28. The Mouse Trap

1K 131 9
                                    

"Pasti ada kesalahan. Saya sudah lama tidak bertransaksi. Ini pasti ada yang salah. Maaf, saya benar-benar nggak bisa terima."

Arina menutup ponselnya dan membanting benda itu ke sofa. Kecemasan serta merta melanda dan menghujani benaknya sejak beberapa menit lalu panggilan telepon itu dialamatkan untuknya.

"Ada apa? Lo marah-marah sama siapa?" Sandra keluar dari kamar mandi dan keheranan melihat tingkah Arina yang seperti ingin membunuh siapapun yang mendekatinya.

Arina mengangkat kedua tangannya. Ia nyaris tidak bisa berkata apa-apa saking tidak percaya dengan apa yang didengarnya beberapa menit lalu.

"Lo percaya nggak? Kartu kredit gue over limit. Dan bukan cuma itu tagihannya bengkak sampai lebih dari lima puluh juta. Gue bilang itu bukan gue, tapi mereka bilang itu tetap jadi kewajiban gue buat bayarin semua tagihan siluman itu," seru Arina masih emosional. Nada suaranya bahkan meninggi tanpa ia sadari.

"Over limit? Lo nggak tiba-tiba kalap belanja sambil mabok kan?"

Arina menggeram, tidak percaya sahabatnya sendiri pun susah mempercayai ceritanya.

"Lo tahu? Kartu kredit gue bahkan udah nggak ada di dompet gue sejak gue pergi dari apartemen lama. Karena gue takut khilaf kalau tiba-tiba pergi ke mall. Dan sekarang, gue bahkan udah lupa kalau gue punya kartu kredit. Lalu tiba-tiba saja ada telepon dari bank yang ngasi tahu tagihan gue over limit. Lelucon macam apa ini?"

Arina mondar-mandir tak terkendali, kecemasannya berubah menjadi amarah yang tak bisa dibendung. Sandra bahkan serba salah apakah ia tetap berdiri mendengarkan keluhan Arina atau masuk ke kamar dan segera memakai baju ketimbang hanya jubah mandi biasa.

"Belakangan kejahatan kartu kredit memang marak. Cuma gue heran aja udah tahun segini, bank masih aja kecolongan," gumam Sandra, yang ia sendiri pun tidak tahu harus berbuat apa.

Arina terdiam, makin cemas tatkala urusan kartu kredit ini akan menjadi urusan yang panjang.

"Kenapa gue? Kenapa bukan orang-orang kaya yang limitnya ratusan juta atau milyaran? Kenapa gueee? Cewek miskin yang belum lama dirampok pacar sendiri dan baru saja lolos dari ancaman pengangguran. Kenapa harus guee???"

Arina terduduk lemas di sofa, memegangi kepalanya dengan kedua tangan. Untuk kesekian kalinya Arina merasa ketakutan bahwa hidupnya kembali berada di titik rendah, sampai ke dasar. Membayangkan hal itu membuatnya tubuhnya nyaris gemetar.

"Lalu, lo bilang apa ke petugas bank tadi?"

"Gue bilang itu nggak ada urusannya sama gue, tapi mereka nggak mau dengar. Dan mereka minta gue tetep lunasin."

"Kalau lo tetap nggak bisa lunasin gimana?"

"Gue nggak tahu. Bisa saja mereka kirim penagih hutang ke rumah atau ke tempat kerja gue. Nggak, gue nggak bisa hidup kayak gitu, San... Gilang bisa kena masalah kalau sampai gue didatangin penagih," cecar Arina makin cemas.

"Oke lo tenang dulu. Kita bisa pikirkan solusinya. Selama lo nggak ambil tindakan, bank itu bakal menganggap semua tagihan itu adalah tanggungjawab lo. Gue tahu keuangan lo masih gawat dan kemungkinan besar lo dapat duit buat lunasin tagihan itu kecil. Karena itu lo mesti tangguh, Ar. Jangan nyerah dulu, okay?" Sandra menepuk bahu Arina lembut, simpati akan masalah bertubi-tubi yang dialami sahabatnya.

"Menurut lo, siapa yang melakukannya? Apa Jody masih belum puas bikin hidup gue rusak serusak-rusaknya?" Suara Arina makin serak karena untuk kesekian kalinya ia terpaksa menitikkan air mata atas nasib sialnya.

"Itu masih belum jelas. Bisa jadi ini nggak ada hubungannya dengan dia. Ayolah, Ar... Lo punya pekerjaan penting sekarang. Lo nggak boleh lemah kayak dulu," ucap Sandra menyemangati mengabaikan fakta bahwa perempuan itu masih mengenakan jubah mandi.

Dear Miss Manager (Tamat Di KK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang