26. Promises and Consequences

1K 151 9
                                    

Gilang kadang tidak menyadari betapa impulsifnya dirinya jika sudah memutuskan sesuatu. Ia bahkan berbohong tentang wawancara yang selesai lebih cepat, karena yang sebenarnya ia hanya menemui editor majalah yang akan mewawancarainya untuk menjadwalkan ulang interview dirinya dengan alasan ada hal mendesak yang harus ia lakukan.

Pagi ini Arina memberitahunya bahwa salah satu teman SMA-nya menikah dan ia berencana hadir. Gadis itu sudah minta ijin, tapi tatkala Gilang menanyai dengan siapa Arina menghadiri resepsi, manajernya itu tidak menyahut. Gilang sangat yakin Arina menyembunyikan fakta bahwa ia akan datang ke pesta pernikahan itu dengan Joe, sutradara busuk itu. Dan itu membuatnya susah fokus pada pekerjaan.

Arina dan Joe semakin dekat. Hanya mereka dan tuhan yang tahu apa yang sudah mereka lakukan sehingga mereka sampai pada tahap bahwa Joe adalah laki-laki yang bisa diajak Arina bertemu dengan teman-teman SMA dan dipamerkan kesana-kemari sebagai kekasihnya.

Gilang sungguh benci pada fakta bahwa dirinya sangat membenci ide Arina dan Joe berada dalam satu acara pernikahan yang sama. Ia tidak tahu betapa sangat lega dirinya ketika mengetahui Arina ternyata bersama adiknya. Sebuah trik untuk membuat kehadiran cewek itu tidak berlama-lama di acara pernikahan.

"Kamu nggak bisa bilang seenaknya bakal ikut masuk ke acara itu. Kamu itu artis, orang bisa ngomong seenaknya gara-gara kamu terlihat bareng aku," ujar Arina yang masih bingung dengan keputusan Gilang untuk berkeras ikut masuk ke gedung acara.

"Ini demi riset. Observasi. Kamu tahu aku bakal segera tampil di acara bertema pernikahan. Aku perlu melihat sendiri apa yang dialami pasangan yang menikah." Gilang berdalih semata untuk 'menghalalkan' tindakannya yang mengundang dirinya sendiri hadir di acara pernikahan yang bahkan nama pengantinnya saja tidak tahu.

"Gilang... Aku cuma sebentar ke acara itu, makanya aku ngajak Katrina supaya aku punya alasan cabut lebih cepat tanpa bikin orang curiga."

"Bagus. Katrina tetap boleh ikut. Kita masuk bertiga dan orang-orang nggak akan curiga."

Arina memberengut kesal, "Kenapa sih kamu ngotot banget temani aku datang ke acara pernikahan?"

"Kamu sendiri, kenapa kamu ngotot datang ke acara pernikahan yang sebenarnya nggak terlalu ingin kamu hadiri?" Bukannya menjawab, Gilang justru menanyai Arina balik.

"Karena yang akan menikah dulunya adalah cowok yang Kak Arin taksir mati-matian," celetuk Katrina ringan dari kursi penumpang belakang. Arina menoleh dan memelototi adiknya, seolah mengancam jika Katrina ngomong lebih banyak, akan diturunkan paksa dari mobil. Tapi sayang Katrina tidak peduli, karena satu-satunya hal yang dipedulikan cewek mahasiswa yang haus pemandangan cowok bening itu adalah kenyataan bahwa Gilang, idolanya duduk dekat dengannya dalam radius tidak lebih jauh dari dua meter.

"Alasan macam apa itu? Segitu sukanya kamu sama orang yang dulu kamu taksir sampai-sampai kamu masih punya rasa padanya dan ngotot datang ke pernikahan?" todong Gilang.

"Suka banget sampai terobsesi, itu yang dibilang kakak di surat-surat yang dia kumpulkan saat masih SMA," sahut Katrina usil, makin membuat Arina menghujani adiknya itu dengan tatapan penuh nafsu membunuh.

"Dan kamu berani ngintipin surat-surat kakak? Lihat saja kalau berani minta uang saku," ancam Arina.

"Jadi ini soal obsesi? Bahkan Katrina terlihat lebih dewasa ketimbang kamu yang masih berpikir kekanak-kanakan karena mementingkan obsesi," sindir Gilang.

Arina menghela napas, malas berdebat. Tapi tetap ia benci jika harus menghadapi sikap Gilang yang selalu sok tahu. "Apa nggak pernah terlintas di kepalamu bahwa dua belas tahun lalu dan sekarang sudah sangat berbeda? Ini sudah nggak ada hubungannya lagi dengan naksir ataupun obsesi?"

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang