Part 19

64 8 2
                                    

Pranggg!!!!
Jimin memejamkan matanya karna terkrjut melihat seolhyun membanting vas yang ada di kamarnya.

Seolhyun sudah pulang dari rumah sakit dan saat ini dia sedang menangis mendengar penuturan jimin.

"Seol, percayalah. Tidak ada yang namanya taeyong disini. Itu hanya mimpi mu saja selama koma." mendengar itu, seolhyun mengambil pecahan vas yang berujung tajam dari lantai lalu menatap jimin.

"Kalau begitu, aku ingin koma lagi agar bisa menemui taeyong. Menemui guardian ku" setelah mengucapkan itu, seolhyun mebgarahkan pecahan vas itu ke pergelangan tangannya.

"SEOLHYUNN." jimin berlari ke arah seokhyun yang sudah tergeletak lemas di lantai dengan pergelangan tangan berdarah.

"JAEHYUNN. TEN OPPA. SIAPA PUN. TOLONG AKU." Setelah berteriak, tak lama ten datang dan terkejut melihat keadaan seolhyun.

Dengan segera, ten menggendong seolhyun dan memasukannya ke mobil untuk membawanya ke rumah sakit.

"Dimana jaehyun?" Tanya jimin saat mereka berada dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Dia sedang ada di pemakaman." jawab ten.

Pemakaman? Ibu jaehyun sudah meninggal 2 minggu yang lalu karna terlalu banyak fikiran saat keadaannya sudah sangat buruk.

Setelah mereka sampai, para penjaga rumah sakit segera membawa seophyun untuk segera di rawat. Jimin menunggu di depan ruangan seolhyun dan ten mengurus administrasi.

"Selamatkan seolhyun. Ku mohon. Kau guardiannya kan. Jebalyo."ujar jimin sembari menangis sesenggukan.

"Jaehyun." ucap jimin sembari mengambil hp nya dari saku celana.

"Halo. Wae jimin-ah? "

"Jae, kerumah sakit tempat seolhyun dirawat dulu sekarang."

"Siapa yang sakit? "

"Seolhyun jae. Karna taeyong.  Dia. Lengannya. Darah. Kemarilah jae. Ppali." jimin mematikan sambungan telponnya karna sudah tidak kuat melanjutkannya lagi. Ia kemudian hanya menangis.

"Jimin."Jimin mendongak saat melihat ten datang.

"Gomawo oppa. Kalau kau tidak ada, aku tidak yakin bisa sampai di rumah sakit" ujar jimin sembari menyeka air matanya.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar seolhyun terbuka. Jimin dan ten segera menghampiri dokter yang keluar dari sana.

"Gwenchanayo. Dia baik-baik saja. Kalian membawanya tepat waktu. Jadi, dia tidak terlalu banyak mengeluarkan darah."jelas dokter itu.

"Kalian bisa menemuinya." lanjut dokter.

Jimin dan ten mengangguk lalu segera masuk dan menatap nanar seolhyun. Jimin menghela nafas dan ten menatapnya. Jimin juga balas menatap. Seakan faham, jimin hanya menggeleng.

Seseorang memasuki ruangan itu dan dia adalah jaehyun dengan nafas sedikit terengah. Melihat jaehyun, jimin berlari kearahnya dan langsung memeluknya.

"Ten, kau bisa pulang. Gomawo. Kau sudah mau menolong kami." ujar jaehyun. Ten mengangguk lalu pergi.

"Jae. Apa yang aku lakukan? Karna ku seolhyun seperti ini." ujar jimin. Jaehyun menjauhkan tubuhnya dan memegang kedua pundak jimin.

"Kita tidak punya pilihan lain. Ino semua juga demi kebaikan seolhyun." mendengar ucapan jaehyun, jimin lengsung menarik tangan jaehyun keluar dari runganan seolhyun.

"Demi kebaikannya katamu? Saat aku mengatakan itu, dia malah ingin mengakhiri hidupnya."

