Part 2: The Scent

3.5K 589 61
                                        

'Aroma ini ....'

Dunianya seolah terbelah. Untaian kata yang terucap oleh si pemimpin rapat; bisikan kasak-kusuk rekannya yang saling bertanya tak lagi dapat menahan kaki Seokjin mengapung di permukaan bentala.

Aroma ini terlalu memabukkan ....

Aroma ini memenuhi rongga hidungnya ....

Aroma ini membangkitkan naluri purba dalam dirinya ....

Aroma ini membawa ketenangan baginya ....

Aroma ini ... milik seseorang yang Jin kenal betul, setidaknya dahulu.

Lalu lamunannya buyar kala sosok yang menjadi pusat atensi pagi ini muncul. Seorang pria dengan postur tinggi dan tegap. Mahkota sewarna amethyst yang membingkai paras tegasnya yang dihiasi netra dengan kelopak monolid, menambah kesan tegas dan jantan yang dimiliki sang pendatang.

"Baik, silakan perkenalkan dirimu, dokter Kim," suara profesor Kim menyerukan ajakan agar sang dokter baru untuk beramah-tamah yang dijawab dengan senyum samar disertai anggukan.

"Annyeonghaseyo, choneun Kim Namjoon imnida."

Deg ....

Deg ....

Deg ....

.

.

.

"Hei berhenti menciumi tengkukku, itu geli tahu!" gertaknya dengan belahan bibir penuh yang mengundang siapapun untuk mengecupnya; dengan lumatan dan gigitan juga tentunya. Berbanding terbalik dengan protesan yang ke luar, pipi sang pemuda dengan postur lebih kecil justru menampilkan warna bunga mawar yang tengah mekar sempurna; ia tersipu.

"Tidak mau," ujar pria satunya yang tengah memeluk pinggang pria pertama sambil menggeleng-gelengkan kepalanya yang berada di leher si pemuda; mengantarkan sengatan-sengatan listrik yang membakar keduanya. "Baumu luar biasa enak. Bisa gila aku dibuatnya," lanjut sang pemuda dengan surai keperakan sambil bergerilya di leher milik pemuda yang berada dalam rengkuhannya. Mereka saat ini tengah menikmati waktu berdua di mana tak banyak masa yang dapat mereka lewati seperti saat ini. Tersembunyi di balik rimbun perdu yang menghiasi taman di jantung kota Seoul.

Terus mengendus, mencium, menghisap lalu menjilat. Sebuah pelukan yang awalnya manis dan hanya merupakan wujud cinta kasih dua pemuda dimabuk asmara berubah memanas. Sebuah penyaluran gejolak membakar dalam diri yang meminta disalurkan. Bertujuan untuk menggapai surga duniawi yang berlumur dosa. Malam itu, di bawah binar sang ratu malam dan jutaan kerlip gemintang di angkasa raya menjadi saksi dua pemuda yang salimg mencinta meyatukan raganya. Menyebabkan semseta sejenak mengalah karena pancaran kasih yang murni. Dan malam itu diwarnai oleh nyanyian merdu dari kedua bibir teruna tersebut. Suara gesekan kulit bertemu kulit dan erangan yang menandakan telah sampainya mereka pada puncak yang didaki.

.

.

.

" ... hyung, Jin hyung!" Jin seolah dipaksa kembali kepada realita.

"Eh ...," Sedikit bingung; ternyata paggilan tadi berasal dari Hoseok. Sepertinya, sang pemilik marga Jung sudah memanggilnya untuk beberapa waktu. "I-iya? Ada apa Hoseok-ah?" tanyanya sambil berbisik, mereka saat ini masih berada dalam forum resmi yang bahkan dipimpin oleh profesor Kim sendiri.

"Sekarang giliranmu untuk memerkenalkan diri," jawab Hoseok dengan nada yang rendah; berbisik.

"Dokter Kim Seokjin, silakan anda memerkenalkan diri!"

RègneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang