Kalau mau beli ebook versi wattpadnya, bisa ke karyakarsa.com/jongchansshi
***
"Natella, you've crossed the line." Reno mengeluarkan suara beratnya lagi yang terdengar begitu serius. Suara serius ini tidak biasa cowok tinggi itu keluarkan untuk teman sepermainannya. Dia melirik Arka sekilas, cowok berkaos putih itu tengah menatap dingin ke arah Natella yang menjadi penyebab suasana menjadi sehorror sekarang. Reno mengenal Arka, jauh lebih dulu dan lebih baik daripada Natella, menurutnya.
"Cross the line-cross the line apaan sih. Ga ada garis polisi juga." Jawab cewek itu sewot untuk Reno. Dari suaranya juga kelihatan kalau dia tengah panik, sedangkan matanya sengaja menghindari kontak dengan Arka. "Aku nggak niat cari ribut kok, Ka. Cuma lagi bete dikit aja makanya sensi." Lanjut Natella tidak lama kemudian beralasan untuk Arka, nada suaranya telah kembali tenang, sadar kalau dia tengah melakukan kesalahan, lagi.
Natella terus menyalahkan dirinya sendiri dalam hati dan merutuki kebodohannya. Baru saja damai, sudah ribut lagi. Mana mulutnya kali ini sangat tidak bisa dikontrol, lebih parah dari pertengkaran terakhir mereka pula, yang seharusnya menjadi pertengkaran paling hebat mereka selama pacaran. Salah siapa kalau dia tidak bisa menahan emosi apabila membawa-bawa Mentari? Meskipun Natella sendiri yang bawa-bawa lebih dulu.
"Aku cuma takut kehilangan kamu." ucapnya pelan, seperti berbisik.
Natella dapat mendengar Arka menghela napas berat, "yaudah, nggak apa-apa." jawab cowok itu kalem.
Natella agak terkejut. Tumben secepat ini dan Natella tidak perlu melakukan ritual minta maaf basa-basi yang ribet setengah mampus itu? Mood Arka sedang baik atau bagaimana?
Cewek itu mengangkat kepalanya dan sontak menatap ke mata Arka, "Beneran nggak apa-apa? Nggak dendam kan sama aku?"Arka menggelengkan kepalanya, mematikan playstation yang dia mainkan kemudian berdiri. "aku mandi dulu." pamitnya datar. Cowok itu masuk ke kamarnya, namun tidak lama kemudian sempat balik lagi dengan membawa selimut tipis yang masih terlipat rapi, "nih untuk nutupin perut, biar nggak masuk angin." ucapnya untuk Natella.
Cewek itu tersenyum, mengambil yang Arka kasih, "makasih sayang." ucapnya, kembali dalam mode manisnya.
Setelah Arka berlalu, barulah Reno menatap tidak habis pikir ke arah Natella .
"Hobi banget sih cari ribut, bipolar ya lo?" tuduh Reno untuk Natella. Tidak serius sebenarnya, tapi cewek ini memang sering bertingkah di luar nalar orang waras. Reno bahkan syok sendiri mendengar perkataan-perkataan drama yang keluar dari bibir Natella.
"Dih gue masih waras tau." respon Natella balik. Melihat Arka yang sudah menghilang setelah pintu kamarnya ditutup rapat, Natella langsung mengelus dadanya lega, "Gue takut banget anjir."
"Ckck. cowo lo kalo ngamuk serem loh." Reno memberitahu.
"Bukan itu." Natella membalas. "Gue takut diputusin kali. Mau dia ngamuk juga bodo amat kok." lanjut cewek itu santai. Yaialah, orang selama ini dia nggak pernah lihat Arka marah-marah sampai membentaknya, kalau merajuk sih sering.
Untung Reno masih baik hati dan menahan niat untuk menoyor kepala Natella yang menurutnya kelebihan dopamin itu.
"Mentari salah apa deh sama lo?" Reno bertanya, membuka topik yang membuatnya penasaran. Dia jarang mengobrol hal serius dengan Natella, apalagi hanya berdua begini. Mungkin ini yang pertama kali karena Reno lebih sering di luar tiap kali Natella mengunjungi apartemen yang ditempati dua cowok ini. "Lo kadang keterlaluan kalau udah bawa-bawa Mentari. Sadar ngga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Super Psycho Love
Teen Fiction"Percaya deh. Bukan gue yang gila, tapi cowok gue."