"Aku mengerti jimin-ah. Tap-"

"Kau tidak mengerti jae. Kau tahu, aku merasa aku lah penyebab seoohyun seperti. Dia begitu karna ku. Karna aku mengatakan semua yang ingin dia katakan. Kalau saja aku tidak pernah mengatakan itu, dia tidak akan seperti. Aku hampir membunub sahabatku sendiri jae." ujar jimin diakhiri isak tangis. Jaehyun yang melihat itu, langsung menarik jimin ke dekapannya.

Jaehyun berusaha menenangkan jimin dan sesekali mencoium puncak kepala jimin.

"Kita harus tetap melanjutkan ini. Karna ini adalah pesannya. Dan demi masa depan seolhyun." jelas jaehyun.

Jimin menjauhkan tubuhnya dari jaehyun dan menggeleng. Lalu masuk ke dalam kamar seolhyun dan diikuti jaehyun.

Terlihat seolhyun sudah sadar. Dia duduk diatas ranjangnya sambil bersandar pada tembok.  Jimin memdekat dan langsung memeluknya.

"Jadi benar kalau sebenarnya taeyong itu tidak ada? " tanya seolhyun. Jimin langsung melepas pelulannya dan menatap seolhyun lalu mengangguk.

"Kau jahat seol. Saat aku berbahagia karna kau sadar dari koma dan pernikahan ku, kau malah hendak bunuh diri." Ujar jimin lagi sambil menangis.

Seolhyun yang melihat itu tersenyum lalu memeluk jimin. Sambil mengelus rambut sahabatnya itu. Elusannya terhenti saat ia baru sadar dengan ucapan jimin. Ia menjauhkan tubuhnya.

"Tunggu. Menikah?  Kalian? Eonje? Kenapa baru memberitahu ku?" tanya seolhyun.

"Bulan depan." jawab jimin.

"Kau cepat sekali menikah." canda seolhyun.

"Umurku sudah 20 tahun 17 hari yang lalu seol. Bukan 19 tahun lagi. Jadi aku bisa menikah." ujar jimin.

Mendengar ucapan jimin. Membuat seolhyun mengingat percakapannya dengan taeyong.

"Huh? Jangan terlalu percaya diri. Siapa juga yang mau menikahimu."

Mendengar itu, seolhyun mendengus lalu menatap taeyong tidak suka.

"Lalu kau akan menikahi siapa kalau bukan aku?"

"Kau ini baru berumur 19 tahun. Kau juga baru lulus 1 tahun yang lalu. Dan sudah memikirkan pernikahan?"

"Jika umurku juga sudah 20 tahun, apa kau akan datang dan menikahi ku yongie?" ujar seolhyun tanpa sadar.

Mendengar itu, jimin dan jaehyun saling bertatapan dan mereka memeluk seolhyun bersamaan. Seolhyun kembali terisak.

"Seol, anggap taeyong itu hanya teman hayalan mu saja. Bukan bagian dari hidup mu. Aku yakin nanti akan ada namja yang sangat mencintaimu membawamu ke altar pernikahan." Ujar jaehyun menenangkan.

"Gomawo. Kalian memang sahabat yang paling aku sayangi. Aku beruntung punya sahabat seperti kalian." ujar seolhyun. Mereka tersentum bersama dan menikmati kebersamaan kecil mereka. Hingga suara seorang namja menghentikan aktifitas mereka.

"Sepertinya aku datang disaat yang tidak tepat." ucap namja itu.

Mereka bertiga melepas pelukan mereka dan menatap namja itu.

"Jungwoo?" ujar seol hyun

Jungwoo mendekat ke arah mereka. Lalu menyerahkan se buket bunga tulip pada seolhyun. Seolhyun menerimanya.

"Gomawo." Ujar seolhyun.

"Maaf aku baru datang. Aku hanya berusaha mengumpulkan keberanian menemui kalian." ujar jungwoo berusaha hangat. Namun tidak dengan jimin, jaehyun, dan seolhyun. Mereka menatap jungwoo datar.

"Aku datang untuk memenuhi janji ku pada kakak seolhyun sebelum meninggal. Aku akan menjemput tuan putriku" ujar jungwoo lalu menggenggam tangan seolhyun.

"Jungwoo, itu kan hanya janji masa kecil karna kakak ku. Sudahlah. Jangan di anggap serius." ujar seolhyun sembari melepas tangan jungwoo.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

First Snow✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang