Senin dan upacara sesuatu hal yang sulit dipisahkan , dan membuat 90% murid di Taruna Wijaya sangat membenci hari senin dan beranggapan senin itu monster, ya. Monster day.
Berbeda dengan Gadis berkacamata, berambut hitam legam dan bermata coklat yang sedang berjalan ke Lapangan.
Renata sangat menyukai Upacara ,baginya Ini adalah moment terbaiknya bisa merasakan matahari secara puas.
Matahari, hujan dan Renata. Mereka adalah kesatuan yang sulit di pisahkan sama seperti senin dan upacara , Renata tahu matahari dan hujan tidak pernah beriringan tapi mereka saling melengkapi , matahari mampu memberikan semangat untuk Renata dan hujan dapat menyembunyikan kesedihan Renata, begitulah filosofi nya tentang matahari dan hujan.
"Jangan liat ke atas terus" Rey sudah berdiri di samping kiri Renata menghalangi matahari yang menyinari tubuh mungil Renata.
"Kenapa, lo ngalangin"
"Eh, gue kira lo bakal kepanasan jadi ya gue disini." Kata Rey sedikit bersemangat.
"...."
"Lo udah sarapan?"
"...."
"Kenapa lo selalu pake kacamata kalo di sekolah?"
"Bukan urusan lo" kali ini Renata menjawab dengan mata yang masih terfokus ke depan, upacara sudah dimulai.
"Kenapa juga lo ga pake kacamata kalo lagi di luar?"
"...."
"Apa lo punya kepribadian ganda ya?"
"..."
"Kenapa lo kerja di cafe padahal rumah lo di komplek mewah?" Rey terus bertanya, Dia suka suara Renata. Halus.
"...."
"Kenapa lo diem terus si, lo lagi puasa ngomong ya"
"..."
"Ata" hanya itu yang di ucapkan Rey ternyata mampu membuat Renata menoleh bahkan menatap Rey dengan tatapan tidak suka.
Renata pergi meninggalkan upacara yang baru saja di mulai, berjalan keluar lapangan mood nya mendadak buruk, dia terus berjalan menghiraukan tatapan siswa dan beberapa osis yang mengejarnya.
*****
"Baru dua minggu sekolah di sini udah dapet masalah" Larisa bersedekap di pintu toilet wanita memandang sinis kepada gadis yang sedang berjongkok membersihkan Wc.
Renata mendongak menatap Larisa yang sedang berdiri bersama kedua temannya lalu melanjutkan kembali hukuman yang dia terima karena meninggalkan lapangan upacara.
"Anak baru belagu ya" timpal teman Larisa yang berambut panjang lurus namanya Maya.
"Minggir dong gue mau masuk nih"Nita masuk dengan sengaja menyentakan sepatunya ke lantai agar kotoran di sepatunya menempel dilantai yang sudah Renata bersihkan.
"Hahaha, lo emang pantes dapetinitu" Larisa dan Maya tertawa puas.
Renata bangkit berdiri menghadap Larisa, menatap mata kakanya , dia sangat bosan dengan sikap Larisa yang selalu saja membuatnya rugi.
"Percuma otak pintar, muka cantik kalo hati lo busuk" Renata meletakan kedua tanganya yang penuh busa sabun bercampur kotoran , Renata sengaja.
"Dari dulu gue selalu diem kak Ica,dan lo harus tau Renata si anak lemah udah gak ada" Renata masih menatap tajam ke Larisa.
"Gausah pegang pegang " Larisa menghentakan kedua tangan Renata dan dia kesal melihat ulah adiknya itu, seragamnya berubah berwarna coklat tepat di bahu dan itu karena ulah Renata.
YOU ARE READING
RENATA
RandomDisini aku bakalan coba buat cerita agak panjang, karena jujur , sebernarnya susah buatnya but i will try. :)