Selamat menikmati!
Ayah janji, kali ini akan memberimu privasi.
·__·Ale mengernyitkan dahi membaca pesan dari sang ayah, tidak mengerti apa maksudnya. Aneh sekali. Saat itulah, indera pendengarannya menangkap rintih pelan Shera. Ale menoleh. Matanya membelalak melihat Shera yang menggeliat dan mengerang di sofa panjang. Ale berjongkok di lantai, ia menepuk-nepuk pipi Shera.
"Shera... ada apa?"
"Tolong..." suara Shera putus-putus.
Ale kelimpungan, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia lupa jika dirinya adalah seorang dokter. Tubuh Shera banjir keringat, padahal suhu AC sudah yang paling rendah.
"Panaas... tolong..." Shera merintih.
Ale memegang dahi Shera. Tidak panas. "Bagian mana yang sakit?"
"Tolong..." Shera menatap Ale dengan pandangan mata berkabut, meminta pertolongan.
Shera sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya. Tiba-tiba saja ia merasa sangat kepanasan, jantung berdebar-debar dan haus.
"Katakan yang jelas, bagian mana yang sakit!" Ale berteriak tak sabar.
"Akuuhh... ti dhaak tahuu...." Shera menjawab terbata.
Ale ingat sejak pagi, Shera hanya makan sedikit bubur. Mungkin lambungnya. Ale memeriksa perut Shera dan menekan beberapa bagian disana.
"Apa disini yang sakit."
Shera merintih pelan, kemudian menggeleng.
"Yang ini?"
"Ti d haaak..."
Ale bingung, "apa ini waktunya kau datang bulan?"
"Sudaaah beberapa hari laluuhh..." Shera memejamkan matanya rapat. Tubuhnya terasa tidak karuan.
Apa keracunan? Ale mengambil bekas tempat minum Shera di meja dan melihat lagi kadaluarsanya. Masih lama. Ia mencium bau gelas itu. Tidak ada yang aneh.
"Kau beli dimana air minum ini?" Ale bertanya.
"Tolong... sakiitt..." Shera menggeliat.
Ale tersentak. Ia teringat pesan yang baru beberapa saat yang lalu masuk ke ponselnya. Ale bergegas mengambil ponselnya dan menghubungi satu nomor. Tidak sampai nada tunggu kedua, panggilannya sudah dijawab.
"Ada apa? Kau tidak tau caranya? Menyedihkan!" suara di seberang sana menjawab.
"Apa yang ayah lakukan pada Shera?"
"Tidak ada! Ayah hanya lupa membawa minuman yang seharusnya untuk Bundamu."
"Ayaaaah!" Ale geram, "berapa dosis yang Ayah campurkan!?" Ale bertanya gusar. Ia sudah bisa mencium akal licik sang ayah, pasti dalam minuman tadi sudah dicampur obat.
"Cukup untuk sepanjang malam. Hahaha..."
"Aku tidak mau memakai cara seperti ini, Ayah!"
"Kalau begitu abaikan saja sampai efek obatnya memudar."
***
Sebagian part sudah dihapus. Silahkan berkunjung ke Dreame jika ingin membaca kelanjutannya.
Ini link-nya : https://m.dreame.com/novel/1645289216-tawanan-aleronJangan lupa difollow ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Tawanan Aleron (TAMAT Innovel)
RomanceDalam kebingungan karena sang ayah mengalami pendarahan hebat di kepala akibat kecelakaan kerja, Shera Tama gadis berusia 17 tahun itu terpaksa menawarkan kedua ginjalnya kepada pihak rumah sakit sebagai kompensasi biaya perawatan sang ayah karena p...