Jimin suka menulis. Menulis apapun asal itu bukan rumus-rumus merumitkan dan menulis ulang cerita sejarah. Karena Jimin sangat membenci dua kegiatan tersebut sekaligus pelajarannya.
Jimin suka menulis. Dan tulisannya itu tidak seburuk yang dia kira. Itu disadarinya ketika ia masih menginjak kelas sebelas dan temannya mengenalkannya pada suatu cerita yang dinamakan fanfiction.
Ayolah, kalian pasti sudah tidak asing dengan istilah itu bukan? Jadi tak perlu kujelaskan secara rinci lagi, karena menurutku itu akan membuang-buang waktu dan tenaga bagi kalian yang membacanya...
Seperti kebanyakan orang, pada awalnya Jimin hanya coba-coba membaca tulisan yang kebanyakan bertokohkan idola, artis atau siapapun yang menjadi objek bayangan mereka.
Berawal dari coba-coba, kemudian tertarik, dan berakhir keterusan. Itulah siklus dari penggemar fanfiction. Yah, mungkin saja... Karena ini memang hanya pendapatku semata.
Beberapa bulan setelah Jimin ketagihan dalam hal per-fanfiction-an, sebuah ide tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
Bakat tidak akan muncul jika kita tidak coba mengeluarkannya.
Berpegangan dengan kalimat itu, Jimin mulai memanfaatkan kesukaannya dalam hal menulis dan menuangkannya ke dalam fanfiction.
"Apa ini?" kalimat pertama dari Hoseok yang sedikit bingung saat Jimin dengan tiba-tiba menyodorkan tiga lembar kertas portofolio tepat didepan wajahnya.
"Baca saja." Suruh Jimin seenaknya pada teman sebangkunya. Pemuda manis itu menduduki bangku didepan Hoseok, dan memandangi temannya yang tengah membaca tiap baris tulisannya itu dengan gelisah.
Beberapa menit terlewati, Hoseok baru mengangkat matanya dan mendapati Jimin yang mulai menggigit sudut bibirnya cemas. "Kau menulis fanfiction?" tanyanya kemudian.
Jimin mengangguk beberapa kali hingga membuat surai caramel-nya sedikit berantakan karena mengikuti pergerakan kepalanya. "Bagaimana? Apa sangat jelek?"
Oh, Damn!... Jung Hoseok sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menerjang Jimin kedalam pelukannya sekarang juga karena sangat gemas melihat tingkah Jimin yang sangat imut.
Lihat saja, mata Jimin yang sipit sekarang menjadi lebar dan sedikit berkaca-kaca, serta bibirnya yang tadi digigit oleh pemiliknya, kini menjadi ranum dan mengerucut kedepan beberapa senti. Ditambah dengan rona merah tipis di pipi tembemnya yang menambah kadar keimutan seorang Park Jimin.
Hoseok berdeham sejenak untuk mengendalikan diri, kemudian menjawab pertanyaan yang dilontarkan Jimin dengan ragu tadi. "Bagus 'kok! Aku tidak tahu kau pandai menulis cerita seperti ini."
"J-Jinjja?"
"Eum... Kalau beruntung kau juga bisa mengunggahnya di web resmi sekolah khusus murid."
"B-Benarkah Hyung?! Ahh Jinjja gomawo-yo Hoseok Hyung! Aku mencintaimu!" Jimin menghambur ke arah Hoseok yang hanya bisa memutar bola matanya melihat antusiasme Jimin.
Itulah awal Jimin menyadari bakatnya yang lain, yaitu menulis fanfiction. Setelah itu, Jimin mencoba mengikuti ucapan Hoseok yang menyuruhnya mengunggah ceritanya di web resmi sekolah. Ia mencoba peruntungan disana. Web resmi sekolah khusus murid memang menyediakan berbagai fasilitas selain info-info tentang sekolah. Disana, para murid juga bisa menyalurkan dan mengapresiasikan karyanya. Tak sedikit juga murid yang mengunggah cerita-cerita mereka seperti Jimin. Jadi, apa salahnya Jimin mencoba seperti kata Hoseok?
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
KookMin OneShoot Stories
FanficKumpulan cerita manis pahitnya Kookmin diringkas dalam bentuk OneShoot~ Warning! Mengandung unsur boyxboy, gay, humu-humu