Makna Di balik 50 Sajak Jiwa

1.1K 4 0
                                        


Sebelum aku membedah satu per satu sajak dan puisi yang ada dalam buku ini, aku ingin menjelaskan secara singkat apa itu puisi dan sajak, agar sahabat; pembaca yang budiman, memiliki gambaran sedikit tentang puisi dan sajak.

Sebenarnya puisi dan sajak adalah dua jenis kesusastraan yang memiliki pengertian yang sama. Akan tetapi, ada unsur-unsur yang membuat keduanya berbeda. Aku sendiri tidak terlalu paham dengan perbedaan keduanya, karena perbedaannya terlalu tipis.

Puisi bisa dijumpai di dalam cerpen, novel, atau tulisan-tulisan lainnya, sehingga tulisan itu terlihat, terbaca sangat indah. Puisi lebih banyak terikat pada aturan-aturan baku; meliputi baris, bait, larik, dan lain sebagainya.

Sajak sendiri memang bagian dari puisi, tetapi sajak lebih bebas dalam penulisannya, tidak terikat aturan-aturan baku. Sajak sendiri kadang sulit untuk dimengerti oleh kebanyakan orang karena kata-katanya yang banyak tersirat dan terkesan disembunyikan maknanya oleh si penyair. Sajak lebih menekankan pada ekspresi jiwa penulis. Diungkapkan kuat lewat tulisan dan bunyi serta terasa hidup. Puisi lebih menekankan pada ekspresi hati penulis. Diungkapkan lewat kata-kata indah penuh makna dengan multi tafsir dan terkesan penuh khayalan. Sajak adalah bagian dari puisi, sedangkan puisi bukanlah sajak.

Beberapa perbedaan puisi dan sajak yang bisa aku paparkan;

Sajak

Ekspresi jiwa  

Sulit dimengerti  

Maknanya tertutup  

Kata-katanya rumit  

Jarang mengikuti aturan  

Intonasi dan bunyi banyak berpengaruh pada makna  

Kebanyakan pendek-pendek  

Satu kata pun bisa  

Puisi

Ekspresi hati

Mudah dimengerti

Maknanya terbuka

Kata-katanya indah

Banyak mengikuti aturan

Intonasi dan bunyi tidak terlalu mempengaruhi makna

Bisa berhalaman-halaman

Minimal satu kalimat


Perbedaan-perbedaan puisi dan sajak di atas tidak selamanya benar dan tidak bisa dijadikan patokan, itu hanya rumus yang aku temukan lewat pembelajaran dan pelatihan menulis sajak dan puisi.

Oke, aku tidak akan banyak membahas tentang pengertian dan perbedaan keduanya karena dari sekian banyak penyair dan sastrawan memiliki persepsi masing-masing tentang keduanya. Biarkan saja.

Setelah mengumpulkan tulisan-tulisanku dari tahun 2010 hingga saat ini, akhirnya aku menemukan benang merah dari keseluruhan tulisanku, sehingga aku membaginya ke dalam 10 Bab dan kesemuanya saling berhubungan. Judul buku "50 Sajak Jiwa" adalah judul yang tiba-tiba terlintas di dalam benakku setelah tersusun seluruh puisinya.

Bab tentang jiwa. Di dalam bab ini aku lebih banyak menuliskan keadaan jiwaku yang bisa juga mewakili keadaan jiwa-jiwa manusia yang lainnya, ataupun seluruhnya. Hal-hal yang banyak dirasakan oleh kebanyakan orang tentang jiwa, aku tulisan dalam rangkaian kata yang rumit; kadang bertentangan.

Bab tentang hati. Dalam bab ini aku lebih banyak menuliskan pada penekanan perasaan. Kadang, kita sering sekali dilanda kegelisahan akan sesuatu yang tidak kita ketahui, juga, kita sering dilanda perasaan gelisah tentang sesuatu. Di bab ini, kegalauanku dominan tersurat.

Bab tentang malam. Bab ini adalah bab yang inspiratif dan imajinatif. Malam adalah waktu yang paling aku sukai, karena di waktu ini, banyak ide yang keluar dari dalam pikiranku. Kesunyian dan ketenangan malam banyak memberiku ilham dalam menelurkan sebuah karya.

Bab tentang masa. Banyak hal-hal misterius di dunia ini, termasuk masa/waktu. Di sini, kegelisahanku akan masa yang tidak pasti; tentang kehidupanku, kematianku, kehidupan setelah kematianku, membuatku merinding ketakutan.

Bab tentang dosa. Siapa di dunia ini manusia yang tidak memiliki dosa? Semua pasti memiliki dan menabung dosa–disadari ataupun tidak–hingga membuat rasa sesak yang berkepanjangan saat mengingat-ingat tentangnya.

Bab tentang doa. Aku mengakui bahwa diri ini adalah hamba yang lemah, membutuhkan sandaran dan pertolongan dari yang Mahakuat. Berdoa tidak harus selesai shalat. Berdoa tidak harus selalu di Masjid. Lewat sebuah sajak pun kita bisa berdoa pada-Nya. Seperti ungkapan yang kutuliskan dalam bab ini.

Bab tentang nafsu. Sebagai manusia, kita memiliki nafsu, manusiawi, namun kadang terlalu melampaui. Bab ini menyiratkan begitu kuatnya kedudukan hasrat dibandingkan kedudukan taat.

Bab tentang rayuan setan. Siapa yang menyebabkan kita tidak bisa mengendalikan nafsu? Di samping ketamakan kita akan kefanaan, ada peran setan yang membuat kita terbuai melakukan sebuah dosa dan mengumbar nafsu.

Bab tentang ujian. Bab ini adalah curahan hatiku tentang beratnya ujian-ujian yang menghimpitku selama ini. Kadang aku bisa menerimanya dengan lapang, kadang pula aku menyerah dengan keadaan yang kualami.

Bab tentang harapan. Bab terakhir yang menetralisir perasaan keraguanku akan sebuah masa depan. Bahwa, harapan harus ada dalam diriku, dalam diri setiap orang walaupun hatiku belum seutuhnya yakin. Tapi, Ia Maha Adil, tidak akan pernah membiarkan kita terombang-ambing dalam ketidakpastian. Seberat apa pun ujian menghadang, munculkanlah selalu harapan, agar kita bisa tegar menjalani setiap ujian kehidupan

50 Sajak JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang