Bab Mana Yang Kupilih I
"Malam, dengan gaya khasnya telah memabukkan jiwa-jiwa yang terjaga dalam kenikmatan. jiwa itu, terbuai dengan indahnya maksiat, jiwa lain, terbuai dengan syahdunya kehampaan, jiwa yang beda, terbuai dengan mabuk cintanya, tapi tidak sedikit jiwa yang rapuh, terbanjiri hatinya oleh kekhusukan bercinta dengan-Nya." Malam adalah waktu yang paling strategis bagi seorang manusia melakukan sesuatu yang melenakan. Tapi, malam pun waktu yang paling sempurna bagi seorang manusia yang hatinya tertuju pada-Nya.
"Sekian banyak jiwa, sekian banyak nyawa, aku yakin semua berada dalam malam yang satu, yaitu malam yang Ia munculkan setiap harinya, beribu-ribu malam telah berlalu namun tetap saja disebut malam, maka kusebut saja malam yang satu." Malam, kapan pun waktunya, meski berbeda hari dan bulan, juga tahun, tetap saja malam. Suasananya sama, heningnya sama, sihir yang dibuatnya pun sama.
"Dari ribuan jiwa, aku yakin jiwa yang terjaga sedang mencari-cari kenikmatannya sendiri. Mencari bab-bab yang ia tinggalkan di pelosok rimba tak berulang, yaitu waktu yang lalu." Dari sekian banyak manusia yang terjaga di malam hari, pasti ada jiwa yang sedang mencari bab-bab yang telah lalu, yaitu manusia yang sedang bermuhasabah.
"Kupilih saja dari ribuan jiwa itu satu jiwa yang spesial, bukan berarti ia seorang yang wah,, pun bukan pula seorang yang huh, apalagi wissh.. tentunya bukan seorang yang ckckckck, dan bukanlah ia seorang yang mmhhh??? Ia hanya satu jiwa yang harus dipilih, karena itulah sajak ini terbentuk," Bukan seorang yang wah artinya ia tidak harus orang yang hebat. Bukan seorang yang huh artinya ia bukan seorang yang memalukan. Bukan pula seorang wissh artinya bukan seorang yang banyak diragukan. Ckckckck bukan seorang yang banyak berbuat keburukan. mmhhh??? Bukan seorang yang ingin dilihat baik. Jiwa itu adalah tokoh dalam sajak ini, tokoh itu adalah gambaran manusia secara umum. Jadi, siapapun dia? Dia adalah tokoh utama dalam kehidupannya.
"Jiwa itu adalah aku... | Ya, jiwa itu adalah aku... | Aku bukan berarti saya, | Ia bisa kamu, dia, kalian, bisa juga mereka" Penegasan bahwa jiwa itu adalah kita, manusia, sebagai tokoh utama dalam cerita kehidupan kita masing-masing.
"Ia yang kusebut aku, mulai mencari-cari bab-bab yang hilang dalam dirinya, bab sejati yang membuatnya hidup abadi bersama dzat yang abadi..." Si tokoh sedang merenung, mencari makna hidupnya.
"Ia lihat ke lorong kelam, terlihatlah memburu seorang nafsu, | 'Oh tidak,, aku sering terhina karenanya.'" Saat manusia menggugu nafsunya, maka ia akan mendapatkan kehinaan. "Ia berlari menuju baris pilu, terlihat sesak seorang hampa, | 'Ini juga bukan,, aku sering merana karenanya.'" Bab ini biasanya dirasakan oleh para manusia yang tidak bisa mengelola cintanya dengan baik, sehingga sering sekali merasakan penderitaan dalam cinta. "Ia merangkak di bawah mimpi, terlihat semu seorang khayal | 'Ini menarik, namun aku sering terlena karenanya.'" Saat seseorang terlalu banyak mengejar dunia, ia lupa pada akhirat.
"Ia bingung, apakah bab hidupnya telah habis, atau tak ia temukan? Tapi ia tidak boleh menyerah!" Si tokoh yang mewakili sifat manusia sering merasa bimbang dengan jalan yang ditempuhnya. Jika ia berada pada jalan yang baik, ia lelah karena tidak kuat dengan ujian-ujiannya. Jika ia berada pada jalan yang buruk pun, ia lelah juga, karena bathinnya menolak perilaku-perilaku buruknya. "Ia kembali menyusuri malam, berjalanlah ia menuju derita, | Sayu matanya, kusut mukanya,, | 'Yang ini ingin ku buang.'" Ketika kita dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita bersusah payah memperjuangkannya, kita kadang tidak mau menerima resikonya.
"Kembali ia mencari, hebat, tiada lelah mencari dan akhirnya, dahaga bahagia berkumpul, ia temukan juga, tapi,, | 'Aku fana, tak mungkin terus kurengkuh ia | karena membuat lalai jiwa.'" Si tokoh kembali mengalami kebimbangan saat kesenangan dunia ia dapatkan. Ia menyadari bahwa hidup hanya sementara, dan bahagia pun tidak akan hakiki jika hanya bahagia akan kemewahan dan gemerlap dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
50 Sajak Jiwa
PoesíaIni adalah kumpulan sajak dan puisi yang kutulis dari tahun 2010 hingga tahun 2016. Puisi di buku ini tak hanya menampilkan sisi puitisnya saja, tapi aku mengajak para pembaca untuk menyelami isi yang terkandung di dalam sajak dan puisi ini. Berisi...