Berulang I
"Menatap... | Memamai... | Nanar...!!" Melihat seperti orang yang linglung dan tidak jelas karena tidak tergambar jelas. "Pada asa yang rabun" pada sebuah harapan yang entah akan seperti apa? Saking tidak tergambarnya dalam diri.
"Oh... | Kenapa???" Entah ini keluhan atau sebuah perasaan alamiah. "Berulang, resah yang sama | Takut yang sama... | Kelam yang sama!!!" Selalu saja terjadi dalam diriku, di mana hatiku merasa bimbang dan tidak punya harapan, "Pada masa yang ghaib." pada masa depan yang tidak kunjung memunculkan titik cerah. Meskipun aku tahu, masa itu belum muncul di hadapan.
Sajak ini mewakili perasaanku yang sering sekali merasakan hal yang seperti ini. Merasa tidak memiliki masa depan, karena ribuan doa dan usaha kulakukan sekuat tenaga untuk perubahan hidup, namun tetap saja tidak terlihat harapan bahwa kondisiku akan membaik.
Bagaimana makna menurut versimu?
Pagi Yang Dingin
"Pagi yang dingin," Pada pagi hari aku masih diberi nikmat bernapas oleh Allah Azza Wajalla, sehingga bisa menulis puisi ini, "Hari ini aku terbangun dengan ribuan syukur" hingga aku bisa bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan padaku. "Sekaligus jutaan sesal..." Sesalku adalah dari kemarin hingga hari ini aku masih seperti ini, belum bisa menjadi apa-apa, karena banyak waktu yang kulewati dengan sia-sia tanpa menorehkan sesuatu untuk kehidupan ini.
"Apa yang kudapatkan, menuai Hamdalah... | Apa yang kulakukan, berdampak Istighfar!" Allah telah banyak memberikan nikmat yang tidak bisa kuhitung hingga hari ini, namun timbal balik dariku adalah sesuatu perbuatan yang tidak berguna, bahkan sia-sia bahkan mungkin menorehkan dosa.
"Hitung terus kuhitung | Plus minus detik-detik yang kulalui" Aku mencoba bermuhasabah di pagi hari. Apa saja yang telah kulakukan di hari-hari sebelumnya. Dosakah atau pahala??
"Damai kurasa, saat setitik kebaikan hadir, | Di sela lelahnya jiwa, dirundung duka." Ada sedikit rasa lega saat aku ingat telah melakukan sebuah kebaikan, meskipun sedikit, di tengah-tengah ujian yang sedang menghimpit jiwa.
"Sesak terasa, | Karena ribuan detik di hari kemarin | Tak lepas dari kotoran perbuatan!" Saat kuingati dosa, maka penyesalan mendalamlah yang kurasakan.
"Ya Allah... | Berapa lama lagi aku melewati lorong berputar?" Ya Allah, aku tidak tahu sampai kapan aku terus berputar dengan dosa dan dosa?? "Karena merana ingatanku, | Di setiap pagi yang dingin..." Ada rasa sesak dan sedih saat aku ingat dosa-dosa, dan selalu kurasakan setiap aku bangun tidur.
Bagaimana makna menurut versimu?
Semu I
"Hidup ini bagaikan mimpi... | Semu..." Apa yang kita rasakan dengan kehidupan dunia ini laksana sebuah mimpi, meskipun membuai dan melenakan juga indah, namun tetaplah semu. Meski nyata, tetaplah fana.
"Kau, takkan pernah sadar... | Waktu yang memburu," Kita tidak akan sadar, waktu bergerak begitu cepatnya, karena kita disibukkan dengan mengejar dunia yang fana ini.
"Bagai waktu senja | Hingga petang menjelang!" Saat kita menyadarinya, kita sudah berada di ujung senja, mendekati kematian. Sadarilah waktu sebelum kita tidak memiliki waktu untuk menyadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
50 Sajak Jiwa
PoésieIni adalah kumpulan sajak dan puisi yang kutulis dari tahun 2010 hingga tahun 2016. Puisi di buku ini tak hanya menampilkan sisi puitisnya saja, tapi aku mengajak para pembaca untuk menyelami isi yang terkandung di dalam sajak dan puisi ini. Berisi...