"Jangan keluar, Yuna. Ini sudah sangat sore." Suara ibuku terdengar dari arah dapur. Sepertinya usahaku untuk keluar diam-diam sore ini ketahuan.
"Yuna hanya ingin membeli balon yang ada di ujung jalan, Ma," jawabku.
"Kau sudah kelas lima SD. Untuk apa balon?" tanya ibuku bingung. Aku juga bingung menjawabnya. Soalnya, itu hanya alasanku saja agar bisa keluar rumah.
"Aku hanya ingin membelinya, Ma. Aku mau menghias kamarku dengan balon," jawabku asal. Aku benar-benar kehilangan alasan sekarang. Terdengar suara ibuku tertawa.
"Jangan berbohong padaku, Yuna. Kalau kau berbohong, Ny. Witches akan mendatangimu malam ini," ancamnya. Ada sebuah legenda di kota kecilku ini. Ny. Witches, berbadan bungkuk, dan berhidung besar seperti patah, gemar mendatangi kamar anak-anak yang suka berbohong pada orang dewasa, terutama orang tua mereka. Dia akan masuk ke kamar anak-anak itu saat mereka tengah terlelap, atau bahkan belum sama sekali. Aku memutar bola mataku. Tentu saja aku tidak percaya, dan aku menganggang kalau aku sudah dewasa.
"Aku tidak berbohong, Ma."
"Terserah kau, Yuna," jawab ibuku mengalah. Aku segera melesat keluar rumah dengan gembira. Teman-temanku pasti sudah menunggu di taman untuk bermain. Saat aku melewati ujung jalan, tampaknya pedagang balon itu tidak jualan. Padahal aku ingin membelinya agar tidak terlalu kelihatan berbohong pada ibu. Tapi ya sudahlah, aku bisa memakai uangnya untuk membeli jajan bersama teman-temanku.
***
Selesai makan malam, aku langsung beranjak ke kamarku, dan merebahkan diri di atas kasur. Ibu juga tidak bertanya apapun perihal kebohonganku tadi sore. Kurasa, dia sudah melupakannya. Aku melirik jam dinding bewarna pink di seberang tempat tidur. Masih pukul 8, tapi hawanya sangat dingin. Aku menarik selimutku sampai menutupi seluruh badan, dan tanpa sadar, aku langsung terlelap nyenyak.
***
Tuk. Tuk. Tuk.
Sebuah suara ketukan terdengar dari arah jendela kamarku. Aku mengira itu hanya suara dahan angin, atau ulah anak-anak nakal yang sengaja melempari jendelaku dengan kerikil atau apa. Jadi aku tidak menghiraukannya dan kembali melanjutkan tidurku.
Tuk. Tuk. Tuk.
Suara itu terdengar kembali. Aku membuka mataku sedikit, dan melihat jam di dinding. Masih pukul 1 pagi. Siapa sih, yang usil? Apa anak-anak yang sering menggangguku di sekolah? Bukannya mereka sudah kena tegur oleh guru?
Tuk. Tuk. Tuk.
Aku berusaha tidak menghiraukannya, dan kembali memejamkan mataku. Nanti juga mereka akan lelah dan pergi.
Tuk. Tuk. Tuk.
Oke, ini sudah tidak lucu lagi. Aku merasakan tubuhku mulai menggigil. Itu tidak mungkin anak-anak di sekolahku. Tidak ada anak-anak yang seumuran denganku akan berkeliaran di tengah malam seperti ini. Tentu saja, orang tua mereka akan marah.
Tuk. Tuk. Tuk.
Aku benar-benar ketakutan sekarang. Namun aku tetap tidak berani membuka mataku. Aku di dalam, dan apapun yang mengetuk jendela kamarku berada di luar. Dia tidak akan masuk ke dalam, kecuali dengan memecahkan kaca jendelanya. Dan, aku tahu ibu selalu mengunci jendela kamarku setiap petang.
Tuk. Tuk. Tuk.
Aku di dalam, dia di luar.
Tuk. Tuk. Tuk.
Kumohon berhentilah!
Tuk. Tuk. Tuk.
Dengan penuh keberanian, aku membuka mataku, melihat apa yang sudah mengetuk-ngetuk jendela kamarku. Namun, sepertinya aku sudah salah sangka selama ini.
Seseorang, atau tepatnya sesuatu, tengah berdiri di dalam kamarku sambil mengetuk-ngetuk jendela dengan jari-jari kurusnya yang panjang. Hidungnya besar dan tampak seperti patah. Rambutnya tergerai panjang dan tubuhnya sedikit bongkok. Ny. Witches.
Aku mengerjabkan mataku, berharap salah lihat. Sosok itu menatapku dan menyeringai, lalu berjalan perlahan mendekat. Bunyi suara kain bergesekan dengan lantai menggema di kamarku. Bau anyir mulai tercium entah darimana. Di tangan kanannya, tergenggam sebuah balon besar. Aku benar-benar tidak bisa bergerak. Tubuhku seakan mati rasa. Namun aku bisa merasakan air mata yang perlahan mengalir di pipiku.
Dan sekarang dia tepat di sampingku.
"Kau berbohong pada ibumu." Suara seperti erangan gagak keluar dari mulutnya. Dia kemudian menyodorkan balon itu tepat ke wajahku. "Ini balonmu."
End.

KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Story
HorrorMereka ada dimana-mana.. Ketika kau lagi makan, duduk, tidur, bahkan ketika menonton tv sekalipun.. Sshh.. mungkin mereka juga ada di sebelahmu sekarang..