Part 1

801 61 4
                                    

Dia adalah bulan purnama, salju pertama, hujan,  dan gerhana bulan. Dia adalah cahaya dan kegelapan.
"Hyung, apa kau tidak punya buku lain?" Tanya seorang namja pada namja lain yang sedang membersihkan rak buku dikamarnya.

"Memangnya kenapa? Apa buku itu jelek?" Taeyong menghentikannya dan menghampiri Jaehyun lalu duduk disampingnya.

"Lihatlah!" Taeyong mengambil buku yang tadi dibaca oleh Jaehyun. Taeyong tertegun saat membaca kalimat pertama dibuku itu.

"Membosankan bukan? Dia adalah bulan purnama, salju pertama, hujan,  dan gerhana bulan. Dia adalah........apalah itu. Hyung itu benar-benar norak" Taeyong hanya diam.

"Darimana kau dapatkan buku ini?" Tanya Taeyong kemudian.

"Kenapa? Hyung mengetahui sesuatu tentang buku tanpa judul itu?" Tanya Jaehyun, lalu beranjak meninggalkan ruang baca dikamar Taeyong.

"Aku tanya darimana kaau dapatkan buku ini?" Tanya Taeyong sekali lagi.

"Itu berada dirak paking bawah pojok kanan." Jawab Jaehyun. "Memangnya kenapa hyung?" Sambung Jaehyun.

"Aniya, gwenchana. Apa kau sudah membacanya sampai habis?" Tanya Taeyong.

Jaehyun menghela nafas panjang lalu menyandarkan punggungnya dipintu sambil menyilangkan tangannya didepan dada.

"Hyung, aku baru menemukan buku itu barusan. Dan aku juga baru membaca 2 kalimat pertama dan itu membosankan. Jadi tidak aku lanjutkan. Tapi hyung, kenapa kau menanyakan itu?" Tanya Jaehyun.

Taeyong menggelengkan kepalanya seraya berkata, "Aku sudah lama kehilangan buku ini. Dan kau tidak boleh membacanya." Taeyong beranjak dari sofa lalu pergi meninggalkan Jaehyun yang bingung dengan kata-kata Taeyong.

"Hyung yang aneh!" Jaehyun menutup pintu kamar Taeyong lalu pergi menuju kamarnya.

~~~~~××××××~~~~

"Eomma...." Taeyong menghampiri eommanya.

"Wae? Apa Jaehyun menyusahkanmu lagi?" Taeyong menaruh kepalanya diatas pangkuan eomanya yang menyandarkan badannya di punggung ranjang.

"Setelah 118 tahun hidup, ini adalah yang kedua kalinya tidur dipangkuan seorang ibu." Ujar Taeyong.

"Ssuutthh. Pelankan suaramu jangan sampai Jaehyun mendengarnya!":Ucap eomma sambil mengelus dahi Taeyong.

"Eomma, hari ini Jaehyun membaca buku ini." Taeyong menyerahkan buku tanpa judul, sampul berwarna coklat kusam, dan kertas tua yang sudah rapuh.

"Buku ini.." Eomma menggantungkan kalimatnya.

"Iya. Itu buku yang kucari selama ini. Buku tentangku." Taeyong menatap mata eommanya.

"Dia membacanya?" Tanya eomma.

"Ani. Dia baru membaca dua kalimat pertama."

"Syukurlah!" Eomma menghela nafas lega.

"Eomma, apa Jaehyun akan tetap menganggapku sebagai hyungnya setelah atau bahkan saat ia tahu kalau aku ini seorang monster?"

Tanpa Taeyong sadari ia membuka luka yang ada dihati ibunya. Luka yang akan terus bertambah perih kala Taeyong membahas hal semacam ini dan menyebut dirinya sendiri sebagai seorang monster.

Tes.
Taeyong menunduk. Air mata yang semula menggenang di kelopak mata ibunya, akhirnya jatuh bagaikan derasnya air hujan. Lama tak berkutik. Hanya kesunyian yang menyelimuti mereka berdua hingga air mata itu jatuh tepat di pipi Taeyong.

"Uh, eomma wae?" Taeyong duduk lalu menatap mata ibunya.

"Eoddi appa?" sambungnya.

"Ani... Geundae Taeyong-ah, berhentilah menganggap dirimu monster. Kau bukan monster. Kau hanya berbeda."

Taeyong tersentuh. "Eomma..."

Bersamaan dengan kalimat yang keluar dari mulut Taeyong, air jatuh perlahan dari atas langit. Hal ini selalu terjadi saat Taeyong menangis.

"Yak! Kau menyusahkan orang lagi dengan menurunkan hujan, Taeyong-ah."

"Eomma.."

Taeyong memeluk erat eommanya sambil terisak. Taeyong benar-benar menyayangi keluarganya.

"Gomawo." Ucap Taeyong. Ibunya membalas pelukannya dengan lembut

First Snow✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang