BAB 3 - Tentang Malam

415 5 1
                                    

Bab Mana Yang Kupilih I



Malam, dengan gaya khasnya telah memabukkan jiwa-jiwa yang terjaga dalam kenikmatan. Jiwa itu, terbuai dengan indahnya maksiat, jiwa lain, terbuai dengan syahdunya kehampaan, jiwa yang beda, terbuai dengan mabuk cintanya, tapi tidak sedikit jiwa yang rapuh, terbanjiri hatinya oleh kekhusukan bercinta dengan-Nya.

Sekian banyak jiwa, sekian banyak nyawa, aku yakin semua berada dalam malam yang satu, yaitu malam yang Ia munculkan setiap harinya, beribu-ribu malam telah berlalu namun tetap saja disebut malam, maka kusebut saja malam yang satu.

Dari ribuan jiwa, aku yakin jiwa yang terjaga sedang mencari-cari kenikmatannya sendiri. Mencari bab-bab yang ia tinggalkan di pelosok rimba tak berulang, yaitu waktu yang lalu.

Kupilih saja dari ribuan jiwa itu satu jiwa yang spesial, bukan berarti ia seorang yang wah,, pun bukan pula seorang yang huh, apalagi wissh.. tentunya bukan seorang yang ckckckck, dan bukanlah ia seorang yang mmhhh??? Ia hanya satu jiwa yang harus dipilih, karena itulah sajak ini terbentuk,

Jiwa itu adalah aku...

Ya, jiwa itu adalah aku...

Aku bukan berarti saya,

Ia bisa kamu, dia, kalian, bisa juga mereka

Ia yang kusebut aku, mulai mencari-cari bab-bab yang hilang dalam dirinya, bab sejati yang membuatnya hidup abadi bersama dzat yang abadi...


Ia lihat ke lorong kelam, terlihatlah memburu seorang nafsu,

'Oh tidak,, aku sering terhina karenanya.'

Ia berlari menuju baris pilu, terlihat sesak seorang hampa,

'Ini juga bukan,, aku sering merana karenanya.'

Ia merangkak di bawah mimpi, terlihat semu seorang khayal

'Ini menarik, namun aku sering terlena karenanya.'

Ia bingung, apakah bab hidupnya telah habis, atau tak ia temukan? Tapi ia tidak boleh menyerah!

Ia kembali menyusuri malam, berjalanlah ia menuju derita,

Sayu matanya, kusut mukanya,,

'Yang ini ingin ku buang.'

Kembali ia mencari, hebat, tiada lelah mencari dan akhirnya, dahaga bahagia berkumpul, ia temukan juga, tapi,,

'Aku fana, tak mungkin terus ku rengkuh ia

karena membuat lalai jiwa.'


Lelah rasanya sang jiwa mencari di mana bab yang membuatnya sejati?! Mungkin tak ada, 'Aku akan hilang bersama rapuhnya badan, takkan ku temukan makna bab sejati.' Menangislah ia, segala langkah ia jalankan, segala upaya ia kerahkan. Lelah rasanya terus bergumul dengan tanda tanya, berdarah demi jawaban, namun tak juga ia temukan, 'Di manakah bab yang kucari?'


Bandung, 21 September 2011



Bab Mana Yang Kupilih II



Dalam keputusasaan, namun penuh dengan harapan,

Kepalanya diketuk oleh pemiliknya

Ia tidak sadar, lantas kesal karena ketukan itu terasa sakit,

50 Sajak JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang