3. Shock

139K 11.1K 402
                                    

Shera merasakan sesuatu yang basah menempel di dahinya. Ia membuka mata perlahan, pusing. Tangannya terangkat meraba keningnya. Shera mengambil sesuatu yang lembab itu dari atas dahinya. Handuk basah? Kenapa ada di jidat sih? Shera bangun dan duduk sambil memegangi kepalanya yang masih terasa berputar. Pergerakannya yang tiba-tiba membangunkan seseorang yang bersimpuh di lantai dengan kepala disandarkan di tepi ranjang. Shera sendiri merasa tekejut. Siapa?

"Kamu sudah bangun?" Seorang wanita muda yang sangat cantik menyapanya.

Shera menatap wanita itu heran, "di-dimana ini? Bagaimana saya bisa berada disini?"

Wanita itu tersenyum lembut pada Shera, "semalam kamu demam." Wanita itu mengulurkan tangan dan menempelkannya di kening Shera, "sepertinya demammu sudah turun." Ia tersenyum lembut.

Shera tertegun. Wanita ini perhatian sekali padanya, tidak hanya baik dan ramah, dia juga cantik.

"Si siapa anda?" Shera bertanya, "eh maaf." Ia buru-buru menambahkan.

Belum sempat wanita itu menjawab, pintu menjeblak terbuka. Dia berjalan angkuh masuk ke dalam kamar. Siapa lagi kalau bukan Aleron. Wajahnya tetap sama, datar dan tanpa ekspresi. Ia berhenti tepat di sebelah sang Bunda.

"Ini rumahku, terpaksa aku membawamu pulang! Kau tidur seperti kerbau, sulit sekali dibangunkan!" Ale menatap tajam Shera, tidak ada senyum, tidak ada sikap ramah sama sekali.

"Ale, bersikaplah yang baik." tegur sang Bunda, "ah iya, Shera... hmm namamu Shera bukan?"

Shera mengangguk.

"Kamu ingin dibawakan sarapan ke kamar atau bergabung dengan kami di meja makan?" Carmila bertanya dengan ramah.

"Ehh... sa..."

"Biar dia gabung di meja makan saja! Menyusahkan jika membawa sarapan ke kamar!" ujar Ale kejam.

"Ehh i iya eh kak? tante?" Shera bingung harus memanggil wanita cantik itu apa? Shera tidak tau, apa dia kakaknya Dokter Aleron atau jangan-jangan calon istrinya? Kasian sekali nasib wanita itu.

Carmila tertawa renyah, "panggil saja Bunda..."

"Bunda...?" Shera membelalak. Kenapa wanita muda itu minta dipanggil bunda? Apa dia bundanya dokter Aleron? Tidak mungkin! Selain terlihat masih muda, wanita baik dan ramah itu sama sekali tak pantas untuk menjadi ibu seorang lelaki patung.

"Maaf, aku belum memperkenalkan diri," Carmila mengulurkan tangan, "Carmila, Bunda Aleron."

Shera menganga, tak percaya. Bunda? Ia menerima uluran tangan Carmila dengan wajah cengo.

Carmila tersenyum, "Ya sudah, Bunda tinggal dulu ya..." Carmila berlalu meninggalkan mereka berdua.

Shera menatap kepergian Carmila tanpa berkedip dan dengan mulut yang masih menganga. Cantik sekali. Bunda? Ya Tuhan, siapa yang menyangka dokter patung itu memiliki ibu sebaik dan secantik itu. Shera menepuk-nepuk pipinya pelan. Ini nyata ataukah mimpi?

Ale yang semula berdiri, melangkah menuju sofa di samping jendela yang menghadap ke halaman samping. Ia menoleh ke arah Shera. Gadis itu terlihat masih shock.

"Tutup mulutmu yang bau itu!" Ale mendengus pelan, "belum mandi dan gosok gigi, jangan buka mulut sembarangan!"

Ucapan Aleron sukses membuyarkan lamunan Shera. Ia melirik Aleron dengan kesal sambil mengepalkan tangan yang rasanya sudah gatal ingin menonjok mulut berbisa itu!

"Cepat mandi dan ganti bajumu, ahh...jangan lupa gosok gigi!"

***

Shera mengikuti Aleron berjalan menuju ruang makan. Menurut Aleron, semua keluarganya sudah menunggu disana. Shera mengamati setiap ruangan yang dilewatinya. Terkadang ia berdecak kagum, menyaksikan keindahan dan kemewahan kediaman Blackstone atau bahkan menjerit ngeri saat melewati ular phyton yang dilepas bebas di lantai. Shera menarik kemeja Aleron dan memeluk lengannya, takut.

Tawanan Aleron (TAMAT Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang