PART 1

416 7 0
                                    


RENATA POV

Matahari dan Hujan entah mengapa aku sangat menyukai, tidak bukan menyukai mungkin mencintai keduanya, aku Renata Wisesa C. Aku terlahir dari keluarga mampu bahkan sangat mampu tapi sungguh ini semua bukan harapanku, aku membenci semuanya.

Kakak yang seharusnya menjaga, menyayangiku, memanggilku "Dek" bahkan yang seharusnya bisa mengobati hatiku.

Mami ah bukan maksudku Mama hanya kakak kakak ku saja yang memanggil seperti itu, mama yang seharusnya setia membangunkanku dipagi hari bukan bi Sati, membuatkan sarapanku, mengantarku sekolah, mengambil hasil ujian setiap akhir tahun, yang selalu menanyakan hari ku apakah baik atau buruk.

Dan Papi maksudku papa yang harusnya menemaniku menonton atau menanyakan bagaimana hari Putrinya ini, sungguh semuanya tidak sesuai dengan yang kuharapkan, aku membenci semuanya, sungguh bukan hidup seperti ini yang kumau.

"Non bangun sekolah non" Aku mendengar suara ketukan pintu tanpa mendengar suaranya saja Aku sudah tau siapa, karena hanya bi Sati yang setia membangunkan pagiku walau sebernarnya Aku sudah Bangun.

Ah yaa jam berapa ini? Aku menengok ke kanan, ternyata jam dindingku sudah menunjukan pukul 06 : 10 aku harus segera mandi dan berhenti melihat hujan, hujan bagaikan candu, bagiku hujan lebih indah dari apapun setelah matahari tentunya.

"Udah siang nanti terlambat ndok" ah yaa bi Sati

"Iya bi sebentar Ata udah bangun kok" aku berjalan ke kamar mandi untuk menunaikan kebiasaan pagiku, mandi sambil bersenandung.

Ini hari pertamaku sekolah di tingkat SMA  dan aku harus semangat, 'go renata go, and for all people i hope you have a reason for smile today' aku mengedipkan sebelah mataku ke cermin memastikan bahwa seragamku benar dan bersih. Aku harus ceria,  aku memakai sepatu pink ku dan mengambil ransel army ku diatas meja belajar dan turun untuk sarapan.

"Hai pagi semua, pagi ma, pa , ka Ica dan abang Dimas emm.. maksudku kak Dimas" sambil tersenyum aku duduk di ujung kata mama ujung tempat yang cocok untukku .

"Hmm pagi" itu papa.

"kamu kalo nyapa sopan sedikit keluarga Chani tidak pernah diajarkan seperti itu" ucap Kak Dimas  ya C belakang namaku adalah Chani.

"Iya kak dimas maaf yah" kak Larisa atau yang sering di sapa Ica kakak kedua ku menimpali "denger kak Dimas tuh, jangan kaya anak gak berpendidikan deh, mami sama papi kan sekolahin di tempat bagus " aku harus sabar  dia kakak ku.

Sebenarnya kami kembar tapi tidak identik bahkan dia seperti bidadari sangat cantik dan kak Larisa jenius jadi saat ini aku baru duduk dibangku SMA kelas X dan kak Larisa sudah kelas XI karena kepintaranya dan kak Dimas sudah kelas XII kami hanya berbeda 2 tahun dengan kak Dimas, nama lengkap ke2 kakaku , Larissa Cantika Chani dan Dimas Saka Chani.

"Iya kak Ica, Ata akan lebih sopan lagi"

Papa bangkit " selera makan Papi hilang, ada perusak" aku terdiam bahkan sendok yang sudah kesentuh ku letakan kembali.

"Yasudah kita berangkat sekarang saja , oh dimas kamu bareng mami aja ya" kak Dimas mengangguk dan bangkit ke arah Papa untuk  menyalim papa.

"Aku bareng papi ya Kak dahhh mami, kak dimas hati hati ya " Kak Dimas beranjak dan mencium puncak kepala Kak  Larisa dan mengacak rambut dark brownya,

"Iya bawel,see you" lalu Dimas pergi , 'ah untuk apa aku berharap banyak.

"Sayang ayo berangkat papi ada meeteng jam 8 "

Aku bangkit "loh kamu mau kemana Ata , aku yang bareng papi, kamu gapantes bareng aku sama papi, dahhh" aku terduduk kembali, terulang lagi hati ku sakit, Papa, Mama, kak Dimas, kak Ica aku juga butuh kalian. Kenapa semuanya  jadi kaya gini  seolah Ata hanya sampah.

"Sudah non , berangkat naik bus ya tadi Nyona dan Tuan menitipkan kartu untuk non" kartu dan uang yang unlimeted  aku membencinya lihat saja bahkan mereka tidak sudi memberikan secara langsung kepadaku, aku mengambil kartu tersebut dan memeluk bi Sati.

"Ndok sing sabar , wes ndak usah nangis non Ata kuat , ini bi Sati buatkan sarapan non kan belum sarapan" bi Sati mengelus pundaku lalu memasukan tempat bekal ku ke dalam tas.

"Bi, Ata berangkat yaa" bi Sati menganguk

"hati hati non jangan lupa dimakan bekelnya" aku mengangguk dan menyalim tangan keriput bi Sati, dan melangkah lesu ke halte depan komplek seperti biasa ,tadinya aku berpikir mungkin setelah menginjak tingkat SMA aku akan berangkat bersama kakak atau orang tua ku ternyata aku salah besar.



########

HUAAAA...

Lumayan panjang yaa, hehe semoga kalian sukaa yaa :)



RENATAWhere stories live. Discover now