Lingsir wengi sliramu tumeking simo
Ojo tangi nggonmu guling
Awas jo ngetoro
Aku lagi bang wingo wingo
Jin setan kang tak utusi
Jin setan kang tak utusi
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet
Ini sudah malam ke-tiga aku mendengarkan seseorang menyanyikan lagu itu. Dan selalu terdengar tepat jam 12 malam. Aku mengerjapkan mata dan nyanyian itu semakin jelas terdengar. Aku bisa mengenali suara itu sebagai suara seorang wanita. Dan entah kenapa aku merasa kalau suaranya terdengar sangat menyayat hati.
Sejujurnya, aku sangat menikmati alunan nadanya, selain wanita itu juga memiliki suara yang merdu. Setelah kira-kira 5 menit, suara itu menghilang dan malam kembali hening. Hanya terdengar suara jangkrik dari luar jendela kamarku. Serta suara jam dinding yang menjalankan tugasnya sebagai petunjuk waktu.
Aku kembali memejamkan mataku perlahan. Rasa kantuk mulai menyerangku, dan aku pun kembali tertidur.
***
Suara lonceng jam dinding kamarku berbunyi menunjukkan jam 12 tengah malam. Aku membuka mataku dan nyanyian itu kembali terdengar. Entahlah. Sepertinya aku menantikan nyanyian itu. Aku seperti terhipnotis dengan suaranya, walaupun aku tidak tahu siapa yang menyanyikannya.
Seperti malam – malam sebelumnya, setelah lima menit, suara itu perlahan menghilang. Aku menatap langit – langit kamarku. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan wanita yang selalu menyanyikan lagu jawa itu setiap tengah malam tepat. Atau itu hanya ulah dari tetangga sebelahku menghidupkan tape di jam saat semua orang tengah terlelap? Entahlah.
Saat tengah memikirkan hal itu, rasa kantuk kembali menyerangku. Perlahan aku kembali memejamkan mata dan tertidur hingga pagi menjelang.
***
Malam ke-enam, sedikit berbeda dengan malam – malam sebelumnya. Aku bisa merasakan kalau suara itu perlahan mulai mendekat ke arahku, Dan sekarang, nyanyian itu di ikuti dengan rintihan tangisan yang menyanyat hati. Bulu kudukku meremang mendengarnya. Dengan segera aku menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhku. Setelah lima menit, suara itu perlahan menghilang bersama dengan rintihan tangis. Aku meghela napas lega.
Kepalaku di penuhi dengan berbagai pertanyaan. Ada apa sebenarnya?
***
Malam ke-delapan, aku kembali mendengar nyanyian itu. Namun yang membuatku bergidik ngeri adalah, aku merasa bahwa suara itu berasal dari depan kamarku. Membuatku semakin jelas mendengar nyanyian itu. Aku menutupi kepalaku dengan bantal, berharap aku tak lagi mendengar suara itu. Namun sia – sia. Nyanyian itu tetap terdengar bersamaan rintihan suara tangis.
Aku benar – benar ketakutan sekarang. Entah kenapa malam itu lima menit terasa begitu lama. Aku bahkan bisa mendengar suara ketukan serta garukan kecil dari pintu kamarku. Namun, lima menit akhirnya terlewati. Suara – suara itu menghilang. Tak lagi ku dengar rintihan tangis, tidak juga ketukan serta garukan kecil dari pintu kamarku.
Tubuhku terasa lemas dan gemetaran. Apa – apaan itu tadi? Aku bahkan tak berani untuk kembali tidur sementara ini masih tengah malam. Ku coba untuk meyakinkan diriku bahwa itu semua hanyalah halusinasiku karena aku kerap terbangun tengah malam. Aku menghela napas pelan, dan kembali merebahkan tubuhku dan kembali tidur.
***
Malam ke-sepuluh, suara – suara itu kembali terdengar. Tak hanya nyanyian dan rintihan tangis. Namun juga suara langkah kaki tepat di depan kamarku. Dan aku juga bisa mendengar suara seperti kain terseret. Aku tak berani menggerakkan tubuh dan berusaha bernapas sepelan mungkin, karena aku takut apapun yang ada di balik pintu kamarku akan mendengarnya.
Namun sepertinya, itu tak berpengaruh. Karena perlahan, aku mendengar pintu kamarku terbuka. Aku memejamkan mata dan berharap semua ini hanyalah mimpi buruk. Dan kurasakan sesuatu itu bergerak mendekat, dan berbisik memanggil namaku.
Tanpa sadar, aku membuka mataku dan melihat sesuatu itu berdiri tepat di samping tempat tidurku. Sesuatu itu, seorang wanita dengan gaun putih panjang. Namun, di tempat yang seharusnya terdapat bola mata hanya menyisakan lubang hitam serta darah yg menetes. Di tangan kirinya terdapat sebuah kepala wanita dan kepala itu menyanyikan lagu yang selama ini selalu kudengar setiap malam.
Aku menjerit sekuat tenaga dan perlahan, kesadaranku mulai hilang.
***
Satu bulan setelah kejadian itu, keadaan di luar tampak sunyi dan seolah tak terjadi apapun. Tak ada yang berbeda kecuali semakin banyaknya poster orang hilang terpampang di dinding jalanan dan tiang. Dan di salah satu poster itu, terdapat foto serta namamu.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Story
HorrorMereka ada dimana-mana.. Ketika kau lagi makan, duduk, tidur, bahkan ketika menonton tv sekalipun.. Sshh.. mungkin mereka juga ada di sebelahmu sekarang..