Part 7

139 4 0
                                    

Setelah keluar dari ruang UKS  Dimas menghentakkan lengan sahabatnya yang masih memegangi baju Dimas dan berjalan mendahului Rendy.

"Gue tau lo kenal dia , jawab dim , dia siapa lo?" Rendy mensejajarkan langkahnya dengan Dimas.

"Lo kalo mau kasih bogem ke gue, sekarang aja Ren" Dimas tidak menjawab pertanyaan sahabatnya.

"Gue ga ngerti sama jalan pikiran lo Dim kena...

"Eh Ren tadi ada anak yang pingsan kata bu Ais bareng lo, mana anaknya?" Ayu petugas UKS mengentikan ucapan Rendy,  mereka berhenti.

"Di UKS , lo kesana aja".

"oke thanks Ren" Ayu menepuk bahu Rendy.

"sipp".

Dimas berjalan lagi, disusul oleh Rendy.

"Gue tau lo kenal sama dia,  gue tau lo khawatir sama cewe tadi tapi gue gatau dia siapa lo, karna ini  pertama kali gue liat lo gabisa kendaliin diri lo sama cewe". Rendy sangat kenal Dimas.

"Lo bakal kaget kalo tau dia siapa" Dimas menoleh sejenak.

"Kenapa? Dia pacar lo atau mantan  pacar lo tapi lo belom bisa move on? Atau dia pernah nolak lo?" tanya Rendy.

"Dia adik gue, kembaran Ica" berhenti , Dimas menghadap Rendy.

"Cuma lo yang tau dan gue harap lo gapunya mulut kedua" Dimas berjalan kembali meninggalkan Rendy.

Rendy blank otaknya berhenti sesaat bersamaan dengan langkahnya yang berhenti sedangkan Dimas sudah berjalan, pantas saja name tag adik kelasnya , Renata Wisesa C.

Ternyata sama seperti sahabatnya Dimas Saka Chani. C.

Kenapa mereka ga mirip, Renata lebih ke wajah asing,  mata coklat, kulitnya yang putih dan rambut legam nya, mungkin kalo adik kelasnya itu berambut pirang orang  berpikir dia dari luar negeri.

Rendy berasumsi,  mengapa dia jadi lelaki yang sangat menjijikan dengan segala pemikiranya.

****

"Lo kenapa jadi diem?" Rey bertanya kepada gadis yang duduk disampingnya.

"Bukan urusan lo"

"Jelas urusan gue, karena gue ngerasa duduk sama setan , cewe aneh"

"Yaudah minggir , gue mau pindah" Renata hendak bangkit tapi tangannya di cekal oleh Rey.

"Setelah lo paksa gue, lo pikir lo bisa pindah seenaknya,  duduk" Rey sangat dingin

"Gue mau pindah, cewe aneh ini mau pindah, lo bisa minggir gak" Renata berdiri.

"Kalo gue mau , kenapa?" tanya Rey mendongkak menatap manik mata Renata.

"Gue mau pindah lo gada hak buat ngelarang dan gue mau pindah" kalimat Renata penuh penekanan.

"Lo duduk atau gue paksa duduk tapi disini" Rey menepuk kedua pahanya lelaki itu sungguh sungguh dengan ucapannya.

Renata mengalah dia duduk kembali, Renata hanya tidak ingin berdebat, bu Salsa memasuki ruangan,  guru Matematika. Renata benci rumus.

"Sekretaris kelas  tolong  ambilkan buku paket di meja saya, sesuai dengan jumlah murid dikelas ini" ucap bu Salsa tenang.

Dua perempuan bergerak dan menuju ruang guru.

****

Akhirnya bel pulang berbunyi,  sejak saat ini bel pulang adalah nada favorite  Renata.

Renata menunggu teman sebangkunya ini bangkit ,  karena dia sangat malas berinteraksi dengan Rey.

Ini sudah menit ke 5 dan ruangan sudah kosong tapi lelaki disampingnya ini tidak bergerak juga, Renata jengah dan bangkit.

Rey bangkit, mereka berdua sama sama posisi berdiri.

"Gue mau pulang, minggir" ucap Renata dingin.

