Renata membuka pintu rumahnya dan melangkahkan kaki menuju kamarnya dilantai 2 Renata baru tiba dirumah jam 10, sebuah suara menghentikan langkahnya di tangga ke 3.
"Dari mana aja lo anak nakal baru pulang jam 10 malem?" Renata menoleh, kakanya sedang duduk di sofa ruang tamu tumben 'pikir Renata'.
"Lo tuh ya ga berubah dari dulu nakal, pembangkang, pembawa sial " Renata terdiam ingin sekali dia melawan dan jujur tapi hatinya seperti teriris , kaka yang dia sayangi menganggapnya seburuk itu.
"Malam ka ica, aku abis dari rumah temen, aku pamit ke atas ya kak" Renata tidak menanggapi sindiran Larisa.
Larisa geram merasa di abaikan Larisa mulai mendekati Renata.
"Anak sialan gue ngomong sama lo, gasopan banget " bahkan Larisalah yang tidak sopan.
'Gimana aku mau sopan sama kakak kalo kakak aja gapernah ajarin aku sopan santun' sialnya kalimat itu hanya didalam hati Renata saja.
Renata menatap Larisa "apa lo, mau ngelawan gue, liatin aja gue aduin mami sama papi lo, minggir " Larissa berjalan menaiki tangga setelah melewati Renata dan sengaja mengehentakan bahu Renata.
'Kak salah ata apa' batin Renata , Renata menaiki tangga dengan tertunduk dan masuk kekamar menangis lagi, dan Renata sangat lelah.
****
Jam 11 malam Renata baru selesai mandi, Renata tidak pernah bisa tidur cepat, dia membuka jendela kamarnya, membiarkan angin malam berhembus menusuk tubuhnya, menembus hati nya yang luka, sepertinya akan turun hujan.
Renata mematikan lampunya dan membiarkan cahaya malam yang memasuki ruang kamarnya, Renata membaringkan tubuhnya disisi tempat tidur lalu memiringkan tubuhnya mengahadap jendela.
Renata bosan dengan suasana rumahnya, semua berubah, entah sejak kapan dia lupa.
"Renata buka pintunya" suara ketukan di pintu kamar Renata sangat kencang mungkin saja itu disebut gedoran.
"Sebentar Pa" Renata kenal dengan suara Brama , Papa nya, sangat tahu jika itu suara Papanya.
Renata beranjak, menghentikan semua lamunanya dan keluhanya pada cahaya malam, Renata berjalan kearah pintu dan membuka pintu kamarnya.
Ada Brama, Lusy mama Renata, Dimas dan Larisa didepan pintu kamarnya, hal yang jarang terjadi, untuk apa mereka kekamar Renata.
"Iya pa , ada apa ?" tanya Renata baik baik.
"Kamu tanya ada apa?, dari mana aja kamu baru pulang jam 10" ah pasti Larisa yang mengadukanya.
"Jawab !! papi gapernah ngajarin kalian pulang selarut itu di hari sekolah, dari mana kamu !!"bentak Brama.
'Tumben' pikir Renata.
"Kalo orang tua nanya tuh di jawab ,jangan bisu." ucap Larisa.
Renata hanya bingung , tumben mereka semua peduli.
****
Dimas mendorong pelan pintu kamar Renata, melewati Renata dan memasuki kamarnya.
'Rapih, wangi ' kesan pertama Dimas, Dimas tidak pernah memasuki kamar adiknya ini, dan sekarang dia penasaran apa isi dari kamar anak nakal ini.
Renata bingung untuk apa dimas masuk kekamarnya, bahkan yang Renata tau, kaka nya itu tidak mau tau urusan Renata karena Dimas benci Renata, hanya itu yang Renata tahu.
Dimas melihat jendela kamar Renata terbuka, 'apakah selalu seperti ini? Untuk apa Renata membuka jendela kamar nya di jam segini? Apa dia tidak tau bahwa angin malam sangat tidak baik pada kesehatan' Dimas menepis pikiranya , untuk apa Dimas peduli pada anak nakal itu. Justru akan lebih baik jika anak nakal itu tidak ada.
Dan sebenarnya Dimas peduli hanya saja ego nya terlalu tinggi dan lagi Dimas tidak menyadari hati nya saja.
"Kak Dimas ngapain si masuk kamar Ata, gapenting banget" Larisa melipat tanganya di dada.
"jawab papi!!!" bentak Brama dengan nada tinggi.
"Ata abis dari rumah temen pa, lagian kan Ata naik angkutan umum pulangnya suka macet" Renata beralasan padahal dijam pulang Renata tidak pernah macet.
"Ata bohong tuh pi, mana mungkin dari rumah temen pulang jam 10, paling Ata pacaran, atau ke tempat hiburan malam." Larisa memojokan Renata.
"Ata ngga kaya gitu ko pa, Ata masih tau batasan Ata"
"Alah bilang aja lo takut kan,diomelin" sanggah Larisa
"Kenapa si ka Ica gapernah percaya sama aku, papa juga, dan mama, kak Dimas kenapa kalian semua bedain aku, emang aku bukan anak papa sama mama?,.Kenapa kalian gak adil" Renata menangis, sudah lama Renata ingin mengeluarkan semua isi hatinya.
"Sopan sedikit kalo ngomong sama Papi, lo pikir lo siapa dasar anak nakal".
"iya,, Ata emang anak nakal,pembangkang , pembawa sial, ata suka ke tempat hiburan, puas ka Icaa" nada Renata meninggi.
"Jaga mulut kamu" Dimas menegur Renata.
"Ata harus apa , kalian semua gak pernah peduliin Ata, kalian yang jahat, kalian pengen Ata sopan tapi papa , mama , kak Dimas, sama kak Ica gapernah ajarin Ata, kalian yang jahat" terika Renata
'plaakk' Brama murka dan menampar pipikanan Renata.
Renata merasakan perih di pipinya, Renata merosot kebawah kakinya tidak mampu lagi menopang segala beban hidupnya, ini kali pertama Brama menyentuhnya , Renata menyukai sentuhan Brama, sungguh walau sentuhanya sangat perih, Renata suka.
Dimas menyaksikan bagaimana Brama menampar Renata, entah mengapa Dimas merasakan sakit melihat kejadian itu.
Lusy dan Larissa kaget melihat kejadian itu, suami sekaligus papa larisa hilang kendali.
Renata bangkit berdiri dan menatap Brama , Papanya.
"Ata pikir sentuhan pertama Papa untuk Ata setelah bertahun tahun adalah pelukan, ternyata Ata salahya pah." Renata tertawa hambar, air mata nya menetes.
"Tapi gapapa , Ata baik baik aja kok, Ata akan selalu ingat untuk malam ini, makasih ya pah, seenggaknya Ata tau papa masih mau sentuh Ata, anak papah" Renata berbalik masuk ke kamar dan menutup pintu kamarnya.
Setelah Renata menutup pintu kamarnya,semua diam, dan berbalik ke kamar masing masing, ego mereka sedikit tersentil mendengar ucapan Renata.
****
Malam itu Renata bukan lagi sulit tidur cepat, bahkan Renata tidak bisa tidur, hari ini sangat lelah, sampai pukul 4 pagi barulah Renata dapat tidur.
#####
Renata sabara yaaa )":
YOU ARE READING
RENATA
RandomDisini aku bakalan coba buat cerita agak panjang, karena jujur , sebernarnya susah buatnya but i will try. :)