Bab 9

395 34 0
                                    

Ilona mempersilahkan Ferdan duduk di ruang tamu sementara dia mengganti pakaian kerjanya dengan pakaian sehari-hari yang lebih santai. Ferdan tidak menampik tawaran Ilona untuk membuatkannya secangkir kopi susu. Sambil menunggu Ilona membuatkan minumannya, Ferdan memperhatikan lukisan di dinding ruang tamu Ilona. Lukisan tentang pemandangan anak-anak kecil yang sedang bermain-main di sebuah tanah lapang di kaki gunung.

"Bagaimana Tasya?" tanya Ilona, kembali dari dapur sambil menating baki berisi dua buah cangkir berisi kopi susu yang harum.

"Dia langsung tidur setelah sampai di rumah, kekenyangan makan blackforest dan minum susu coklat."

"Syukurlah ..." Ferdan menyesap minumannya. Berbagai pertanyaan menggelitik hatinya, namun dia enggan untuk menanyakan, takut membuat Ilona tersinggung. Dia hanya bertanya, "Bagaimana keadaan temanmu tadi?"

Ilona meletakkan cangkirnya, menimbang-nimbang sebelum menjawab dan akhirnya memutuskan. "Dia bukan temanku. Dia mantan suamiku. Namanya Bima."

Ferdan mengangguk, tidak berkomentar. Sedikit banyak, dia sudah bisa menebak hal itu. Dia ingat, lak-laki itu yang bersama Ilona empat tahun lalu, hanya saja waktu itu, laki-laki itu kelihatan jauh lebih gemuk dan segar.

"Istrinya kecelakaan dan harus diamputasi kakinya. Katanya mereka bertengkar hebat dan istrinya mabuk sambil mengemudi," Ilona melanjutkan. "Aku mengenal istrinya. Dia perempuan yang baik."

"Bagaimana mungkin kamu mengenal istrinya?"

"Dua tahun lalu, empat bulan sebelum kami bercerai, Ranti sudah masuk ke dalam keluarga Bima, dia itu sepupu jauh ibunya. Ibu mertuaku berkeras menjodohkan Bima dengan Ranti dan meminta agar aku merelakan Bima menikahi Ranti. Awalnya aku bersedia di madu, tapi kata-kata Ibu mertuaku membuat aku berubah pikiran."

"Apa?"

"Dia bilang, kalau aku masih tetap menjadi istri Bima, aku hanya akan menjadi benalu dalam kehidupan Bima. Ketidaksempurnaanku sebagai perempuan akan menghalangi Bima membina keluarga dengan Ranti. Bima adalah anak tunggal dan dia harus mempunyai keturunan sebagai penerus nama keluarganya. Aku tidak bisa memenuhi tuntutan itu."

Ferdan ingin menghampiri Ilona dan memeluknya, menghapus duka yang sarat membebani matanya. Seperti de javu, Ferdan melihat lagi kesedihan dan kesakitan yang sama seperti yang pernah dilihatnya empat tahun yang lalu di kantin rumah sakit itu. Tapi Ferdan tetap diam di tempatnya dan melihat Ilona menuturkan kisahnya dengan ketenangan yang luar biasa, meski suaranya mulai terbata-bata karena tangis yang mungkin mulai mendesak.

"Ketika kamu melihatku di rumah sakit empat tahun yang lalu, itu adalah tahun ke tujuh perkawinan kami. Dokter memvonis aku tidak akan pernah bisa punya anak. Aku mandul. Indung telur yang kuhasilkan sangat lemah sehingga tidak bisa dibuahi. Bima berkeras untuk berusaha kembali, sehingga baru pada tahun ke sembilan, setelah semua usaha sia-sia dan ibunya semakin mendesak Bima dengan alasan umur, wasiat almarhum ayahnya dan kewajiban sebagi penerus tunggal, kami bercerai kemudian Bima menikahi Ranti."

"Aku berharap kalian bercerai dengan keadaan baik-baik."

"Entahlah.. Bima sering menelepon hanya untuk membujuk aku supaya bersedia kembali padanya. Katanya dia tidak pernah mencintai Ranti. Awalnya aku merasa itu sebagai sebuah kemenangan kecil terhadap perilaku ibu mertuaku dan Ranti, tapi kemudian aku sadar bahwa tidak ada artinya karena toh tetap saja aku kehilangan Bima. Akhirnya aku memblokir semua hal yang berkaitan dengan Bima. Dua hari sebelum Mas Ferdan datang, aku mendengar kabar bahwa Ranti melahirkan anak kembar."

Sampai disini pertahanan Ilona runtuh. Ferdan bergerak, mendekati Ilona dan menariknya ke dalam pelukan. Ilona menumpahkan air matanya di atas dada Ferdan, seperti sebuah bendungan yang sudah lama retak dan kini jebol menumpahkan semua airnya.

Mata Ferdan memanas, merasakan betapa dalam sesak yang ditahan Ilona dan kini luruh diatas dadanya. Ia mengecupi puncak kepala Ilona, berharap dengan begitu ia bisa menyalurkan sedikit ketenangan pada wanita dalam dekapannya.

$$$$$

Sempurnanya CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang