sebuah gantungan. Mungkinkah di antara kunci-kunci ini? Chandelier sebenarnya telah akrab dengan kunci-kunci tersebut. Satu untuk pintu depan, satu untuk kamarnya, satu untuk kamar Rosa, yang lainnya untuk kamar mandi, kemudian ada satu untuk pagar.... namun kunci terakhir bentuknya berbeda. Ia berukuran lebih kecil. Bahkan sangat kecil. Baru kali ini Chandelier menyadari bahwa kunci kecil itu rasanya bukan sebuah hiasan. Tapi, ia tahu itu bukan kunci pintu, karena terlalu kecil untuk pas di sebuah lubang kunci pintu.

Chandelier menjadi teringat ketika 5 tahun lalu, ia membeli sebuah buku diary dan buku itu memiliki kunci sebagai untuk mengamankan isinya. Lagi-lagi Chandelier berpikir bahwa kunci kecil itu hanya hiasan.

Namun, ada satu kunci pintu yang belum pernah ia gunakan. Apakah yang itu? Ia melihat satu kunci tergeletak di dalam gelas bersama dengan gantungannya. Ia memerhatikan bentuknya uang berbeda juga. Kali ini lekukan di ujungnya pun berbeda. Ia pun mengambil kunci itu.

Chandelier mengantungi kunci-kunci itu ke dalam kantung jaketnya dan kembali menuju ke atas. Langkahnya yang cepat mengetuk-ketuk tangga kayu yang ia naiki. Ia pun langsung memasukkan satu kunci tadi ke pintu rahasia. Awalnya, kunci itu pas untuk masuk, dan itu pastinya awal yang baik. Namun, kunci itu tidak bisa diputar. Chandelier berusaha menggoyang-goyangkan kunci itu agar dapat terputar, lalu ia melepasnya. Itu bukan kunci yang tepat.

Dimana Mama biasa menaruh kunci-kunci tak dikenal? Di kamarnya? Apakah aku harus masuk ke kamarnya? Bukankah sangat tidak sopan?

Chandelier kemudian memutuskan untuk menyelinap masuk ke kamar ibunya. Ia mengeluarkan satu gantungan kunci-kunci itu dati kantung jaketnya dan memasukkan kunci kamar Rosa di lubang kunci. Pintu itu terbuka.

Yang dia harus lakukan adalah memastikan bahwa Rosa belum pulang lewat jendela kamar itu. Ia pun mulai melacak setiap sudut kamar. Kamar Rosa sangat tertata rapi, dengan kain kasur berwarna merah muda dan kertas dinding floral tertempel di hampir seluruh ruangan itu. Ada meja rias dengan cermin yang besar dengan bingkai warna coklat dan diukir gaya medieval. Kamar Rosa adalah kamar gadis dan seorang wanita sekaligus. Ia punya banyak benda yang sangat disukai Chandelier seperti tirai cangkang kerang kecil yang tergantung di atas tempat tidurnya. Rosa juga memiliki kertas-kertas tuas yang sengaja ia bakal dan ia rusak tertempel di dinding samping tempat tidurnya, dekat jendela. Suasana di dekat tempat tidurnya berbanding terbalik dengan suasana di dekat meja tempat Rosa bekerja. Di sana banyak kertas tak terpakai seakan-akan Rosa adalah pegawai jenuh kantoran yang tugasnya hanya mengetik dan menatap laptop yang tertutup di sana. Tapi Chandelier menyukai kamar Rosa, rasanya adalah kelembutan dan ambisi yang hidup menjadi satu. 

Jika ruangan itu sangat penting, pasti Mama menaruh kuncinya di tempat yang paling aman. Kemudian, ia mengelilingi kamar dan menemukan kertas warna-warni di tempel di atas meja kerjanya. Persis seperti ketika Chandelier membuat target-target sekolah di kamarnya.

"15 April 1895, putriku lahir. Noah sedang ada di Graübunden bersama kakakku.", tertulis di kertas merah muda.

Chandelier kemudian melihat kertas berwarna biru muda dan mulai membacanya.

"1896, Noah memperbaiki waktunya. Ia berkali-kali mengajakku dan Chandelier kecil pergi."

Chandelier menyapu pandangannya, pada kertas yang ada di barisan bawah.

"Aku pernah bersamanya ketika kami berusia 5 tahun, sepertinya 1880. Pohon ek, di situ mulainya."

Pohon ek? Apa ini? Chandelier membatin. Cerita apa ini? Mama sedang menulis cerita? Apasih maksud semua ini? Chandelier kemudian berlari ke kamarnya dan mengambil ponselnya. Ia mengambil foto seluruh catatan yang tertulis di kertas warna-warni itu. 

Ia tersadar ia harus mencari kunci ruangan itu. Dia menuju lemari baju ibunya, dan mendapatinya dapat terbuka dengan mudah. Ia lalu melihat laci lemari dengan kunci menggantung di depannya. Ia segera memutar kunci laci tersebut dan setelah berhasil ia menarik laci itu. Ia terkejut karena Rosa menyimpan beberapa perhiasan emas, perak, dan beberapa emas putih berbentuk anting beserta kotaknya. Ya Tuhan, ini bagian paling lancang yang pernah ku lakukan. Di samping kotak-kotak perhiasan itu, ia melihat beberapa klip plastik tersusun rapi. Salah satunya berisi potongan rambut. Chandelier melihat label nama di plastik itu, di situ tertulis "Cheveux de Chandelier, 1896 (Rambut Chandelier, 1896)". Kemudian ada satu plastik berisi semacam alang-alang hangus yang terbakar. Pada label nama itu tertulis "Les Boussons du Sol Brûlant, 1900 (Semak dari Tanah yang Terbakar, 1900)". Chandelier tak habis pikir mengapa Rosa sangat berniat untuk mendalami cerita yang ia buat. Tahun 1896? 1900? Semua 'spesimen' ini membuatnya terkesima sambil menggelengkan kepala. Banyak sekali barang-barang tak dikenalnya "Les rouches de Zürich, 1889 (Bebatuan dari Zürich, 1889)", sebuah tulang ikan berlabel "Une Truite du Lac Zug, 1888(Seekor Ikan trout dari Danau Zug, 1888)", "Feuilles du Sycomore de L'automne, 1887 (Dedaunan Sycamore saat Musim Gugur 1887)" , "Flocons de Fer, Feu dans Grissons, 1900 (Serpihan Besi, Kebakaran di Graübubden, 1900)", "La Clé de La Maison d'Arenette (Kunci Rumah Arenette)", "Mon Élastique (Ikat Rambutku)", "La Clé de Ma Bibliothèque (Kunci Perpustakaan)".

    Kunci perpustakaan? Apakah yang ini? Ya Tuhan, Chandey, kau serius melakukan ini?
    
     Chandelier berhati-hati menariknya dari laci kemudian mengunci laci dan menutup lemari. Ia melihat jendela kamar Rosa yang menghadap ke jalan utama. Dia belum melihat Rosa dari arah kanan dan kiri jalan utama. Chandelier langsung menutup dan mengunci pintu kamar Rosa. [] 

Alarice's OakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang