Berulang II
"Lagi... | Berulang... | Bergetar seluruh jiwa | Berguncang seluruh hati... | Mendapati diri, | Penuh dosa!" Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari dosa. Disadari atau tidak, ia akan terus berbuat dosa. Namun, orang-orang yang di hatinya masih memiliki kebaikan dan kesadaran, akan merasa menyesal setelah melakukan dosa yang tidak bisa ia hindari.
Bagaimana makna menurut versimu?
Daftar Dosaku I
"Tak ada bedanya | Dengan waktu kemarin... | Kemarin... | Dan sebelumnya!!!" Setiap waktu yang berputar, meski berbeda hari, tanggal, minggu, bulan, tahun, tetaplah waktu. Ia berjalan ke depan. sedetik yang lalu tidak akan pernah kembali, meski kadang kita menyesali detik sebelumnya yang telah terlewat.
"Yang berubah hanya daftar dosaku | Semakin menumpuk | Tak karuan..." Yang membedakan setiap waktu dari setiap manusia adalah bagaimana ia melewati waktu itu. Apakah dengan kebaikan atau keburukan. Dosa atau pahala yang dilakukan. Namun, kebanyakan manusia melewati waktu dengan banyak berbuat dosa hingga menggunung dan sulit untuk dihilangkan.
Bagaimana makna menurut versimu?
Daftar Dosaku II
"Meski tahu... | Aku tahu... | Tapi tak tahu malu!!!" Kadang kita, aku; kamu; kalian; mereka; dan manusia seluruhnya, merasa dan menyadari sering berbuat dosa, namun tidak pernah malu untuk terus berbuat dosa. "Menumpuk dan terus menumpuk | Menggunung dan semakin menggunung | Bergulung-gulung..." Hingga dosa itu terus menumpuk tanpa dibersihkan dengan taubat dan perbuatan baik lainnya.
"Hussstttt... | Tersapu, tertiup" Orang yang sudah menjadikan dosa sebagai kebiasaan dan kebutuhannya, meski dibersihkan dan dibersihkan terus. "Daftar dosaku | Tak pernah berkurang" Tetap saja, dosanya tidak berkurang, karena tidak ada niat untuk berubah dan mengubah kebiasaan buruk itu.
Bagaimana makna menurut versimu?
Antara Aku dan Dia
"Ini bukan jiwaku... | Bila hampa, Ia-lah yang bisa mengobati | Ini bukan hatiku... | Bila sepi, Ia-lah yang menghiasi | Ini bukan ruhku... | Bila resah, Ia-lah yang menenangkan" Jiwa ini, raga ini, ruh ini, hati ini, seluruh tubuh ini, Allah-lah yang memiliki. Fitrah manusia, selalu membutuhkan Allah. Jadi apapun permasalahan kita, datanglah pada-Nya. Ia-lah yang bisa memberi pertolongan, perlindungan, pengampunan bagi kita. Ia lebih dekat dengan kita daripada urat nadi kita sendiri. "Ini bukan aku... | Saat dosa memisahkan jarak | Antara aku dan Ia" Saat dosa yang kita lakukan, sama artinya kita sedang membuat jarak dengan Allah dengan mengotori diri kita snediri. Kita sudah keluar dari fitrah-Nya dan membuat jalur sendiri. Allah Maha Suci, tidak bisa berdampingan dengan kekotoran.
Bagaimana makna menurut versimu?
Tak Ada Ruang II
"Kosong... | Tiada terisi!" Seseorang yang hatinya terlalu banyak dosa; terlalu banyak keburukan, dalam dirinya tidak ada kebenaran. Meski banyak terisi, tapi tetap saja kosong dari nilai-nilai kebenaran. "Tiada yang mampu menempati | Meski ribuan kata sakti, menusuki" Beribu-ribu nasihat tentang kebenaran dan kebajikan seakan tidak berpengaruh sama sekali pada dirinya. "Karena, tak ada ruang... | Bagi jiwa yang sakit!" Hatinya telah penuh terisi kekotoran, sehingga nasihat itu tertolak dari dirinya karena hatinya adalah hati yang berpenyakit.
Bagaimana makna menurut versimu?
Merobek Limpa
"Mengalir... | Merebak... | Manis melebihi madu | Indah melebihi nirwana" Sesuatu, ia mengalir dan menjalar ke mana-mana. Sesuatu, terasa mudah (manis) dilakukan dan serasa hal yang benar (indah) untuk dilakukan. "Tapi... | Rusak, membunuh" Tapi, sebenarnya, sesuatu itu bisa merusak dan membunuh siapapun dengan sifatnya.
"Merobek limpa, berdarah" Yang paling berpengaruh dengan 'sesuatu' itu adalah hati, yang akan berubah menjadi semakin buruk akibat ulahnya.
"Hingga seluruh urat, bersayap." Akibat yang dilakukan olehnya bisa membuat seluruh diri berbuat keburukan dan membuat orang di sekitarnya ikut terbawa keburukan. "Di sana!!! Di sini!!!" Akibat ulahnya, maka bisa melebar hingga menghitamkan hati yang lainnya. "Semua hitam | Di akhir." Dampak yang harus diterima akibat 'sesuatu' itu adalah neraka. Sesuatu itu adalah perbuatan dosa. Selain ia bisa merugikan diri sendiri, dosa pun akan merugikan banyak orang. Bahkan, bisa membuat seseorang menularkan dosa pada yang lainnya.
Sajak ini pernah dibedah pada saat aku mengisi kelas menulis SBMB di Jakarta. Dari lima orang yang membedah makna puisi, semuanya berbeda pandangan. Ada yang mengatakan bahwa makna atau subjek sajak ini adalah rokok. Ada juga yang mengatakan kalau ini adalah Khamar/minuman keras. Ada lagi yang mengatakan subjek di sajak ini adalah musik. Sedangkan, dua orang menjawab dosa. Yang satu berakibat untuk dirinya sendiri. Yang satu lagi berakibat untuk banyak orang. Namun yang paling mendekati apa yang kumaksud adalah dosa yang mengakibatkan keburukan bagi orang lain.
Bagaimana makna menurut versimu?
![](https://img.wattpad.com/cover/99164942-288-k701674.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
50 Sajak Jiwa
PoetryIni adalah kumpulan sajak dan puisi yang kutulis dari tahun 2010 hingga tahun 2016. Puisi di buku ini tak hanya menampilkan sisi puitisnya saja, tapi aku mengajak para pembaca untuk menyelami isi yang terkandung di dalam sajak dan puisi ini. Berisi...