Rey menghadap renata dan mempersempit ruang keluar .

"Lo bisa keluar bentar ga, ini udah bel pulang , gue mau pulang" Renata hanya menatap kedepan, dada Rey.

"Kalo ngomong sama orang itu yang sopan, tatap orangnya" Rey menunduk melihat raut wajah Renata.

"Kita engga ada urusan jadi tolong minggir"

Rey masih enggan menyingkir, Rey paling tidak suka bermain main dengan wanita tapi beda dengan gadis di depannya ini .

membuat Renata kesal atau dongkol jadi kesukaannya,  Rey merasa senang , ada perasaan nyaman.

Renata mendongkak , menatap Rey.  Jalan satu satunya adalah naik ke bangku dan meja karena jalan keluar dengan sopan sudah tidak ada.

Rey kaget melihat kelakuan Renata, gadis itu menaiki bangku dan meja lalu dia melompat dan berjalan keluar meninggalkan Rey yang masih sibuk dengan pikiran tidak pentingnya.

'Ajaib ' pikir Rey.

Disaat sebagian wanita mencari perhatian Rey,  gadis itu malah membuatnya geleng geleng kepala,  kemarin Rey berfikir Renata sama seperti gadis lainnya karena kemarin Renata  begitu sok akrab  walaupun Rey tidak menemukan gelagat cewe gatel  didiri Renata.

****

Rey melihat Renata menuju halte sedangkan Rey menunggu ojek online yang sudah dia pesan.

"Mas Rey ya?" sapa bapak bapak didepan Rey.

"Oh iya pak, pak Hilman ya, ojek yang  saya pesen?" tanya Rey sopan.

"Oh iya mas, mari naik" si bapak menghidupkan kendaraannya.

"Eemm gini pak,  saya mendadak ada urusan, saya cancel ya pak? Tapi ini saya bayar sesuai tarifnya pak" Rey  mengambil dompet dari dalam tasnya.

"Oh gitu ya mas, gausah mas, gapapa di cancel saja " ucap si bapak lembut.

"gapapa pak , anggap aja ini rejeki ya pak" Rey memberikan uang 20 ribuan ke bapak ojek online.

"Saya tinggal ya pak, maaf nih pak" Rey berjalan menjauh.

"Alhamdulliah, makasih ya mas" bapak ojek online tersenyum dan memasukan uang tersebut ke dalam saku jaket hijaunya.

****

Renata menaiki bus ke arah terminal, biasanya dia menuju rumah Gladys dahulu tapi hatinya sedang buruk dan memutuskan segera ke cafe.

Gadis itu melihat bangku sudah penuh akhirnya dia berdiri bibagian tengah bus, Renata tidak menyadari seseorang di belakangnya.

****

REY POV

Aku mengikuti Renata,  saat melihat gadis itu berjalan ke arah halte, hati dan pikiranku tidak sejalan, aku mengikuti Renata setelah mengcancel  ojek online yang sudah ku pesan.

Gadis itu menaiki bus dan aku mengikutinya sepertinya dia tidak mengetahui keberadaanku.

'Kenapa ini cewe betah ya naik beginian, sempit, bau , berisik' aku memicing melihat mas mas lebih tua seperti pekerja bangunan melihat Renata, aku lelaki dan tau maksud dari tatapan itu , ah aku tidak mengenalnya tapi lelaki tua itu mendekati Renata, mungkin mencari kesempatan dan aku tidak suka melihat itu.

Akhirnya aku berjalan ke tengah menyalip nyalip dan berdiri di belakang Renata , menyela orang yang sudah berdiri dibelakang ku saat ini.

Rambut Renata harum,  wangi jeruk, apakah gadis sebesar ini masih memakai shampo anak kecil ' sedari tadi Otakku selalu berasumsi tentang Renata,  sesekali dadaku dengan punggung Renata bersentuhan tentu saja dilapisi dengan seragam sekolah, ternyata Renata begitu kecil.

Aku menyukai posisi ini,  Renata mungil sepertinya enak untuk di peluk . Pas.


#####

cuma 937 word , maaf ya kalo banyak typo atau kurang huruf, ):

Selamat Membaca

RENATAWhere stories live. Discover now