1. Perjanjian

320K 13.3K 725
                                    

"Jadi kapan nikah?" Aidan Blackstone bertanya pada sulungnya, Aleron Blackstone, yang biasa dipanggil Ale. Saat ini usia Ale baru 22 tahun, tapi sang ayah sudah merongrongnya untuk segera menikah.

Aleron melirik sang ayah, tidak menjawab dan  tetap melanjutkan makannya. Ia merasa risih jika sang ayah sudah mulai membahas soal pernikahan. Sekalipun, dirinya tak pernah memikirkan soal menikah! Ia sudah merasa nyaman dengan kesendiriannya, lagipula kesibukannya sebagai dokter bedah sekaligus direktur Rumah Sakit Marina sudah menyita hampir seluruh waktunya.

"Apa tidak ada satupun gadis yang mau menikah denganmu? Menyedihkan sekali," sang ayah masih terus memojokkan Aleron.

Alde, Aldev, Alden, Aaro dan Alea terkikik geli melihat kakak sulung mereka mendapat interogasi dari sang ayah. Sementara Aleron hanya bisa diam jika berhadapan dengan sang ayah. Meski di luar ia terkenal sebagai pemuda yang berdarah dingin, tapi jika untuk melawan sang ayah? Yang benar saja! Dirinya belum bergerak pun, Aidan Blackstone sudah bisa membaca jalan pikirannya. Haish, memiliki seorang ayah seperti itu memang terkadang menyebalkan, gerutunya dalam hati

Aleron meletakkan sendoknya. Selera makannya benar-benar hilang. Sejak usianya menginjak 20 tahun, sang ayah tak henti-hentinya merongrong dirinya untuk segera menikah. Berbagai alasan yang coba ia kemukakan, selalu berhasil disanggah sang ayah dengan telak. Ale menghembuskan napas keras dengan tekanan yang membuatnya tak nyaman itu. Membayangkan dirinya harus menuruti kebawelan seorang wanita dan berbagi segala kenyamanannya dengan entah siapa nanti yang akan menjadi istrinya, membuatnya berjengit ngeri.

"Kenapa?" Aidan Blackstone belum mau menyerah, "jangan katakan kalau kau penyuka sesama jenis! Karena jika benar begitu, saat itu juga kau akan ditendang keluar dari keluarga Blackstone."

"Kanda, sudahlah... biarkan Ale menyelesaikan sarapannya dulu, lagipula usianya juga baru 22 tahun," sang istri menegur.

Aidan Blackstone mendengus keras, "Dinda... saat aku seusianya, sudah memiliki tiga anak! Dan kamu, di usia 22 tahun sudah memiliki lima anak!"

"Mungkin Ale belum menemukan gadis yang tepat, menikah kan tidak sekedar bertemu siapa saja lalu diajak nikah Kanda," Carmila Blackstone memberi pengertian kepada sang suami dengan begitu sabarnya.

"Yah memang, aku beruntung sekali bisa menemukanmu," Aidan terkekeh sambil menoel pipi Bunda Ale, membuat keenam putra-putrinya terkikik geli. Yah, memang begini tabiat seorang Aidan Blackstone, mesum, tidak tahu situasi dan kondisi, keras kepala, jahil tapi begitu mencintainya keluarga terurama sang istri tercinta.

Aleron menatap Bundanya penuh rasa cinta dan bangga. Belum pernah ia menemui wanita secantik dan sebaik bundanya. Itulah mengapa sampai saat ini Aleron masih betah sendiri. Disamping itu, Alea, adik perempuan satu-satunya sulit sekali untuk ditaklukan. Alea memiliki standar yang tidak umum bagi calon kakak iparnya. Dia sudah sesumbar akan mem-bully kakak ipar yang tidak sesuai dengan standartnya. Dan Aleron tau, Alea tidak main-main dengan ucapannya. Adiknya yang manis itu bisa berubah menjadi sangat menyebalkan jika sudah menyangkut urusan menjaga kakak-kakaknya dari terkaman singa betina.

"Ale, belum menemukan yang secantik dan sebaik Bunda." Akhirnya Ale bersuara.

Aidan yang semula menekuri sarapannya, mendongak menatap putra sulungnya. Ia sama sekali tidak menyangka dengan jawaban putranya itu. Apa putranya menaruh hati pada bundanya sendiri? Anak kurang ajar! Langkahi dulu mayat ayahmu ini?! Aidan mencengkeram gelas di tangannya dengan kuat.

Pyaaar!!

Gelas dalam genggaman Aidan pecah berkeping. Ekspresi wajahnya berubah keruh. Amarahnya mulai bangkit. Begitulah Aidan, saking cintanya terhadap sang istri, terkadang akal sehatnya tidak berfungsi lagi. Bagaimana mungkin ada seorang ayah cemburu pada putranya sendiri?

Tawanan Aleron (TAMAT Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang