Sequel About Father
~
Judulnya ngawur:"
Langsung baca aja~.
Jungmin menghentikan langkahnya tepat didepan gerbang sekolahnya ketika mendapati sebuah mobil mewah berwarna hitam mengkilat yang sangat familiar terparkir di seberang jalan sana. Dia menyipitkan matanya untuk meyakinkan diri bahwa itu memang seperti mobil ayahnya, dan perkiraannya memang tidak salah saat orang yang duduk dibangku kemudi menampakkan dirinya.
Tatapan Jungmin berubah datar ketika melihat ayahnya keluar dari mobilnya. Bisik-bisik para murid mulai terdengar memekakkan ditelinganya. Tentu saja mereka begitu, karena mereka baru saja melihat ayahnya datang kesini dengan pakaian kasualnya. Jungkook memakai kemeja warna putih bersih lengan panjang yang ditekuk hingga siku dan celana jeans berwarna biru dongker yang sangat cocok di tubuh kekarnya. Membuat para siswi disekolah itu menjerit tertahan. Pasalnya Jungkook terlihat sangat keren dan tampan diusianya yang hampir memasuki kepala empat.
Jungmin dapat melihat Jungkook melempar senyum miring kepadanya, membuatnya mengingat kejadian kemarin sore. Dihari setelah ibunya pergi kerumah kakek dan neneknya.
~^~
Jungmin memandang jengah ayahnya yang masih diam menatapnya. Apa ucapannya tadi sangat sulit dipahami hingga ayahnya itu membutuhkan waktu berpikir yang menurutnya sangat lama?
"Kenapa meminta bantuanku?" tanya Jungkook setelah terdiam lumayan lama. Tangannya mengambil cangkir kopinya kemudian menyeruput cairan hitam itu pelan.
Jungmin memutar bola matanya lalu mendesah. "Apa aku punya pilihan? Mom sedang pergi. Dan aku tidak mungkin melukis Bibi Han, karena objeknya harus laki-laki."
"..." Jungkook diam. Jungmin juga terdiam.
Demi Tuhan... Sebenarnya bukan salahnya jika dia tidak menyukai sifat ayahnya yang terlalu cuek seperti ini. Jungmin membenci ayahnya yang terlalu mementingkan pekerjaan daripada dirinya dan ibunya. Terlampau jarang menemukan ayahnya bersantai dirumah membuat hubungan keduanya merenggang. Saat Jungkook dirumah pun, ayahnya itu memilih mendekam diruang kerjanya. Dan Jungmin memilih tidak memperdulikan apa yang tengah dilakukan ayahnya saat itu.
Tapi sekarang Jungmin menemukan hal yang langka. Ayahnya tengah duduk diruang keluarga dengan televisi menyala sambil menyesap cangkir kopinya. Hal itu membuat Jungmin terpaksa mendekat, mengingat tugas rumahnya yang mengharuskan dirinya terlibat dengan sang ayah. Kalau saja tidak ada tugas seperti ini, dirinya tidak perlu repot-repot menghampiri ayahnya seperti sekarang ini.
"Jadi bagaimana?... Ayah hanya harus duduk diam dan aku akan melukismu dengan cepat."
"Kau memerintahku ?"
Jungmin diam. Ayah yang menyebalkan.
Jungkook menatap anaknya yang terlihat menahan emosi didepannya dengan tenang. Kembali menyimpan cangkirnya dimeja, Jungkook berdiri kemudian berlalu pergi menuju ruang serbaguna tanpa mengatakan apapun.
Melihat itu Jungmin menghembuskan napas kasar. Berhadapan dengan ayahnya itu bisa membuatnya mati muda. Ah Jungmin merindukan Mom...
Tak lama kemudian pemuda itu memilih mengikuti ayahnya.
Disebut sebagai ruang serbaguna karena memang ruangan itu merupakan tempat untuk melakukan apapun. Ruangan itu sangatlah luas, dikelilingi oleh rak-rak yang menjulang tinggi dan berisi segala jenis buku-buku yang tersusun rapi disana. Terdapat tiga buah sofa yang mengelilingi sebuah meja dan berbentuk huruf 'U' ditengah-tengah ruangan. Ruangan itu biasa dipakai untuk bersantai, bekerja, dan juga melukis. Peralatan untuk melukis juga tersedia begitu lengkap disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KookMin OneShoot Stories
FanfictionKumpulan cerita manis pahitnya Kookmin diringkas dalam bentuk OneShoot~ Warning! Mengandung unsur boyxboy, gay, humu-humu