Part 16

193 13 0
                                    

Tengku Addrian Firdaus memanggil namaku dengan cemas . Aku kaget . Segera dilepaskan novel itu , dan menghampirinya di pintu .

" Ada apa ?" Pertanyaanku juga berbau cemas .

Setelah tiga saat , kami berpandangan mata , Tengku Addrian Firdaus melepaskan nafas kelegaan .

" Ada apa ?" Aku bertanya sekali lagi .

" I called your name for a thousand time . Awak tak jawab . Saya ingat rumah ni kena rompak . Asal duduk sini ?" Dia menutup pintu kuat . Nadanya tinggi sedikit . Aku pula yang gemuruh .

" Saya nak baca buku ." Dengan menunduk aku menjawab tergagap gagap . Takut untuk membuat eye contact dengan mata helangnya .

Keluhan membalas jawapan ku . Dia bercekak pinggang . Menahan marah mungkin . Tetapi mengapa perlu marah ?

" Maaf ," Satu perkataan muncul dari mulutku . Entah mengapa cepat sahaja perkataan itu dimuntahkan , walhal , aku juga tidak tahu apa kesalahan ku .

" I'm not mad to you . I'm worried about you ." Suara belas nya muncul pula . Adakah dia menghadapi sejenis syndrome . Kadang marah , kadang sedih , risau pula . Aku bingung .

Dia yang menghilang dahulu , fikir aku tidak risau ? Entah apa yang dibuatnya di dalam bilik nya .

Setelah beberapa ketika membisu , Tengku Addrian Firdaus melabuhkan punggung di atas sofa itu . Aku memerhati sahaja pergerakannya .

" Saya ambilkan air , jap ." Supaya tidak mahu suasana beku dan kaku , aku mencalonkan diri untuk beredar sebentar .

" Ice – cream , please " Dia memesan yang lain sambil menyandarkan badannya pada sofa dan memejamkan mata . Mungkin ingin menelap .

Aku segera keluar untuk mengambil apa yang dipesan . Huh , gemuruh hilang sebentar .

Aku kembali dengan menatang sedulang yang berisi sebekas ais krim coklat oreo bersama sudu .

Mengetuk dahulu pintu lalu masuk untuk memberi makanan yang dipesan . Aku meletakkan dulang itu di atas meja di hadapannya lalu berdiri di sisinya untuk menerima arahan yang seterusnya .

Dia menepuk sofa di tepinya . Memberi isyarat menyuruh ku duduk . Di tangannya , terdapat sebuah novel bertajuk ' Suamiku Ketua Gengster '. Novel yang aku ingin baca tadi tetapi tidak jadi kerana jeritannya . 

" You like this novel ?" Dia bertanya . Suaranya seperti sedia kala . Lembut hingga ke sanubari . Aku tidak mengangguk tidak juga menggeleng . Aku belum baca .

" Saya belum baca lagi ."

" Why you pick this novel ?"

" Sebab tajuk dia menarik ?" Jawapanku bernada soalan .

" Dah baca synopsis dia ?"

" Dah ." Aku menjawab yakin .

" Siapa hero dia ?" Dia bertanya lagi . Aku membuat muka tanda tanya . Baca je lah synopsis kat belakang tu .

" Tengku Ishaan Danish ." Aku menjawab sahaja . Tugas sebagai pembantu rumah , menjawab dan membuat .

" Heroin dia ?"

" Nurul Sarah Sulaiman ."

" Ouw , so , Tengku Ishaan Danish la ketua gangster dalam cerita ni ?" Tengku Addrian Firdaus bertanya sambil mencapai aiskrim di hadapan lalu membuka penutupnya .

" Yes , kenapa ?" Aku masih tidak faham apa yang dimahukannya . Diperhati sahaja kelakuannya yang mencapai sudu itu . Lalu aiskrim itu disuakan ke dalam mulutnya .

PELOBATIDIAWhere stories live. Discover now