12 - Kecemburuan

1.4K 107 6
                                    

"Hatiku masih tetap peduli dan masih mengawasimu dari jauh, perasaan ini masih sama seperti dulu sebelum kita berpisah"

"Maaf saya tidak bisa kalau begini terus," ucap perempuan yang duduk di cafe bersama pria yang sepertinya berusia 40-an.

"Tetapi kontrak sudah di tandatangani dan tidak bisa di ganggu gugat. Jika kamu mau membatalkan kontrak, semua akses dari perusahaan dan seluruhnya akan saya cabut, perusahaan kamu akan bangkrut lagi seperti dulu!!!" ancam pria itu.

"Saya lebih baik kehilangan semua dibanding kehilangan orang yang saya sayang!!!" balasnya yang tidak takut dengan ancaman itu.

Pria itu tersenyum miring ke arahnya, "Tanpa kontrak ini dia akan meninggalkan kamu untuk selama-lamanya karena semuanya akan saya ambil termasuk rumah dan uang yang kamu punya!!!"

Perempuan itu terus berpikir dia harus memikirkan matang-matang agar tidak salah jalan, "Oke saya ikuti permainan kamu. Tapi jangan salahkan saya kalau bukan kita saja yang tau kejahatan kamu ini!!!" ucapnya yang langsung pergi keluar cafe.

***

Pulang sore dan lagi badmood, hal yang paling di benci. Dan sekarang berada di ruang BK bersama dua curut. Karena mereka, Cara di ocehi pajang kali lebar kali tinggi bagi dua sama Bu Sule [guru BK] karena ketahuan bolos di UKS. Acara bolosnya ketahuan karena dua curut itu berantem di UKS dan Bu Sule yang mendengar keributan itu langsung masuk ke UKS.

"Udahlah Bu Sul mending ibu kerja dari pada ngomelin kita," ucap Aileen santai.

"Aileen!! Kamu ga sopan ya sama saya ngomong nya kasar banget." Bu Sule memang rada budek. Semua siswa juga bingung kenapa dia bisa jadi guru BK.

"Saya ngga ngomong kasar buk," ucapnya lelah. Dua jam ke buang hanya karena ocehan Bu Sule yang seperti ini. Orang ngomong apa dia ngomong apa.

"Udahlah saya capek sama kalian dua jam saya kebuang karena kalian, udah sana kalian pulang. Tapi hukumannya harus hafalin Pembukaan UUD 1945, besok keruangan saya." Aileen, Cara, dan Raka menatap Bu Sule dengan mulut terbuka lebar.

"Kurang? Saya tambahin dengan hafalkan UUD 1945 pasal-"

"Jangan buk jangan udah itu aja," ucap mereka yang memotong pembicaraan Bu Sule.

"Kita pulang ya buk, dadah ibu cantik." Raka mengedipkan satu matanya.

"Yuk," ucap Aileen dan Raka bersamaan memegang salah satu tangan Cara, Raka tangan kanan Aileen tangan kiri. Sementara Cara menatap mereka bergantian. Untung sudah keluar dari ruang BK.

"Eh bol bekicot gua duluan ya," ucap Aileen yang menarik tangan kiri Cara.

"Lu cowo tapi gapernah mau ngalah, gua jadi ragu lu itu cowo apa cewe," ucap Raka yang pura- pura berpikir.

"Et berisik lu berdua, udah gini aja kan kita disuruh ngafalin pembukaan UUD 45, mending kita hafalin dimana kek gitu dari pada kalian ribut mulu pusing gue." Cara mencoba memberi saran, mungkin dengan begini mereka bisa akur. Tetapi tidak.

"Yaudah dirumah gua aja tapi gausah ajak dia," Aileen menunjuk cowo disebelah Cara.

"Siapa juga yang mau kerumah orang gatau sopan santun kaya lu," nyolot Raka.

Cara semakin bingung dengan semuanya dan ditambah keributan yang makin memanas ini dia tambah pusing.

"Aduuu stop dong!!!" Raka dan Aileen langsung berhenti bacot setelah Cara membentak mereka,
"Gini aja, kita ke rumah Aileen tapi ajak Raka karena gamungkin gue pulang sendiri, lagi pula arah jalan pulang Raka sama gue sama. Kalau lu yang anter pulang sama aja bolak-balik, ngabisin bensin doang."

Cara & RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang