Sequel
I Temporarily Lived by Your Side°
Selamat membaca~
°
Tiga musim terlewati. Semi, panas, dan gugur... Hingga tak terasa, sekarang sudah memasuki musim penghujung tahun.
Selama itu juga... Jimin tidak pernah bertemu dengan Jungkook.
Tidak, Jimin tidak pernah menghindar. Tapi juga tidak berusaha untuk menemui pria itu.
Dirinya terlalu pengecut... juga penakut. Takut jika mendengar ataupun melihat Jungkook bersama Jin membuatnya sakit hingga depresi lagi.
Tiga Bulan Jimin depresi berat setelah Jungkook memilih meninggalkannya. Orangtuanya, mertuanya (Orangtua Jungkook) bahkan Jungkook sendiri tidak pernah tahu keadaannya.
Hanya Jihyun... Hanya adiknya lah yang selama ini mengetahui kondisinya. Hingga merenggangnya hubungannya dengan Jungkook, hanya Jihyun yang tahu. Karena memang hanya adiknya lah yang selama ini ada disisinya. Memahami posisinya.
Ketika awal-awal Jihyun tahu, pemuda itu sangat murka. Mengetahui jika sang kakak ditinggal begitu saja oleh pria yang sangat tidak bertanggungjawab, menurutnya, membuatnya ingin mendatangi pria brengsek -yang sialnya kakak iparnya- itu dan menghajarnya sampai puas.
Tapi keinginannya itu meluruh begitu saja ketika sang kakak meraung-raung hanya untuk mencegahnya menemui pria brengsek itu. Meskipun api kebencian masih membara dihatinya melihat kondisi Jimin yang tampak sangat menyedihkan saat itu.
Sepeninggal Jungkook, hari-hari Jimin menjadi tanpa arti. Pria itu menjalani harinya dengan bergelung dalam selimut setiap hari. Tanpa melakukan apapun dan tanpa merasakan apapun. Hidup-nya terasa kosong. Seperti sebuah kertas putih polos yang menunggu sebuah coretan untuk mengisinya.
Hingga perutnya tiba-tiba terasa sangat nyeri membuatnya harus meremas perutnya agar rasa nyeri itu hilang.
Tapi semua itu sia-sia. Nyeri diperutnya semakin menjadi dan menjalar hingga ke seluruh tubuhnya membuatnya mengerang keras karena tidak tahan akan rasa sakit itu. Dan teriakan kesakitannya itu mampu memanggil Jihyun untuk menengoknya. Jimin bisa mendengar adiknya menjerit sebelum semuanya berubah gelap.
Jimin terbangun diranjang rumah sakit tepat saat Jihyun masuk kekamarnya. Dan selanjutnya yang di dengarnya adalah hal yang benar-benar membuatnya hancur. Setelah dirinya kehilangan Jungkook, sekarang dia juga kehilangan buah hatinya. Kesalahannya yang dari awal tidak mengetahui bahwa dirinya hamil 7 minggu. Terlalu stress dan depresi membuat tanda-tanda kehamilannya sama sekali tidak bisa ia rasakan.
Hidup Jimin hancur sudah. Takdir sepertinya tidak pernah berpihak padanya. Pikirnya tidak ada alasan untuknya hidup lagi hingga membuatnya mencoba bunuh diri dengan mengiris nadi dilengannya menggunakan silet. Yang kemudian digagalkan oleh Jihyun.
Jihyun yang saat itu sangat terkejut melihat tindakan percobaan bunuh diri yang dilakukan kakaknya tanpa sadar melayangkan sebuah tamparan di pipi sang kakak. Bermaksud membuat pria itu sadar. Tapi kemudian Jihyun menyadari jika yang dilakukannya itu sia-sia karena pandangan kakaknya masih saja kosong. Pria itu seperti tubuh tanpa nyawa. Membuatnya terisak karna dirinya juga bisa merasakan betapa menderitanya Jimin.
Direngkuhnya tubuh ringkih itu dengan sepenuh hati. Menepuk punggungnya lembut sembari melantunkan kata-kata penenang. Sampai akhirnya tindakannya menyentuh relung hati Jimin yang gelap. Pria itu meraung keras dalam pelukannya. Seakan mengadu tanpa kata jika dirinya sudah tidak kuat lagi menghadapi cobaan ini. Juga mencoba mengurangi tekanan batin yang menyiksanya. Jihyun membiarkan kakaknya. Membiarkan kakaknya meluapkan segala emosinya sampai habis kemudian keesokannya hanya ada Jimin yang kembali bersinar cerah. Bukan Jimin yang seperti mayat hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
KookMin OneShoot Stories
FanficKumpulan cerita manis pahitnya Kookmin diringkas dalam bentuk OneShoot~ Warning! Mengandung unsur boyxboy, gay, humu-humu