Part 6

168 4 0
                                    


Renata POV.

Aku berjalan keluar dari gang sempit ini,  gang rumah Gladys.

Aku sangat menyesali ucapanku tadi,  aku ingin  menangis, aku membenci keadaan ku , aku hanya gadis biasa, sungguh aku sangat muak. Gladys maafkan aku.

"Sekarang  kemana aku harus pergi , temanku hanya Gladys, dan tidak mungkin aku ke cafe,  ini masih pagi" gumam Renata pelan.

Aku kembali ke halte, mungkin Tuhan berkehendak aku harus sekolah, aku bukan lah gadis yang pintar, aku mengakui itu, dan mungkin itulah salah satu alasan semua keluargaku membenci ku. haha poor  Renata.

Aku tidak mengerti mengapa sangat sulit bagiku untuk dapat mengerti istilah istilah dan rumus rumus yang selalu di jelaskan oleh Bu Silvi  dan pak Ade.

Dan ketahuilah yang membuat aku disukai guru dan mempunyai nilai yang cukup baik karena aku anak rajin, penurut dan selalu mau belajar walau nilai ku selalu di bawah angka 8 ,tapi kata guru bahasa indonesia sewaktu smp ' kalo kamu gabisa apa apa, jadi anak rajin, dan dari hati kamu ada kemauan untuk bisa satu lagi  tetap optimis, berdoa dan berusaha'.

Aku selalu berusaha tetap saja nihil,  aku merasa bodoh.

Aku melihat jam tangan biru ku menunjukan pukul 7 : 20 , aku terlambat dan biasanya aku sudah panik tapi tidak untuk kali ini, aku hanya ingin merasa tidak peduli dengan semuanya, belajar dingin seperti yang orang orang lakukan padaku, gadis bodoh ini.

Bus menuju halte sekolah sudah didepanku , biasanya bus tersebut hanya berhenti beberapa menit saja,entah lah aku merasa malas untuk menaiki bus tersebut, dan aku hanya duduk, tidak bergerak.

Mungkin bus selanjutnya adalah pilihan yang baik.

****

Renata menaiki bus merah yang sepi, tentu sepi karena ini sudah pukul 07 : 50, seperti biasa duduk dipinggir dekat jendela adalah favorite Renata dengan earphone ditelinganya.

"Taruna, taruna" teriak kenek supir yang nyaring.

Udah sampe pikir renata.

Renata turun dari bus kedua tangannya dimasukan kedalam bomber putihnya dan berjalan santai, sangat santai menuju sekolahnya, gerbang sudah di tutup dan terlihat guru piket menjaga gerbang ada pak Rahmat dan bu Ais.

Bu Ais sangat galak, guru gendut satu itu tidak akan main main dengan murid nya yang telat lewat dari 30 menit , tidak ada toleransi.

Renata menatap gerbang sampai keatas, matahari sangat terik, Renata suka.

"Coklat" guman seseorang disampingnya.

Renata menoleh ke kanan ternyata Rey teman sebangku nya, ah bukan Renata yang memaksa.

"Mata lo coklat kalo kena sinar matahari" lanjut Rey.

Renata diam, wajahnya  tetap  datar. Mungkin kemarin Renata sangat senang jika ada yang menyapanya terlebih dahulu.

Namun entah sejak kapan Renata benci berinteraksi dengan siapapun, termasuk orang aneh di sampingnya ini, atau mungkin Renata lah yang aneh.

"Kemaren ada cewe yang maksa buat duduk sama gue, gue pikir dia aneh" Rey menghentikan ucapanya danmenoleh ke Renata , mereka saling memandang.

"Dan ternyata emang beneran aneh, freak !" tepat di depan wajah Renata .

Renata diam, bingung dengan apa yang diucapkan Rey, atau mungkin Renata tidak benar benar mendengarkan ucapan Rey.

RENATAWhere stories live. Discover now