4. Keluarga Aneh

144K 10.5K 206
                                    

Ale memberikan segelas teh hangat untuk Shera. Wajah gadis itu masih terlihat pucat. Shera menerimanya dengan tangan gemetar, jika saja Ale tidak segera mengambil alih, gelas itu pasti sudah jatuh ke lantai. Ale mengarahkan gelas berisi teh hangat itu ke mulut Shera.

"Minumlah." ujar Ale datar, namun pelan.

Shera menyesapnya sedikit. Sesekali ia melirik was-was ke arah Aidan Blackstone beserta kelima adik Aleron yang ikut duduk di ruang keluarga. Mereka terus menatap Shera dengan pandangan dingin dan wajah kaku, penuh ancaman. Tidak ada senyum ramah ataupun sikap bersahabat dari mereka untuk Shera. Apa mereka tidak menyukai kehadirannya di rumah ini atau bagaimana?

Shera merinding melihat mata adik-adik Aleron yang sepertinya tidak berkedip ketika menatapnya. Seperti patung saja. Siapapun jika ditatap dengan cara seperti itu pasti akan mengkerut, takut, apalagi Shera melihat sendiri, mereka seperti psikopat yang kemana-mana selalu membawa pisau. Apa Dokter Aleron juga sama? Membawa pisau kemana-mana?

Perasaan buruk menghampiri Shera. Apa ia adalah target mereka? Jangan-jangan kebaikan Ale padanya, hanya sebagai umpan agar dirinya masuk ke dalam perangkap para psikopat itu? Shera mencelos. Seketika, ia langsung menoleh ke arah Ale yang duduk di sampingnya. Wajahnya masih sama, datar dan tanpa ekspresi. Ale terus memperhatikannya. Apa ini sudah saatnya, dirinya untuk dicincang ramai-ramai oleh keluarga ini?
Ale dibuat kelabakan, karena tiba-tiba saja air mata Shera bercucuran. Ia menangis tak terkendali dengan tubuh gemetar, bahkan Ale bisa mendengar suara giginya yang bergemeletuk.

"Shera!" Ale mengguncang tubuh gadis itu. Ya Tuhan, kenapa dia?! Ale bangkit dari duduknya dan berjongkok di hadapan Shera. Ale memegang kedua tangan Shera yang sedingin es, "katakan, ada apa?!"

Entah atas dasar apa Ale melakukannya, yang jelas melihat Shera menangis sampai seperti itu, rasa ingin melindungi dalam dirinya muncul. Ale tidak suka melihat gadis itu takut. Tanpa sadar dengan apa yang diperbuatnya, Ale merengkuh Shera kedalam dekapannya.

"Tenanglah, tidak ada yang perlu kau takutkan. Ada aku." Ale menghibur.

Di belakang punggung Aleron, sang ayah tersenyum penuh kemenangan. Ia melirik penuh arti ke arah kelima anaknya. Mereka semua tersenyum samar. Aidan tahu, jika ia bertanya secara langsung pada Aleron mengenai perasaannya kepada gadis itu, Aidan akan mendapatkan jawaban yang mengecewakan. Oleh karena itu, daripada bertanya langsung kepada putra sulungnya, Aidan lebih memilih memancing sang putra mahkota agar menunjukkan sendiri perasaannya.

Dibantu oleh kelima putra-putrinya, Aidan melancarkan aksinya tanpa sepengetahuan Ale dan istri tercinta. Senyum tipis tersunghing di bibir Aidan dan kelima putra-putrinya. Rencana dua berhasil.

"Ada apa?" Bunda Aleron yang baru saja masuk ke dalam ruang keluarga terkejut melihat Shera tersedu dalam pelukan putra sulungnya. Ia pun ikut duduk di samping Shera.

Ale melepas pelukan Shera dengan canggung. Ia baru sadar bahwa seluruh keluarganya sedang berada di sana, melihatnya. Haish, sepertinya ia harus bersiap sedia menerima sindiran dan ledekan dari mereka nanti.

Bunda Aleron mengusap lembut kepala Shera. Ia tahu, gadis itu pasti sangat ketakutan melihat sikap suami dan putra-putrinya. Saat membawakan sarapan untuk Shera ke ruang keluarga, Carmila mendapati putra sulungnya sedang memeluk Shera yang menangis tersedu. Carmila melirik ke arah suaminya yang sedang tersenyum sinting kepada kelima anaknya. Saat itu juga ia mengamuk. Ia tahu, pasti suami dan kelima anaknya sedang merencanakan sesuatu untuk Shera.

"Ale! Bawa Shera kembali ke kamar!" Bunda menghadap Blackstone yang lain, "Alden! Aaro! Alea! Kenapa belum berangkat sekolah?!"

"Kata ayah, bolos dulu gapapa, ada urusan mendesak." jawab Alea datar sambil mengerling sang ayah.

Tawanan Aleron (TAMAT Innovel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang