Revan Pov.Sudah dua bulan statusku menjadi suami dari Bella. Akhirnya, aku tidak menyangka jika Bella adalah masa depanku, dan kelak akan menjadi ibu dari anak-anakku. Aku sudah tidak sabar akan menggendong Revan-Bella junior, membayangkannya saja sudah membuatku ingin pulang sekarang dan membuatnya. Eh! Otakku!
Enam bulan lagi aku akan keluar dan terbebas dari gedung sialan ini, sabar Van sabar sebentar lagi, lo bakalan ngadain pernikahan besar-besaran. Batinku.
Saat ini aku sedang berada di kelas membosankan ini. Dengan tubuh yang kusenderkan ketembok, dan tangan kanan yang menopang kepalaku. Aku duduk paling pojok belakang, yaa itu tempat sakralku jika tidak ada guru yang masuk ke kelas.
Dan tadi baru diumumkan jika guru-guru tidak masuk kelas karena sedang ada pelantikan. Lalu mengapa tidak dipulangkan saja?
Ramai. Yaa kelasku sangat ramai dengan berbagai macam jenis manusia disini, perempuan yang sedang bergosip, berdandan, berbicara sendiri diponselnya dengan melihatkan seisi kelas. Para lelaki yang sedang bergerumul dipojokan dengan menatap lurus kearah laptop. Kalian pasti tahu apa yang sedang mereka tonton. Sedang bernyanyi dengan gitarnya, menulis dan bergambar tak jelas dipapan tulis.
Dan disini aku duduk tak ada semangat bersama kedua temanku yang tidak minat untuk bergabung dengan mereka yang sibuk dengan kegiatannya.
"Cabut yuk ah" itu suara Koko. Sebenernya namanya Sergio namun dia orang cina jadi kami semua memanggilnya Koko.
"Gue capek manjat ah, bengkok betis gue lama-lama loncat mulu" itu suara Denis yang paling dewasa dari kami bertiga.
Aku hanya diam, entah lah aku tak berminat untuk melakukan apapun.
Suara ponselku berbunyi menandakan ada pesan masuk. Senyumku tiba-tiba mengembang. Istriku!Honeyyy:
Aku nggak kuliah, dosennya nggak masuk. Jangan lama-lama pulangnya😔Langsung saja tanpa capcipcup kutelpon istri tercintaku. Anjaaay
Bunyi ketiga baru diangkat olehnya.
"Kok nelpon? Nggak ada guru?" tanyanya langsung.
"Assalamualaikum sayang"
Dia terkekeh "Waalaikumsalam bos" akupun terkekeh. Koko dan Denis melihatku lalu memutar bola matanya. Hanya mereka yang tahu jika sekarang statusku adalah suami orang. Hihihi.
Awalnya mereka tidak percaya, namun saat kuberi bukti. Mereka percaya dan berjanji akan menutup mulut.
"Kamu lagi ngapain hmm?" Aku sudah merindukannya lagi saat ini.
"Abis rapiin dapur nih, tapi sekarang lagi tiduran aja, nggak ada guru yang?" Jelasnya dan akupun menggeleng. Eh dia mana lihat!
"Nggak ada sayyy...." ucapanku dipotong. Denis langsung merebut ponselku dan berbicara dengan Bella. Astaga.
"Hai ka Bella, Denis nih" najis diimut-imutin.
".............." Denis terkekeh dan melihat kearahku
"Gatau nih lagi kosong, suami lo tadi ngajakin cabut tapi gue tahan aja" PEMBOHONG! Aku teplak palanya dan dia mengaduh.
"Bohong yang jangan percaya" suaraku sedikit kencang agar didengar Bella.
"..............." Denis tertawa? Bicara apa cantikku?
"Santai kak gampang kalo masalah itu mah. Tapi siapin makanan yaa" Denis terkekeh.
"................"
Saat ingin merebut ponselku lagi "Van van ayo kelapangan buruan" bukan, itu bukan suara Koko ataupun Denis. Tapi suara anak kelas sebelah. Aku menaikkan alisku seperti bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondongku Sayang
Romance[TERSEDIA DI TOKO BUKU OFFLINE DAN ONLINE] -Humoromance- Entahlah fikiranku yang berada dimana, bisa-bisanya aku jatuh cinta pada remaja berumur 17thn, sedangkan aku sudah ingin menginjak 21thn. Miris Diusahakan jika membaca cerita ini, tetap mengak...