III. Big News

174 13 16
                                    

Three Months Later

"Shall we check it to doctor again?" tanya Liam cemas. Sudah seminggu Aurora kembali mual-mual seperti tiga bulan lalu,

"Yea we should, but this time we should try hospital." ucap Darla, Liam mengangguk lalu segera turun kebawah untuk menyiapkan mobilnya.

Sementara Aurora hanya bisa pasrah mengikuti kemauan orang tua nya, dia sendiri sudah tidak kuat.

"Nicho, Nicho love!" panggil Darla lembut, anak laki-laki yang bernotabene adik dari Aurora yang hanya berjarak 10 menit muncul dengan tas ransel yang terkait dipundaknya,

"You go to school by yourself, is that alright? I have to take your twins to hospital love." jelas Darla supaya anak laki-laki nya mengerti.

"It's alright Ma, get well soon Sist,  bye!" pamit Nicholas lalu segera beranjak pergi untuk berangkat sekolah,

Nicholas pun akhirnya berjalan kaki untuk sampai kesekolahnya. Kira-kira dia harus berjalan dua blok dari rumah nya. Sebenarnya dia merasakan ada sesuatu yang terjadi kepada kembarannya. Ikatan batin Aurora dan Nicholas begitu erat.

Hanya butuh waktu limabelas menit agar dirinya sampai disekolah. Setelah sampai tujuan utama laki-laki itu adalah loker miliknya. Sekedar mengecek jadwal dan mengganti buku pelajarannya,

"Nicho! Mate!" teriak laki-laki jangkung dari ujung lorong dengan suara yang melengking. Yang dipanggil pun memutar bola matanya sebal,

"How many time I've told you not to call me Nicho when we're in school?!" bisik Nicholas tapi penuh penekanan,

"Woah easy dude. Where's Aurora?" tanya Tristan sambil menahan tawa. Dia memang hafal betul kembaran kekasihnya itu tidak suka dipanggil dengan nama kecilnya. Dan ya Tristan sengaja berteriak-teriak memanggil Nicholas dengan nama kesayangannya,

"Hospital, my parents take her to there." ucap Nicholas dingin sambil membanting pintu lokernya keras-keras,

Tristan yang tadinya ingin terkekeh karena sikap Nicholas yang seperti anak kecil pun langsung menarik Nicholas kasar

"What happened to her?!" tanya Tristan setengah berteriak. Tapi itu semua dia lakukan karena dia cemas perihal Aurora,

"Easy mate. She's been throwing up again since this week. My parents worried about her. But maybe she's probably pregnant because of you." jawab Nicholas asal,

Tristan pun memukul kepala Nicholas geram.

"Watch your mouth!" ucap Tristan yang segera berlalu meninggalkan Nicholas yang masih tertawa ditengah-tengah lorong,

Kabar bahagia yang harus diceritakan Tristan harus dia tahan sampai pelajaran musik selesai. Sebenarnya bisa saja dia langsung menuju rumah kekasihnya untuk memberi tahu kabar tersebut dan tidak pergi kesekolah. Tapi dia tidak ingin meninggalkan pelajaran musik. Sebentar lagi dia akan menjadi pemusik terkenal bukan? Jadi dia harus lebih giat berlatih.

~~~~~~~~

"Is it Tristan's?" tanya Liam pelan tetapi mengintimidasi

Aurora yang berada didekapan Darla tidak berkutik, masih terisak memeluk Ibunya erat. Darla yang merasakan ketakutan yang dialami putrinya ikut menitihkan air mata

"Liam I'm begging you. Don't be so hard on her. Maybe this is our punishment Liam. This is what god gave after what we did!" suara Darla meninggi,

Liam terpaku. Perkataan istrinya berputar berulang-ulang dikepalanya sekaligus tragedi belasan tahun lalu.

Kaki Liam melemas, dia terduduk seketika dihadapan putri serta istrinya,

Rockabye [T.E]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang