'sialan' umpat Renata kesal tidak, dia tidak boleh menangis tapi yang terjadi air mata sialannya yang turun begitu deras.
Renata berjalan keluar terus melangkahkan kaki jenjangnya, dia harus segera keluar dari komplek terkutuk ini.
"fuhhhh fuhhh " oh astaga asma nya.
Renata berjalan cepat ke halte dan duduk membuka ranselnya mencari inhaler dan double sialnya Renata tidak menemukanya.
Gadis itu mengingat ingat dan sangat sulit, nafas nya semakin pendek 'tidak ya Tuhan'.
"Gausah nangis pake ini dulu" seseorang di depanya menyodorkan kantong plastik putih yang sudah terbuka lebar.
"fuhh fuhh maa.. Kaa" lelaki di depannya langsung mengarahkan kantong tersebut ke mulut Renata.
Renata menarik nafas dalam dalam terlihat kantong tersebut kembang kempis dengan kentara,
Akhirnya Renata sedikit lega."Jangan anggap asma sepele, lo harus selalu sedia obatnya atau sejenisnya" ucap laki laki yg kini sudah duduk di samping Renata.
Renata menoleh 'sungguh dia juga tidak ingin lupa dengan Inhaler nya, setidaknya 60% benda itu yang membantu hidupnya' pikir Renata
"Makasih udah nolongin gue untuk yang kedua kali " Renata kenal lelaki di sampingnya tapi Dia lupa atau mungkin dia tidak tahu nama kakak kelas nya itu.
"Lemah amat si lo, cengeng lagi ini udah 2 kali dan kejadian nya sama " Rendy menatap lurus.
"Sama..? " Renata bertanya dan lagi dia tidak menangis hanya karena asmanya kambuh.
"Iya sama, dua dua nya karena kecerobohan lo! yang pertama, lo ga isi perut lo akhirnya pingsan" Sesekali Rendy menoleh.
"Kedua lo lupa bawa obat dan siang bolong begini halte sepi gue gak yakin kalo gada gue lo masih ngirup udara" Rendy menatap gadis di sampingnya.
"Kalo lo gamau nolongin gue ya gausah tuh gue balikin " gadis itu melempar seonggok plastik putih tadi ke pangkuan Rendy.
'cewe aneh, buat apa gue coba orang dia udah kaga bengek lagi dan plastiknya udah ngga kepake' Rendy membatin cewe di sampingnya ini sangat tidak pantas bersikap judes, dingin dan teman teman nya lain.
"Apa lo liatin gue, inget ya gue gapernah minta tolong sama siapa pun termasuk lo, kalo pun lo liat gue tinggal titik darah penghabisan, gausah tolongin, biarin aja gue mati" Renata menatap tajam ke Rendy.
Rendy hanya tertawa, adik kelas nya ini sangat lucu.
"Gausah ketawa, gada yang lucu " Renata masih jengkel dengan ucapan Rendy, entah Dia menyadari atau tidak sedikit hatinya terobati dengan kehadiran kakak kelasnya ini.
****
Ada untungnya dulu Renata membeli sebuah Apartemen dan tentunya masih atas nama Kevin karena umurnya masih terlalu dini untuk menyatakan sebuah hak milik.
Renata membuka apartemenya, bersih dan harum, jeruk kesukaannya.
Mengingat bahwa apartemen tersebut di kawasan elite dan selama belum di tempati oleh yang punya, pihak apartemen akan tetap membersihkan apartemen tersebut tentu dengan bayaran, tidak ada yang gratis di Dunia ini.
Renata akan kerumah Gladys, mengambil semua pakaianya dari rumah sahabatnya karena apartemenya kosong hanya ada perabotan.
****
"Halo.. " Renata meletakan ponsel nya di sela sela kuping dan bahunya.
"Ya Ata kenapa?, oh iya kamu udh sampe mana udah jam 3 kok ga sampe sampe?. " seseorang di sebrang sana menggerutu.
YOU ARE READING
RENATA
RandomDisini aku bakalan coba buat cerita agak panjang, karena jujur , sebernarnya susah buatnya but i will try. :)