Seventh : Kosong

190 7 0
                                    

~May POV~

Aku mengerjap-ngerjapkan mataku. Berusaha untuk membukanya dengan perlahan. Rasanya aku seperti baru bangun dari tidur panjang. Hal pertama yang aku lihat ketika aku membuka mataku adalah plafon putih diatas kepalaku. Aku berusaha untuk bangkit untuk duduk diatas ranjang ini. Tiba-tiba rasa sakit menyerang punggung dan lengan kananku. Aku meringis kesakitan. Aku kembali berbaring dan melihat sekitar. Terlihat seorang perawat yang sedang membawakan air hangat dan kain basah ditangan kanannya terkejut saat melihatku.

"Oh! Anda sudah bangun. Tunggu sebentar." Suster itu memanggil dokter dan perawat lainnya untuk masuk ke ruanganku. Itu artinya aku berada dirumah sakit.

Seorang dokter dan seorang suster masuk keruanganku dan segera memeriksa keadaanku. Kemudian, dia menyuruhku berbaring dan beristirahat selagi dia akan menghubungi keluargaku. Tunggu! Keluargaku. Ayah! Ibu! Kecelakaan itu!

"Dokter!" Aku beranjak dan mencegah dokter itu keluar dari kamarku, selagi aku berusaha untuk menahan rasa sakit yang menyerang punggung dan lenganku ini.

"Anda seharusnya berbaring! Punggung dan lengan anda ini masih belum sembuh." Dokter memarahiku dan segera menyuruh perawat untuk membaringkan tubuhku di tempat tidur. Dokter segera pergi meninggalkan aku dengan perawat itu.

"Suster. Dimana ayah dan ibuku? Aku-"

"Dokter akan segera menghubungi polisi dan kerabatmu. Mereka akan menjelaskan rincian kejadiannya padamu."

Suster itu juga segera pergi dari hadapanku. Meninggalkan aku sendirian di kamar rawat ini. Aku kini sangat khawatir dengan keadaan ayah dan ibu. Apakah mereka selamat? Ah! Mereka pasti selamat. Jika aku saja masih hidup, mereka pasti juga masih hidup. Iya. Aku yakin mereka pasti selamat.

Aku mencari-cari handphoneku, barangkali benda itu ada disini. Benar saja, handphoneku berada di rak kamar rawat ini. Tapi kondisinya sudah sangat mengenaskan, namun masih bisa melihat aplikasi dari layar yang sudah sedikit pecah ini. Aku membuka S Planner di dalam menu handphoneku. Aku terkejut melihat tanggal hari ini yang tertera pada S Planner. Aku tertidur selama satu minggu. Lama sekali dan tidak ada yang menjengukku ataupun membangunkanku. Ini mengerikan. Aku mendengar suara ketukan dari luar pintu kamar rawatku. Aku mempersilahkan masuk. Aku berharap itu Ayah dan Ibu. Tapi tidak. Yang datang adalah Dokter, satu orang polisi dan dua orang detektif. Mereka berempat kemudian menghampiriku.

"Selamat siang! Saya dari kepolisian pusat. Kami membawa dua orang detektif andalan kami untuk membantu kami menyelidiki kasus kecelakaan yang anda alami. Sebelumnya apakah kau siap untuk menceritakan detail kejadian?"

"Aku... Aku bersedia menceritakan kejadian hari itu. Tapi aku harus tahu kondisi ayah dan ibuku. Apakah mereka baik-baik saja?"

Ketika aku menanyakan keadaan orangtuaku, ada aura aneh yang muncul pada diri mereka. Seperti semacam rasa berduka di sekeliling mereka. Polisi dan detektif itu melepas topi mereka dan menunduk. Begitu juga dokter yang berada disampingku ini.

"Ah. Anu. Apa mereka baik-baik saja? Dokter? Apa mereka juga dirawat disini?" Satupun dari mereka tidak ada yang menjawab pertanyaanku.

"Dimana Ayah dan Ibuku?" Tanyaku untuk kali yang ketiga. Terdengar panik dan tegang. Tapi tetap saja mereka tidak menjawab untuk ketiga kalinya. Mereka tetap menunduk.

"AKU BERTANYA DIMANA AYAH DAN IBUKU!" Teriakku cukup keras membuat mereka tersentak.

"Maafkan kami. Kami tidak bisa menyelamatkan mereka." Salah seorang detektif itu mulai angkat bicara.

"Apa?!"

"Kau satu-satunya yang selamat dari kecelakaan itu. Tubuhmu tersangkut diantara ranting pohon sehingga hanya punggung dan lenganmu terluka. Kau masih bisa selamat karena jatuh diranting-ranting pohon itu. Sedangkan orang tuamu tidak." Detektif itu melanjutkan.

In My Coma [Complated]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang