Lost

5.6K 402 37
                                    

Langit terlihat lebih gelap malam ini. Pemanas mobil yang kunyalakan dengan volume penuh, terkalahkan oleh rendahnya suhu karena perubahan musim.

Ah benar. Seoul memasuki musim dingin di bulan ini. Terlalu lama meninggalkan negara tempat dimana aku dilahirkan membuatku harus membiasakan diri lagi dengan suhu rendah disini.

Di Indonesia tidak ada musim dingin. Yang ada hanyalah musim penghujan yang dinginnya tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki empat musim.

Sial, dingin sekali! Salju pertama bahkan belum turun. Rasa rasanya kedua tanganku yang kini tengah memegang kemudi sudah mati rasa dan hampir membeku karena aku lupa membalutnya dengan sarung tangan.

Kulirik kesal GPS yang sedari tadi menuntunku menuju tempat yang akan kutuju. Kenapa masih terasa jauh sekali?

Terlintas dipikiranku untuk membanting setir kembali ke hotel dan menghangatkan diri disana dengan secangkir teh, juga memakan beberapa camilan didalam balutan selimut tebal.

Tapi memikirkan bahwa ini kesempatan terakhirku untuk berkumpul dan bertemu dengan mereka lagi membuatku menguatkan niatku.

Mungkin ini juga untuk yang terakhir kalinya aku merasakan bekunya cuaca di Seoul saat musim dingin.

Karena itu kembali kuinjak pedal gas cepat cepat begitu lampu menunjukkan warna hijau.


~~~


Nyatanya membutuhkan waktu setengah jam untukku sampai ke tempat ini.

Sebuah bar sederhana yang sudah di pesan khusus untuk acara reuni angkatan 2005 SMA Hankook.

Begitu keluar dari mobil, aku baru menyadari sesuatu. Kebodohanku yang meninggalkan hotel terburu buru hingga lupa membawa syal membuatku mengumpat lirih.

Dan sialnya coat tipis ini tidak mampu melindungi tubuhku dari suhu rendah ini.

"Jungkook?"

Panggilan itu menghentikan kegiatanku yang masih asik mengumpat ria. Kutelengkan kepalaku ke belakang untuk mencari tahu siapa yang sudah berbaik hati menghentikan mulut bejatku.

"Jeon Jungkook... Benar?" seseorang bertubuh jangkung mendekatiku dengan senyum formal yang terlihat asing dimataku.

"Ya. Tunggu.. kau--?" alisku menyatu, berusaha mengingat nama pria dihadapanku.

"Jaehwan. Aku Lee Jaehwan." Ia mendengus, kemudian memasang wajah kecewa yang membuatku sedikit merasa bersalah. "Kau tidak mengingatku?"

Tunggu.. Jaehwan.. Jae.. ah—"Lee Jaehwan si mulut besar yang hampir saja dikeluarkan dari sekolah karena dituduh menyebarkan soal ujian kakak kelas?!"

Dia tertawa kemudian meninju bahuku main main. "Kau menyinggung kejadian yang paling tidak ingin kuingat."

"Maaf." Aku ikut tertawa kecil untuk mengurangi rasa canggung. "Tapi lihat kau sekarang." Mataku menelusuri tubuh tegapnya yang berbalut jas resmi yang sering dipakai oleh orang kantoran.

Ia mengedik dengan kedua tangan terentang. "Seseorang pasti akan mengalami perubahan bukan? Begitu juga denganku." Lalu kulihat dia melirik jam tangan mewah yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Kita sudah terlambat. Ayo masuk, mereka semua sudah didalam." Lanjutnya sambil lalu mendahuluiku.


'Seseorang pasti akan mengalami perubahan.'


KookMin OneShoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang