'Sayang... Sibuk ga?''Iya.'
'Entar malem?'
'Nugas.'
'Besok gimana? Mau ngajakin nonton Beauty and the Beast, yang lain udah pada nonton.'
'Lusa ujian blok.'
'Minggu aja deh. Udah kelar kan ujiannya? Nonton bareng yuk.'
'Minggu namatin battlefield.'
"YAELAH KAPAN LO PUNYA WAKTU BUAT GUE SIH JING?"
Natella Narundana, cewek berambut sepunggung yang masih berada dalam kelas bersama 3 orang teman dekatnya itu tiba-tiba menggerutu kesal sendiri. Saking kesalnya, dia bahkan sudah menulis kata-kata kasar itu di line dengan gregetan, tapi tidak jadi dikirim demi menghindari perang tak seimbang karena lawannya tidak pernah kalah.
"Udah balesnya lama. Ada aja alesan buat nolak! Cih, niat punya cewek nggak sih?" omelnya ke arah handphone. "Mana lebih mentingin namatin game lagi daripada jalan sama gue. Emang bener-bener ya ini orang!"
"Arka ya, Nat?" Jeana, cewek imut yang duduk disebelahnya menyahuti.
Siapa lagi coba yang bisa bikin Natella sebal tiba-tiba kalau bukan Arkasa Sean Hadinata, cowok yang sudah berstatus sebagai pacarnya selama satu setengah tahun lebih?
"Makanya pacaran tuh sama manusia, jangan patung es." tambah Dennisa judes, masih sempat-sempatnya menyambung meskipun sedang video call dengan pacarnya.
Tidak mau diam saja, Meira yang sibuk mencatok rambut cokelatnya ikut menimbrung, "Arka emang cakep sih meskipun kaku, pinter lagi, anak kedokteran yang kayaknya punya masa depan cerah." Dia menjeda kalimatnya sebentar. "Masalahnya, dipandang dari segi manapun lo sama Arka ga ada cocok-cocoknya sama sekali, Nat. Arka air suci, lo comberan."
Sontak ketiga temannya yang masih menguasai salah satu ruang kelas gedung FISIP yang sepi itu tertawa terbahak-bahak, persis senior-senior menyebalkan yang sedang membully anak baru. "Lagian gue juga bingung, kok bisa sih lo sama Arkasa? Lo pake guna-guna ya?" Dennisa lagi-lagi mencemoohnya.
Ini temen atau bukan, sih? Udah cowoknya nggak beres, teman-temannya juga sama nggak beresnya.
Memangnya Natella setidak pantas itu ya disandingkan dengan Arka? Iya sih, Arka itu baik-baik, pinter, alim sedangkan Natella tuh dimata orang-orang dikenal brengsek, nakal dan nagak-agak psiko. Tapi menurut Natella, dia sama Arka saling sayang.
Atau dia doang kali ya yang sayang Arka?
"Bangs*t."
"Didenger Arka lo ngomong kotor entar dimusuhin lagi loh." Dennisa mengingatkan.
Natella menghembuskan napas kesal yang terkesan frustasi, dia memang tidak lupa kalau Arka pernah mendiaminya dua hari karena cewek itu ngomong kasar di depan Arka.
"Kalian tuh ya, temen lagi kesel bukannya dihibur malah dibikin tambah kesel!!"
"Hibur diri sendiri dong, Nat. Selingkuh kek sekali-sekali, kayak ga laku aja lo." Meira menyarankan. Diantara seluruh makhluk bumi yang pernah berinteraksi dengan Natella, Meira yang omongannya paling tidak boleh ditiru, apalagi untuk anak yang gampang terpengaruh hasutan iblis seperti Natella. "Yang kayak Arka gausah dipertahanin. Inget, good boy ain't no fun," hasutnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Psycho Love
Teen Fiction"Percaya deh. Bukan gue yang gila, tapi cowok gue."