Third : About Kris

387 11 1
                                    

Perhatian!!!!

Ada sedikit tulisan yang bersifat dewasa. Harap para pembaca memaklumi.

Terimakasih^^

~May POV~

"May! Kamu telat lagi? Sudah berapa kali kamu terlambat masuk pelajaran saya? Hem? Kamu tahu sendiri kan kalau kamu terlambat maka kamu tidak bisa mengikuti jam pelajaran saya. Pelajaran saya hanya dua jam dalam seminggu. Kalau lain kali terlambat lagi, kamu benar-benar akan saya beri nilai C karena jarang hadir di kelas saya. Mengerti!"

"Mengerti bu. Saya minta maaf." Aku berjalan menuju mejaku yang ada dibaris ketiga dekat jendela yang menghadap lapangan.

Terlambat sepertinya sudah jadi kebiasaanku setiap pagi karena rumahku ada dipinggiran kota yang sangat jauh dari tengah kota. Tapi yah sudahlah. Apa boleh buat. Nilai ku memang sudah C.

"May!"

Seseorang memanggilku dari belakang. Saat mendengar suaranya, aku tahu persis siapa yang memanggilku. Aku menoleh ke belakang. Kris memberikan catatan Pendidikan Kewarganegaraannya kepadaku.

"Lain kali jangan terlambat lagi. Entar kamu beneran dapet D." Kris terkekeh begitu melihat wajah cemberutku. Kemudian Ia mengelus rambutku dan mencubit pipi kiriku.

"Duduk sendirian lagi? Aleah ijin lagi ya?" Aku tak menjawab pertanyaannya. Justru memasang wajah yang semakin membuatnya gemas.

"Hiiis! Jangan cemberut gitu teruslah. Aku kan ada dibelakangmu." Dia terus tersenyum kearahku dan mengacak-acak rambutku. Aku menepis tangannya.

"Kris! Rambutku berantakan. Tadi pagi Aleah bilang padaku dia ijin lagi hari ini. Aku nggak tahu kapan dia berangkat lagi. Atau memang dia berniat untuk tinggal menetap selamanya di Singapura. Saat ulangan aku tak bisa mencontek, Kris." Aku mengatakan hal tersebut dengan nada memelas. Sedangkan Kris, tertawa mendengar ceritaku. Kris sangat tahu benar seperti apa sifatku saat berada dikelas. Kemudian ia pindah kesampingku untuk menemaniku.

"Jadiii.. lusa nanti kita mau kemana?" Ia bertanya sambil menaruh buku-bukunya ke laci meja.

"Lusa? Maksudmu? Besok lusa kita masih sekolah." Kataku, sambil mengambil tempat pensil dan buku matematika dari dalam tasku. Aku melirik Kris yang ternyata memandangi wajahku sejak tadi. Alisnya terangkat sebelah yang memberiku kode bahwa Kris agak sedikit bingung.

"Kenapa? Apa ada sesuatu diwajahku? Apa aku membuat suatu kesalahan barusan?" Aku bertanya padanya. Seketika Kris terkejut.

"Ya Mungkin. Apa kamu yakin kamu nggak mau pergi kemana-mana lusa besok?"

"Enggak ah! Aku capek sekali hari ini dan besok dan besok lusa dan besok- besok lusa dan minggu depan, oke? Selamanya aku letih Kris. Aku ingin pindah sekolah saja. Berada disini membuatku semakin tertekan." Aku menelungkupkan wajahku. Sebenarnya aku ingin menangis, tapi aku tak ingin melakukannya didepan Kris. Itu memalukan.

Satu hal lagi tentangku saat berada disekolah ini. Dulu sewaktu semester satu, aku pernah dibully oleh anak-anak perempuan karena suatu kesalahpahaman. Sebenarnya sebelum aku pacaran dengan Kris, ada suatu kisah menyedihkan yang aku alami. Kisah itu berawal sejak aku memasuki kelas ini. Pamela adalah seorang gadis yang menyukai Kris. Ia begitu terobsesi dengan Kris. Suatu hari saat pelajaran Kimia, kelasku harus pergi ke laboratuarium. Setelah sampai dilaboratuarium, aku melupakan lembar kerja dikelas. Aku segera menuju kekelas.

Aku mendengar suara dari dalam kelas. Suara seorang anak laki-laki. Tanpa berpikir panjang, aku segera masuk ke kelas. Barangkali, anak laki-laki yang tak mau ikut pelajaran kimia atau mungkin seorang pencuri, entahlah. Namun, aku salah. Didalam kelasku itu, Kris dan Pamela tengah berciuman dipojok kelas. Aku diam membeku melihat mereka saling bertukar ciuman tanpa ada satupun perlawanan saat ciuman itu berlangsung. Mereka berdua sepertinya tidak menyadari kehadiranku. Lebih baik aku kembali ke laboratuarium sekarang. Bisikku dalam hati.

In My Coma [Complated]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang