20 - Dia Pergi

1.4K 91 10
                                    

"Terkadang sebelum mendapatkan kebahagiaan, kita harus merasakan kehilangan. Dan itu sudah terjadi padaku, aku kehilangannya. Lalu bagaimana dengan kebahagiaan yang akan ku dapat setelah kehilangannya?"

Sebulan kemudian

"Kenapa kamu lakukan itu semua?" ucap Raka yang menatap sebuah batu nisan.

"Cara harusnya kamu ngga lakuin itu, Car."

Cara mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk Raka. Baginya itu adalah cara untuk membalas semua kebaikan Raka padanya. Tapi itu adalah kesedihan Raka. Hidup tanpa orang yang dia sayang.

"Oiya, aku bawa bunga yang cantik ini buat kamu." Ucapnya yang menaruh bunga Carnation di atas gundukan tanah yang ditaburkan bunga.

"Katanya bunga carnation itu melambangkan cinta sejati, dan kamu adalah cinta sejati aku. Aku akan tetap mencintaimu sampai aku mati nanti." Raka yakin Cara dengar dari atas sana.
"Lu gaboleh larut dalam kesedihan lu itu bro." Raka mendongak ke atas dan mendapati Aileen dan Candy.

"Ini ada surat yang dia tulis sebelum dia donorin sumsum tulang belakang buat lu." Aileen memberikan secarik kertas putih lalu mengajak Candy pergi.

Flashback On

Cara POV

"Bunda Raka dimana bunda?" Ucapku sambil mengusap air mata yang mengalir. Bunda sempat terkejut melihat keadaanku.

"Ya ampun sayang kenapa kamu basah begini?"

"Aku gapapa, bunda. Raka dimana?" Aku mengikuti arah mata bunda yang menatap UGD. Aku berjalan kesana lalu melihat dari kaca. Ku lihat banyak selang yang ada di tubuh Raka.

"Pak, buk, anak anda harus segera melakukan transplantasi sumsum tulang belakang." Ucap dokter yang keluar dari pintu UGD.

"Saya bersedia, dok." Ucapku dengan lantang.

Dokter membawaku ke sebuah ruangan, sepertinya aku akan melakukan tes darah.

"Dok, boleh saya minta satu kertas dan pulpen?" Ucapku yang dibales dengan anggukan.

Aku menulis surat ini untuk Raka.

Dear Raka,

Sebelumnya gue mau ngomong aku kamu sama lu, boleh kan?

Rak, makasih untuk semuanya. Makasih udah ada untuk aku, maaf selama ini aku mengabaikan kamu. Aku tahu setiap persahabatan pasti salah satunya ada yang cinta. Dan itu kamu, bukan aku. Maka dari itu aku selalu nganggep kamu sahabat terbaik aku.

Tapi sekarang aku baru sadar, perhatian kamu selama ini bukan hanya sekedar untuk sahabat, tapi lebih. Setelah kepergian kamu ke Jerman aku sadar kalau aku juga mencintaimu. Aku kamu sudah saling mencintai, tapi bolehkah aku meminta satu hal? Aku mau kamu melupakanku dan cintai gadis lain. Gadis yang pantas mendapatkan cinta tulusmu. Aku akan pergi selamanya, Rak.

I love you, Raka

Flashback Off

Raka menangis. Pertama kalinya dia menangis.

"Aku ngga janji, Car."

"Car, ini hadiah kamu. Hadiah yang kamu ingin dari dulu. Kamu juara satu dalam Dance Competition Nasional." Raka menaruh piagam serta piala di dekat bunga carnation yang ia beri. Lalu dia beranjak berdiri.

"Car, aku pergi dulu ya. Nanti aku balik lagi kok, nemuin kamu. Jangan nakal ya, sayang."

***

Raka berjalan masuk ke dalam Starbucks lalu memesan caramel macchiato, kesukaan Cara. Bukan hanya itu, dia melakukan apa saja yang Cara suka. Karena sampai sekarang ia masih mencium keberadaan Cara. Canda tawa Cara yang selalu menghiasi hidupnya, sekarang hanyalah masa lalu.

Setelah mengambil minumannya dia duduk di tempat kesukaan Cara, di dekat kaca jendela. Dia duduk di kursi yang ia duduk bersama Cara.

"Permisi, gue boleh duduk di depan lu gak? Soalnya udah pada penuh nih tempat duduknya." Ucap seorang gadis dengan baju SMA. Raka mengedarkan pandangan ke sekitarnya, memang semuanya sudah penuh.
Raka hanya mengangguk. Gadis itu duduk di depannya dan asik meminum minumannya.

"Nama lu siapa?" Gadis itu menatap Raka.

"Cara," ucapnya yang mengulurkan tangannya.

Dan sekarang, aku menemukan Cara yang lain. Apa yang kamu rencanakan, Car? batinnya.

***

Sebelum ke bandara aku akan ke suatu tempat, untuk mengucapkan perpisahan. Aku akan pindah sekolah ke Amsterdam. Dan akan tinggal di sana cukup lama.

Saat aku menginjak tanah dekat pohon kamboja, aku melihat dia.Dia yang jongkok di samping pemakaman seseorang. Menangis sendu, hatiku juga bisa merasakan kesedihannya. Baru kali ini aku melihat Raka yang begitu terpuruk. Raka, kehilangan seorang yang dia sayang.

Dia mengalungkan sebuah medali di batu nisan, dan sertifikat yang ia taruh di depannya, dia juga membawa sebuket bunga carnation dan menaruh di sana juga.

Setelah dia beranjak pergi, aku menghampiri makam itu. Makam yang bertuliskan nama Aresha Carabella. Aku mengambil semua barang yang Raka taruh disitu.

"Gue janji, gue janji ngga akan ingkar janji. Jaga diri lu baik- baik di sana ya, gue pamit." Ucapku sebelum beranjak pergi mengikuti Raka dari kejauhan.

Aku mengikuti mobilnya yang menuju sebuah caffe. Caffe Serendipity, caffe favorit Cara dan Raka. Raka pasti akan duduk di pojok dekat kaca, karena memang itu tempat dia. Dan aku duduk di belakangnya, bertolak belakang.

Aku dengar suara seorang perempuan yang berbicara dengannya, "Permisi, gue boleh duduk di depan lu gak? Soalnya udah pada penuh nih tempat duduknya."

Kurasa Raka hanya mengangguk.

"Nama lu siapa?" Raka memecahkan keheningan antara mereka berdua.

"Cara."

DEG

Raka, itu namaku. Apa dia yang akan menggantikan posisiku, Rak? Rasanya aku tak rela. Tapi, aku tidak bisa memilikimu. Aku harus menjauh darimu.

Aku pergi, Rak. Aku harap dia yang terbaik. Cara yang baru. Lupakan Cara yang lama. Aku juga akan belajar melupakanmu. Berusaha untuk pura-pura tidak mengenalmu. Aku janji.

Cara & RakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang