Bella PovIni hari ketigaku sama sekali tidak bertemu Revan. Bukan Revan yang tidak menemuiku, aku yang tidak ingin bertemu dengannya. Dia selalu ke rumahku, namun aku selalu di kamar tak keluar sama sekali. Kemarin dia tidak pulang, tidak juga sekolah, bocah bodoh! Dia terus berada didepan pintu kamarku mengucapkan kata maaf. Tapi aku tak menanggapinya sama sekali, dan seharianpun aku tidak keluar kamar. Si bodoh itu nggak tahu apa kalo perutku ini meraung-raung minta makan? Untungnya aku selalu menyetok makanan ringan di kamar. Menyebut namanya saja hatiku seperti digigit semut kecil, apalagi dengan melihat wajahnya? Tidak. Tidak untuk sekarang
Hari ini aku ada satu mata kuliah, dan sekarang aku sudah di kelas, aku kembali dengan memakai motor dan helm kesayanganku.
Dosen sedang menjelaskan namun aku tak berselera saat ini. Datang kesini saja sudah tidak niat, apalagi belajar?Saat mata kuliahpun selesai ada pemberitahuan kalau semua fakultas wajib masuk aula sekarang. Entahlah ada apa, aku hanya mengikuti mereka saja, tak banyak bicara. Tadi sebelum masuk gedung aku bertemu Rangga, dia seperti nya mengerti moodku sedang tidak baik, dia hanya sekedar menyapa tidak seperti biasanya yang selalu mengikutiku.
Disinilah aku dan teman-temanku sekarang di Aula gedung ini. Yang aku bingungkan kenapa semua fakultas? Gerahnya bukan main. Sangat panas! Gimana sih nih propertinya, AC sama sekali tidak berfungsi. Sangat menyesal aku ikut kesini.
"Dengan segala kehormatan yang sebesar-besarnya kami panggilkan komite universitas atau pemilik universitas" suara lelaki itu dan riuh tepuk tangan.
Aku tak berniat untuk kepo atau apapun, aku hanya menscroll instagramku, ataupun camera roll. Oh astaga Revan. Ada wajah Revan diponselku. Ingin menangis!
"Terimakasih semuanya. Perkenalkan saya Rizky Mubarok Basloom komite atau pemilik kampus ini dan istri saya Ashleey Marina Basloom berterimakasih atas partisipasinya" Aku menegang, suara itu? Dengan perlahan aku mendongak dan melihat siapa yang berbicara. Daddy? Yang punya kampus ini? Oh astaga Dad, aku malu saat ini juga.
Aku melihat teman-temanku hampir semuanya melihat kearahku. Aku meringis lalu memberikan cengiran tanpa dosa dengan menggaruk kepalaku yang tak gatal sama sekali. Mereka melihatku seperti 'jelasin semuanya' 'lo pemilik kampus ini?' 'kok bisa' aku hanya tertawa garing seperti ketahuan oleh guru yang sedang menyontek saat ujian.
"Saya disini juga ingin memberitahukan jika ada putri saya yang belajar disini. Entah dia berada disini atau tidak. Agar kalian semua tau, saya sengaja memasukkan putri saya kesini dan tidak memberi tahu bahwa ini universitas miliknya karena bukan hanya orang kecil yang belajar disini. Saya menuturkan kepada putri saya agar mengerti artinya hidup. Roda berputar sangat cepat, jika waktunya dibawahpun kita pasti bisa menerima waktu itu dengan ikhlas. Bella Ashleey Basloom. Bisa keatas sebentar sayang?" Tutur Daddyku yang diberi tepuk tangan meriah
Orang-orang yang mengenalku melihat kearahku dengan senyuman bangganya. Entahlah ini senyuman apa aku tak mengerti, Daddy kenapa seperti ini? Aku sudah sangat nyaman kemarin!
Aku berdiri pelan dengan wajah yang memaksakan untuk tersenyum. Aku melihat Dad dan Mom tersenyum kearahku, menyuruh aku kedepan. Namun aku tolak agar aku tetap disini, tetapi malah dikasih pelototan Mommy. Terpaksa aku berjalan kedepan dengan semua mata tertuju kearahku. Bangga? Nggak! Malu? Iyaa!
Aku sudah berada ditengah Dad dan Mom. Riuh tepuk tangan masih ada, lalu Daddy melanjutkan pidatonya. Aku menoleh ke Mom dengan wajah yang aku tekuk. Mom malah terkekeh melihat ekspresiku.
"Nggak lucu Mom ihhh, malu tau nggak" ucapku pelan yang hanya didengar Mom.
Mom menoel hidung dan daguku dengan tatapan meledeknya "Senyum dong, masih ada lagi satu kejutan" ucap Mom yang membuatku ingin menghilang saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondongku Sayang
Romance[TERSEDIA DI TOKO BUKU OFFLINE DAN ONLINE] -Humoromance- Entahlah fikiranku yang berada dimana, bisa-bisanya aku jatuh cinta pada remaja berumur 17thn, sedangkan aku sudah ingin menginjak 21thn. Miris Diusahakan jika membaca cerita ini, tetap mengak...